Radinopianto

Alam ini seolah miniatur kehidupan masa depan, yang tak cukup dengan diam atau duduk santai sambil menyeruput kopi, Hidup ini bukan mimpi. Takkan sampai jika ta...

Selengkapnya
Navigasi Web
Ilusi Penari Berdarah (Episode 6. Kepergian Ningrum 2)
Galeri Pribadi

Ilusi Penari Berdarah (Episode 6. Kepergian Ningrum 2)

Bus bergerak semakin menjauh. Jarak pandang ke belakang kian buram. Pak Waryo sudah tak terlihat lagi. Kiri kanan jalan mulai terasa bergoyang mengikuti laju kendaraan.

Rasa bersalah menghadang langkah, akan tetapi waktu belumlah cukup mengubah keputusan Ningrum untuk menjauh.

Sepanjang perjalanan, hampir tak berjeda Ningrum mencucurkan isi bola matanya. Kursi di sampingnya kebetulan kosong, menjadikannya sedikit leluasa menyandar.

Lelaki tua di seberangnya hanya terkantuk-kantuk. Beberapa penumpang yang lain, sibuk dengan androidnya masing-masing.

Sembari berdiri, tas yang tadinya dipangku dimasukkan ke dalam kabin bus di atas tempat duduknya.

Sesak di kepala menyerbu seketika tanpa ampun. Satu-persatu episode di masa lalu seperti bergiliran mendatangi pikirannya. Terutama bayangan kedua orang tuanya.

Bagaimana pun, naluri keperempuan juga terusik akan anak yang dilahirkannya. Kerepotan Bu Masitoh dengan segala kerewelan Abinaya membayang dengan sangat jelas.

"Sudahlah....mau seperti apa juga, mengapa harus memikirkan Abinaya, anak haram tak tahu diri yang hanya hadir merusak hidupku." batin Ningrum geram.

Suatu ketika, Ibunya, Bu Masitoh ketika terlibat obrolan pernah terang-terangan menanyakan sosok lelaki itu, namun atas alasan menutup aib dan berlindung di balik rasa malu membuatnya tak mau membuka mulut.

"Aku tak ingat apa pun bu." selalu itu jawaban tak memuaskan yang mampu terucap, netranya berlinang.

"Berterus-teranglah, Nak." lanjut Bu Masitoh.

Sayangnya, Ningrum hanya memilih memeluk Ibunya, berurai tangis yang membuat Bu Masitoh tak meneruskan untuk mengoreknya lebih dalam lagi.

Tentu Ningrum sangat sadar akan seperti apa dampaknya, atas berbagai pertimbangan, terutama memikirkan bagaimana orang tuanya di masyarakat.

Pak Waryo dan Bu Masitoh, termasuk sosok orang terpandang di kampung ini,namun entah kenapa ketika dihadapkan dengan musibah, lebih menuruti kemauan Ningrum.

Pergolakan hingga Abinaya lahir.

Taman hati yang layu..

Binar meredup dari pelita kalbu yang hampa.

Menghalau jejak pada titik cakrawala dari jiwa yang kecewa.

Membuat kuncup bunga tak jadi mekar.

Sunyi berteman gundah datang mengunjungi hari.

Bicara dalam senyap yang menjulurkan tangannya.

Melukis hari dari rasa kecewa

Sejenak kupu-kupu kecil yang patah sayapnya singgah dalam kebisuan,

berbaur dengan rasa suntuk yang mulai mengadu.

Membangunkan kesedihan, membawa hari mengalir jiwa yang utuh tapi rapuh

*****

"Turun di mana, Mbak?" kernet mendekati Ningrum.

Lamunannya buyar. Setengah kaget Ningrum menolehkan kepala

Selarik kertas dikeluarkan dari saku bajunya. "Aku turun di sini, Mas."

Kernet menarik kertas, lalu mengernyit. "Serius, mau turun di sana, Mbak?

Bersambung.....

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Pergumulan bathin seorang ibu terhadap anaknya.. Begitulah naluri seorang ibu.. Haduuh. Jadi makin penasaran.. Lanjuuut. Sukses selalu

24 Jan
Balas

Siap dilanjut, terima kasih

24 Jan

Wuih bikin penasaran pembaca mas.Semoga dalam dua bulan bisa terkumpul 60 puisi beling.Terima kasih telah setia mengunjungi sriyonospd.gurusiana.id untuk SKSS dan berbagi kebaikan. Salam sehat dan sukses selalu.

24 Jan
Balas

Terima kasih pakde...salam

24 Jan

Mau turun kemana si sebenarnya? Kok si kernet seperti gak percaya gitu. Semoga sehat dan sukses selalu

24 Jan
Balas

Iya mas, ada sesuatu soalnya makanya kernetnya ragu....doa yang sama....aamiin

24 Jan

Keren ceritanya, Pak Radinopianto. Ditunggu kelanjutannya. Salam sukses selalu.

24 Jan
Balas

Terima kasih bu....siap.lanjut

24 Jan

Duh kok bikin kernet kaget? Jangan jangan....

25 Jan
Balas

Iya bu, di episode 7 jawabannya..hehehe

25 Jan

Turun dimana? Ditunggu lanjutannya.... keren ceritanya

25 Jan
Balas

Siap bu...episode 7.lebih seru..hehe

25 Jan

Taman hati yang layu.....bikin terharu.

24 Jan
Balas

Terima kasih mbak

24 Jan

Duh endingnya bikin penasaran lanjut bang

24 Jan
Balas

Siap mbak...mksh

24 Jan

Wadidu Ningrum emangnya turun dimana?Wis... jangan ....Ditunggu

24 Jan
Balas

Siap bu ..dilanjut

24 Jan

Pergumulan yang luar biasa seorang Ningrum... Ditunggu berikutnya, Bapak.

24 Jan
Balas

Siap bu...mksh apresiasinya

24 Jan

Bikin tambah penasaran

24 Jan
Balas

Siap...dilanjut

24 Jan

Alur ceritanya membuat ketagihan...semangat bang.salam literasi

24 Jan
Balas

Terima kasih....salam

24 Jan

Makin menarik ceritanya. Penasaran. Ditunggu lanjutannya Pak.

24 Jan
Balas

Terima kasih bu apresiasinya

24 Jan



search

New Post