Melangitkan Rida di Awan Panas Semeru (Episode 20. Identifikasi Korban)
Langit menangis bersungut. Sudut semesta terasa berhamburan dengan banyak kejutan. Tak hanya membanjiri tanah, lembah di tandusnya lekuk-lekuk hati tak menemukan pesona yang selalu didapat ketika buliran langit itu tumpah membubur menggenangi jalanan.
Setelah setiap senja membasah, hujan angin kembali turun merajai, melipat tangan di depan hijab panjangnya yang menutup dada, Yanti berdiri terpekur dengan kening yang dilipat. Sesekali tempiasannya menyentuh tubuh, merayap menembus hati yang sedang tidak sabar menantinya berhenti.
Informasi yang dibawa oleh relawan yang lain terkait penemuan korban sampai juga ke telinga Dewi dan Aminah. Membawa keduanya mendekat menerawang langit, bak distrap perempuan jilbaber itu bersusun di samping Yanti.
“Yan, kita harus ke sana.” Dewi angkat bicara, membuyarkan lamunan Yanti. Wajah Aminah terlihat tak berdarah dan Yanti hanya mengangguk mengiyakan.
Beritanya memang belum terperinci dan kabarnya sedang diidentifikasi, namun apa pun itu sukses membuat ketiganya gelagapan, apalagi tempat penemuan itu persis di bekas lokasi seputaran rumah Aminah. Pilihannya menunggu hingga reda atau menerobosnya dengan paksa.
Dalam bimbang jalan pintas yang diputuskan adalah membiarkan tubuh menembusnya. Acap kali ketika kebingungan, tubuh merespon dengan gegabah dan logika seperti mati sesaat. Tanpa berpikir panjang Yanti berlari, beruntungnya tangan Dewi yang kokoh menariknya secepat kilat. Yanti terperanjat dan Dewi memberikan mantel yang dari tadi dipegangnya. “Kita,pakai ini.”
Setengah berlari ketiganya membelah lebatnya rebas.
*****
Masih dengan tubuh yang bersimbah air dan nafas memburu. Aminah, Dewi dan Yanti tiba di posko tepat bersamaan ketika para korban itu sedang diteliti. Husein yang tahu banyak jalan cerita ini memberikan tempat bagi ketiganya untuk lebih leluasa melihat tubuh-tubuh yang sudah tak bernyawa lagi itu.
Aminah dengan langkah gontai diperkenankan untuk mengamati satu-persatu. Suasana yang membuat jantung Yanti dan Dewi seperti bandul yang sedang diayun, dengan gemetar yang tak bisa disembunyikan, keduanya memegangi kiri kanan tubuh Aminah.
Membungkuk dengan ekspresi wajah yang datar, Aminah mengikuti tim yang membukakan kantung mayat. Setelah diyakini bukanlah orang yang dicari, Aminah hanya menggelengkan kepala. Kelegaan mengguyuri kalbu kedua sahabatnya itu.
Empat kantung usai diamati, sampai pada kantung terakhir, tangan Aminah terulur menyentuh jemari yang masih utuh itu. Ada sebuah cincin yang melingkar di jari manis korban. Pekik Aminah pecah dan Yanti yang tak tahu apa-apa hanya mampu memasang badan memeluknya kuat-kuat.
“Kenapa?”
Aminah mendongak dengan rinai terpilu, menyimpan tanda tanya besar yang tak dimengerti maknanya. Hati yang berharap masih menunggu apa yang akan disampaikan akan tetapi belum juga terdengar sepatah kata, Aminah pingsan.
Meremangi awang-awang dan entah mengapa bumantara seperti mentertawakan garis hidup. Belum puaskah dirimu menguliti hidup Aminah, wahai nasib.
Bersambung….
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Keren. Saya kudu belajar menjaga mood menulis bersambung berhari-hari pada Kakak yang ngakunya ganteng ini. Salam.
Hahaha..terima kasih kakak apresiasinya...sama-sama belajar
Kisah seru bgt dibacanya
Terima kasih bu
Kisahnya asyik di ikuti bang. Serasa ikut hadir dilokasi pengungsian korban Semeru.. Semoga semuanya baik2 saja.. Lanjuut. Sukses selalu
Terima kasih, maaf belum sempat skss
Mencoba praktik peran LANGIT MENANGIS BERSUNGUT...membayangkannya...
Iya bun...belajar meminkan diksi sehingga membawa cerita kian hidip
Apakah cincin itu milik ibunda Aminah duh ya Allah, ikut membayangkan suasana di sana lanjut bang
Siap mbak..lanjut, hanya penulis yang tahu...hahahaha
Hahaha ooh itu sudah pasti Bang
Hahahaha
Mantulll ceritanya Pak ...
Semakin keren ceritanya, sukses selalu pak.
Terima kasih bu...aamiin
Apakah itu cincin emak? Kalau iya, sudah ada titik terang. Lanjut, Pak. Saya penasaran.
Keren menewen. Makin mantap diksinya hebat.
Terima kasih ibu