Radinopianto

Alam ini seolah miniatur kehidupan masa depan, yang tak cukup dengan diam atau duduk santai sambil menyeruput kopi, Hidup ini bukan mimpi. Takkan sampai jika ta...

Selengkapnya
Navigasi Web
Ilusi Penari Berdarah (Episode 3. Kilas Balik)
Galeri Pribadi

Ilusi Penari Berdarah (Episode 3. Kilas Balik)

Setahun yang lalu. Persis setelah perutnya mulai membesar dan nampak terlihat dari luar, nyaris Ningrum tak pernah lagi ke luar rumah.

Mengurung diri, terpenjara oleh suasana yang menjadikan dirinya bak tahanan rumah yang tak bebas bergerak.

Pak Waryo, tegak dengan gelisah di teras rumah.  Beberapa kali tangannya membuang abu ke asbak dari ujung rokok menyala yang dihisapnya. 

Wajahnya terlihat sangat tegang. Sesekali menepak pergelangan tangannya karena gigitan nyamuk.

Bu Masitoh, masih belum juga keluar dari dalam kamar, gapah-gopoh di sana tak terdengar sampai keluar, semua dilakukan dengan senyap, hingga suara nyaring bayi melengking memecah malam. 

Tangan Pak Waryo bergetar. Sontak membuatnya terlonjak. Sadar tak ada warga kampung yang boleh tahu, seketika berupaya menguasai diri. "Alhamdulilah, semoga keduanya selamat," batinnya.

Kenyataannya tak diduga, setelah dijemput lantaran Ningrum merasa keram dan sakit di bagian perutnya, ternyata malam ini adalah hari kelahiran dari bayi yang tak diharapkan Ningrum itu.

Dukun Nilam, begitu warga menyebutnya baru saja selesai membersihkan bayi. Tangan keriputnya bergerak cepat mengikat tali pusar.

Membersihkan bagian tubuh Ningrum yang mandi keringat, membaringkan tubuh kecil yang baru saja melihat dunia itu dengan handuk lembut dan mengurus ari-ari. 

Dari dalam tas besarnya, Dukun  Nilam mengeluarkan bungkusan.

"Punika dipunsangrai, lajeng dipunbebak ngantos alus, Bu." ujar Dukun Nilam pelan

(ini disangrai, habis itu ditumbuk halus, Bu."  

Terdengar bunyi kresek dipegang. Bungkusan dedaunan kering berpindah ke tangan ke Bu Masitoh. 

"Punika ron murbei, lempuyang, bengle, irisan ron laos, kaliyan mrica." lanjut Dukun Nilam.  Bu Masitoh menganggukkan kepala.

(ini daun murbei, lempuyang, bangle, irisan daun laos, dan lada)

"Racikan punika dipuntempel wonten tilas margining lair, lajeng langkungipun dipununjuk supados toya sesepanipun medal." katanya

(Ramuan ini, ditempel di bekas jalan lahir, sisanya diminum agar air susunya keluar)

Sembari berdiri, Ibu Masitoh beranjak ke dapur. 

Di atas kasur, wajah Ningrum pucat pasi, dan ujung netranya bakup.  Siapa juga pasti tak mampu berkata-kata,  bagaimana remuk-redam yang dirasakan oleh Ningrum.

Di sebelahnya bayi mungil itu terlelap.  Tak sedikit pun wajahnya mau melihat anak yang dilahirkannya itu. 

Dukun Nilam, membuka pintu, deritnya bersamaan dengan kehadiran Pak Waryo di depannya. 

"Alhamdulillah, sedaya slamet, Pak. Mangga dipun azani. Bayinipun sehat."

(Semua selamat pak,silahkan di azankan).

Diiringi Dukun Nilam, Pak Waryo masuk.  Memasang paras seikhlas mungkin lalu menganggukkan kepala ke arah Ningrum. Tangannya memapah anak Ningrum dipangkuannya lalu membisikkan di telinganya baris demi baris lafaz azan.

Buliran bening tak kuasa ditepis, mengalahkan ketegaran yang coba dibangun, sedikit mendongak supaya tak sampai bercucuran.  

Ningrum pun membenamkan wajahnya di punggung tangan Ayahnya, sambil menciuminya. Dukun Nilam juga terlihat mengelap dua bola matanya dengan ujung jilbabnya dan Bu Masitoh yang baru saja usai menyangrai racikan mendekap tubuh Ningrum. Anak beranak itu menangis.

Malam menguncup sendu....Bulan turun tak menyala. Angin yang tadinya bersenda gurau memainkan atap rumah berdiam menepi dalam sunyi. Menjelang fajar langit sesenggukan.

Bersambung....

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Keren menewen mas. Salam sehat dan sukses selalu. SKSS dibuat santai saja yang penting tugas utama terselesaikan. Terima kasih telah mengunjungi sriyonospd.gurusiana.id untuk SKSS dan berbagi kebaikan.

21 Jan
Balas

Siap pakde, mksh

21 Jan

Luar biasa Gus

21 Jan
Balas

Terima kasih....

21 Jan

Alhamdulillah sehat, semoga panjenengan di sana juga sehat ya Mas?

21 Jan
Balas

Iya mas..alhamdulillah

21 Jan

Keren ceritanya, Pak Radinopianto. Salam sukses selalu.

21 Jan
Balas

Siap...terima kasih bu. Salam

21 Jan

Selalu menawan kisahnya pak. Salam santun

22 Jan
Balas

Terima kasih apresiasinya bu

23 Jan

Kisah sedih nan pilu, ditunggu kisah cerita lanjutannya. Salam literasi. Sehat dan sukses selalu.

21 Jan
Balas

Mksh bu...salam

21 Jan

Keren pak, sll asik dibaca tulisannya.... salam sukses dan salam silaturahmi

21 Jan
Balas

Siap bu...terima kasih....aman ya gk horor...hehehe

21 Jan

Ditunggu sambungan, apa yang terjadi dgn nigrum dan anaknya ya

21 Jan
Balas

Siap bu..mksh

21 Jan

Ditunggu sambungan, apa yang terjadi dgn nigrum dan anaknya ya

21 Jan
Balas

Insya Allah...berlanjut seru

21 Jan

Ningrum kutunggu kisahmu selanjutnya

21 Jan
Balas

Terima kasih, Bu

21 Jan

Crt yg keren polll..lanjutt nang

21 Jan
Balas

Siap oma...terima kasih, lanjut

21 Jan

Suka kisahnya, Bapak. Ditunggu berikutnya. Salam bahagia.

21 Jan
Balas

Siap bu...terima kasih

21 Jan

Jamu zaman dulu ih...ngeri masak di obatkan dijalan lahir bayi...tapi asyik kok ceritanya mks semoga akun gak error lagi ya pak

21 Jan
Balas

Iya bu..aamiin

21 Jan

mantap keren cadas...cerita keren menewen...salam literasi sehat sukses selalu mas Radinopianto bersama keluarga tercinta

21 Jan
Balas

Terima kasih pak

21 Jan

Kisah yang menarik dengan diksi yang memukau. Ditunggu lanjutannya Pak.

21 Jan
Balas

Siap bu...mksh apresiasinya...lanjut

21 Jan



search

New Post