Radinopianto

Alam ini seolah miniatur kehidupan masa depan, yang tak cukup dengan diam atau duduk santai sambil menyeruput kopi, Hidup ini bukan mimpi. Takkan sampai jika ta...

Selengkapnya
Navigasi Web
Ilusi Penari Berdarah (Episode 9. Babak Baru 3)

Ilusi Penari Berdarah (Episode 9. Babak Baru 3)

Kaget yang menggaduhkan Ningrum, membawanya terperangah bangun. Mengucek mata, reflek menyapu jam dinding. "Jam dua dini hari lewat lima belas menit," batinnya.

Berkelindan rasa kuatir yang membuatnya was-was.

"Sayang... sayang......buka pintunya," suara lelaki dari temaram lampu kian kencang

"Abang pulang nih...."

Duur.....duuurrrr....kali ini penuh luapan emosi, seperti ingin mendobrak.

"Duh...Gusti, ada apa ini?"

Ningrum panik, pelik menghasilkan corak rupanya tak berbentuk.

Tak tahu harus berbuat apa, jantungnya seperti berlomba sangat kencang berdebar.

Masih dengan suasana hati yang tak tenang, di tengah suasana gamam, keingintahuan membawa rasa penasaran, membunuh takutnya.

Tak bisa ditahan, keringat dingin mengucur dan dengan tangan kaki yang basah gemetaran, melalui celah tirai kaca buram, pelan-pelan Ningrum melipat kain panjang di mukanya hingga bisa sedikit mengintip.

Cahaya seketika mengisi ruang gelap kamarnya

Satu sosok lelaki dengan badan tambun besar, satunya lagi berperawakan sedang limbung berdiri sempoyongan, Beberapa kali terdengar suara nyeracau.

Namanya juga mabuk, sahut-menyahut terlihat seperti ngobrol akan tetapi percakapan ini satu sama lain tak terdengar nyambung...

Dalam pada itu, Ningrum mundur beberapa langkah, mengambil android yang lagi dicas.

Di ujung android, jemarinya maju mundur ingin menelpon Bu Arun, sadar bakal mengganggu, dia membatalkan diri.

Sambil berpikir, membuka kamera untuk sekadar mengabadikan apa yang terjadi.

Hanya berselang sebentar, begitu kembali ke tempat semula, berisik dari suara kasar yang bunyinya kemana-mana tadi mendadak hening.

Satu lelaki terkapar di sofa tak jauh di depan kamar, satu lagi dipapah menjauh oleh lelaki berseragam security. Ningrun masih mengingatnya, dia Handoko. Entah mau diamankan ke mana.

Satu lelaki telah pergi, namun yang tepar di kursi malas di rona wajahnya membuat Ningrum memarkir lama matanya.

Walau dengan sinar remang-remang namun parasnya tercetak membekas di ingatan.

Berulang Ningrum beristighfar lalu cepat-cepat melepas tirai.

Tangannya turun dengan lemas sekali.

Terduduk tak bertenaga di lantai, dengan posisi kepala ditelungkupkan di dipan, garis-garis bening mengaliri pipinya.

Sepi membisikkan praduga.

Berpeluh terwakili oleh prasangka. Rasa sedih menggelayuti diri. Menjalani hari-hari yang tidak jelas.

Berharap namun begitu takut, membisikkan untaian doa yang terasa hambar.

"Tuhan, lindungi hamba...."

*****

Else, pagi-pagi datang menemui. Kejadian semalam, mengakibatkan Ningrum trauma mendengar ketukan pintu.

Setelah memastikan, ucapan salam yang terdengar adalah suara cewek, Ningrum beranjak membuka pintu

Tawaran masuk dijawab Else dengan...

"Gak usah, di sini saja, Mbak..,hanya menyampaikan pesan."

"Mama udah menelpon?"lanjutnya.

Ningrum menggeleng,. "Belum, Mbak...memang kenapa?"

"Oh....

"Nanti siang, Mbak sudah bisa menempati kamar baru," ujar Else.

Nyawa Ningrum terasa berkumpul utuh dengan apa yang baru saja didengarnya......huuuuuh...nafas panjang tak sadar dihela.

"Eh ...Mbak Ningrum sakit ya? Pucat sekali?" tangan Else berpindah memegang tangan kanan, sambil memasati Ningrum

Belum juga menjawab...

Dari belakang dua perempuan ini, di atas sofa suara serak laki-laki menyapa, sepintas ingin mendekat.

"Pagi Mbak Else...."

Else beralih pandangan ke belakang,

"Pagi Mas Andi...."

Spontan Ningrum menutup muka dengan kedua tangannya, menyisakan mata yang masih terbuka sedikit.

Bersambung...

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Mantap abangku.. Makin seru.. Lanjuuut. Sukses selalu

29 Jan
Balas

Siap...terima kasih apresiasinya

29 Jan

Siapa yang Ningrum temui? Dari setiap kisah, ada puisi yang terselip. Kereeennn

31 Jan
Balas

Mksh bu

13 Feb

Akhirnya memberanikan diri tuk membacanya dengan debat cemas ...Keren sekali mas Dino

29 Jan
Balas

Terima kasih uni...aman kok, gak mistis amat...hehehe

29 Jan

Keren menewen mas. Terima kasih telah setia mengunjungi sriyonospd.gurusiana.id untuk SKSS dan berbagi kebaikan. Salam sehat dan sukses selalu.

29 Jan
Balas

Terima kasih pakde

30 Jan

Begitu kerasnya hidup ini, ditunggu cerita lanjutannya.

29 Jan
Balas

Iya bun..next

29 Jan

Apa yang akan terjadi pada Ningrum hanya penulisnya yang tahu lanjooot baaaang

29 Jan
Balas

Lanjooot mbakku

29 Jan

Syukur Ningrum sudah mau pindah kamar...Lanjutkan pak

29 Jan
Balas

Siap bu.....

29 Jan

Waduuhh...siapa dia?

29 Jan
Balas

Next ya oma...hehehe

29 Jan

Wah siapa itu Andi. Saya harus menyusuri lorong episode yang lain ..lanjut seru ternyata. Tadi nya sy pikir horor nya kuat...ternyata masih bisa kuikuti. Lanjut

29 Jan
Balas

Next ya bun...hehe

30 Jan

Siapa lelaki yang di depan kamar? Ningrum kenalkah? Lanjut, Bapak. Salam sukses.

30 Jan
Balas

Iya bun...next...hehe

30 Jan

Siapa lagi ini? Makin penasaran. Lanjut Pak. Keren ceritanya.

29 Jan
Balas

Siap bikin pemirsa menunggu....hehe

30 Jan



search

New Post