Melangitkan Rida di Awan Panas Semeru (Episode 29. Telepon Husein)
Malam merangkak bingung. Gelap turun lebih dini. Setelah kelam mengacak-acak bumantara, awang-awang rapat tertutup awan tebal, tangisannya turun senada isakan Aminah. Membuat bumi menangisi takdir.
Kisah perjumpaan, entah itu kisah bahagia atau berakhir dengan kedukaan belum juga menemukan simpulnya. Aminah memang berharap Emaknya masih hidup namun semakin ke sini, dia seperti kehilangan harapan.
Yanti menyandarkan Aminah di tubuhnya. Dewi mengapitnya dari sebelah kanan.
“Mungkin, sudah saatnya aku melupakan Emak ya, Kak.” Yanti mendelik, lalu menurunkan kepalanya lebih dekat dengan wajah Aminah.
Dada Yanti berdegup. Tuhan, ketidakpastian arah membuat Aminah menyerah, kalimat yang barusan terucap tak lebih ekspresi ketidakberdayaan yang tak tahu lagi harus di alamatkan ke mana. Aminah telah lama menunggu, dia juga telah lama bersabar dan mungkin sepanjang waktu itu rasa lelahnya perlahan menguliti penantiannya.
Yanti diam, tangannya menarik kepala Aminah lalu menempelkannya menyentuh lipatan depan jilbabnya. “Bumi telah menelan Emak sangat jauh dan Tuhan sudah tak mau menemukan aku dengannya. Emak telah pergi, Kak.”
“Aminah tidak boleh berkecil hati. Besok teman-teman sudah berjanji akan terus melakukan penggalian hingga seluruh bagian rumahmu tergali.” Yanti berucap lembut untuk membesarkan hati Aminah.
“Lagi pula, jika akhirnya tak ditemukan di sana, kita masih bisa berharap Emak, ada di tempat lain yang diselamatkan oleh Tuhan,” lanjut Yanti
Sembari ngobrol, nada dering android Yanti berbunyi. “Husein memanggil.” Yanti menolehkan pandangan ke Dewi. “Dew, Husein menelpon. Ada apa ya?”
“Diangkat saja, Yan. Siapa tahu ada informasi.” saran Dewi ke Yanti. Yanti kemudian menarik garis lurus ke atas pada layar sentuh gawainya itu, waktu panggilan terlihat bergerak.
“Assalamulaikum,”
Jawaban salam terdengar menjawab dari ujung sambungan. “Iya, betul.”
“Oh…sekarang di mana? Forensik?”
“Ok, besok, Insya Allah kami ke sana.”
“Jam berapa bisa diambil?”
“Ok. Terima kasih ya, Akhi. Waalaikumsalam.”
Dewi yang dari tadi penasaran menepuk paha Yanti. “Eh, cerita apaan? Apa yang disimpan, kok menyebut forensik?” Dewi memburu Yanti dengan banyak pertanyaan.
Yanti melepas nafas panjang. Bola matanya berputar ke samping, sedikit menyapukan tatapannya ke Aminah. “Yan, apaan, buruan Husein cerita apa?”
“Tadi saking paniknya lupa loudspeaker sih,” balas Yanti. “Tadi Husein lupa menyampaikan, besok kita terutama Aminah diminta untuk datang tim forensik.”
“Jam delapan pagi,”
“Lho, mereka mau menyampaikan apa Yan?” kejar Dewi.
“Kurang paham, tapi sepertinya ada yang mau diserahkan ke Aminah.”
“Sudah tahu orang lagi dalam kondisi begini, nelpon malam-malam, malah ceritanya enggak jelas banget. Bikin penasaran saja.” Dewi ngomel-ngomel.
“Semoga berita baik ya. Masih beruntung Husein mau mengabari kita,” sahut Yanti
Bersambung....
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Alurnya tetap mengalir deras, sederas tangisan bumi ketika menerima takdirnya.
Iya mbak..terima kasih
Semoga masih asa lanjooot baang
Iya mbak..siap
Melangitkan harapan agar hal baik ysng esok disampaikan. Salam sehat dan bahagia bersama keluarga tercinta
Semoga...aamiin
mantap keren cadas...cerita keren menewen, seperti mengalami sesungguhnya...salam literasi sehat sukses selalu mas Radinopianto
Terima kasih pak...salam
Semoga berita baik buat Aminah ..
Aamiin...semoga bu