Radinopianto

Alam ini seolah miniatur kehidupan masa depan, yang tak cukup dengan diam atau duduk santai sambil menyeruput kopi, Hidup ini bukan mimpi. Takkan sampai jika ta...

Selengkapnya
Navigasi Web
Melangitkan Rida di Awan Panas Semeru  (Episode 31. Ketika Tuhan Memilihkan Jalan)

Melangitkan Rida di Awan Panas Semeru (Episode 31. Ketika Tuhan Memilihkan Jalan)

Luapan emosi Aminah berkembang surut, naik turun. Pudar harapan bersulih kebencian, kendur semangat bertukar dengan sesak, mengundang beribu rasa yang sulit untuk dipulihkan. Berlenggang asa makin beranjak menjauh dalam benak yang berguncang hebat

Hari-hari membawanya lelap dalam selit-belit gelita yang pekat. Yang terkadang ketika dimunculkan dalam bentuk keteguhan bersikap tak terangkai dalam telatah polah yang bijaksana.

Masih di tengah lorong menuju musalah, sambil berdiri berbalik belakangan Yanti tergemap hati dibuatnya. Aminah dengan wajah pucat-pasi laksana melarikan diri dari kejaran yang sedang menguntitnya. Butuh waktu bagi Yanti mencernanya dan tak tahu apa yang akan dilakukan gadis usia SMA itu.

Dengan latah Yanti juga ikut berlari, mengiringi Aminah yang tunggang-langgang. Hampir ketinggalan Yanti mengejarnya. Dewi yang sudah kebelet tak bisa menahannya lagi langsung menuju pintu WC bergambar perempuan. Tak menghiraukan kejadian barusan.

"Dik, tunggu! Kenapa kamu malah berbalik," ngos-ngosan Yanti mengikutinya.

Aminah tak memperdulikan. Bergegas memasuki ruang pasien yang posisi berjarak beberapa meter dari belokan setelah bertemu dengan tim forensik tadi. Beberapa perempuan yang berbaju medis hanya melongo melihat gadis berjilbab itu berlari-lari.

Setelah berhasil menerobos masuk sal dewasa dengan gemetaran di depan bed pasien itu dia menangis sambil mengambil posisi sujud. Yanti merunduk, mengambil posisi duduk dengan melipat kedua kakinya, dan dengan beralas jubah panjang dengkulnya menopang tubuh. Memegang punggung lalu berupaya mengajak Aminah bangkit. “Adik, kenapa?”

Tuhan punya kisah tak terduga. Tuhan hanya memberikan ruang untuk menahan rindu dari banyak bibir yang terus menggedur pintu langit dalam nuansa jingga samudera ampun dan lautan maaf tanpa pernah mengibarkan bendera putih menyerah.

Dari balik kaki-kaki bed pasien, Aminah berdiri mengangkat badan lalu terpekik menghambur. Kekuatan yang telah lama terpasung lelahnya menunggu lepas bebas terburai.

Seorang perempuan tua yang menyandarkan diri di bantal bertumpuk, mendongakkan kepala ke hadapan, yang di sana telah berdiri Aminah, sangat jelas di papan informasi pasien di atas mukanya tertulis, nama pasien Fatimah. Sayap yang menjadi dunianya Aminah.

Semesta membanjir dengan isakan dari fenomena penuh drama yang berkisah haru biru. Dua sorot saling menyapu, dua pipi beradu, dua kepala saling merapat dan dekapan menghangatkan hasrat yang telah lama meringkuk. Yanti benar-benar kelu dengan bibir yang terkatup rapat, tak menyangka di detik kehilangan sosok itu, justru dikembalikan Tuhan dengan cara yang tak terbaca logika.

Persis bersua di tengah tahapan yang tercabik-cabik. Harap tanpa jawab, pekik terlepas tanpa sahutan namun di balik semuanya Tuhan tak pernah meninggalkan. Membersamai dengan banyak cinta, tak sebatas rasa suka manusiawi dengan segala kepentingannya.

Acap kali untuk menyelamatkan dari episode buruk yang bertakdir akan mencelakakan, Tuhan mematahkan hati berkali-kali. Sesaat luruh menyerpih berkeping-keping dan terasa tidak adil, ujung hari tercicip ibrahnya.

Tuhan itu indah, terkalahkan dengan keluh-kesah, Tuhan itu pembuat cerita mahardika namun tersaput dengan segala bentuk penolakan hati yang tak berterima kenyataan.

Suatu saat, waktu akan membawa Aminah melintasi tempat-tempat yang dirasa pernah menyakitinya, menyelami hari-hari sulit dengan bejuta syukur yang harus dinaikkan ke arasy-Nya. Bertahta tempat tertinggi di mana surga itu akan mengapresiasi keikhlasannya.

Di belakang Yanti, Dewi, Husein, tim forensik dan para lelaki yang merupakan relawan berbinar.

Selalu akan berujung hikmah dari ketetapan garis hidup yang menerpa dengan setumpuk pil pahit. Melangitkan rida di awan panas Semeru, langkah mengurai satu demi satu jemari yang terangkat dengan ucapan takbir.

Tamat.

Catatan Penting:

*Alhamdulillah buku ini akan segera terbit, diawaki oleh Media Guru Indonesia. Versi cetak akan mengalami revisi dengan memasukkan kondisi spesifik lokalita yang menjadi potensi daerah Lumajang terkait kuliner dan komoditas unggulan lainnya yang akan memperkaya khazanah literasi kedaerahan dari bumi “Amreta Brata Wira Bakti,” (Kebajikan yang kekal abadi adalah sikap perbuatan ksatria dan penuh pengabdian).

*Spesial terima kasih dan rasa hormatku untuk Pak Bupati Lumajang yang telah membuka ruang, mengapresiasi kisah ini, hingga membukakan pintu pendopo kabupatennya untuk bersemuka langsung dengan penulis termasuk memberikan kata pengantar

* Bapak Mohammad Ihsan selaku CEO Media guru Indonesia yang telah memberikan support dan Mas Eko Prasetyo yang juga akan memberikan kata pengantar.

*Para relawan dan korban yang telah menjadi narasumber dari perjalanan riset Novel ini.

*Para sponsor yang telah memberikan endorse produknya untuk oleh-oleh saat audiensi dan pihak baik yang telah membantu biaya pracetak.

*Salam hormat saya buat editor hebat yang akan dipilihkan hingga buku ini hadir di hadapan pembaca

*jika Berminat memiliki versi cetak, dapat memesan open order melalui nomor whatsapp 082281076050 (Iqbal)

* Syukurku terhadap Rabb, Ilah dan Malik.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Alhamdulillah, indah endingnya

30 Jan
Balas

Terima kasih bu...salam

30 Jan

Hebat

30 Jan
Balas

Terima kasih bu...salam

30 Jan

Alhamdulillah. Begitu mengharu biru kisahnya, kuatnya diksi terasa sekali di cerita keren ini. Barakallah, semoga novelnya pun kelak mendunia, Pak Radi. Salut.

30 Jan
Balas

Terima kasih ibu...aamiin

31 Jan

Alhamdulillah. Ikut senang. Karya yang luar biasa. Selamat ya pak. Kami tunggu karya berikutnya yang tentunya makin keren.

30 Jan
Balas

Terima kasih atas apresiaisnya...salam

30 Jan

Alhamdulillah. Semoga hadirnya buku ini akan membawa berkah bagi banyak pihak. Sukses selalu untuk P.Iqbal dengan karya-karya hebatnya.

30 Jan
Balas

Iya mbak...terima kasih apresiasinya

30 Jan

Subhanallah, alhamdulillah. Ikut senang semoga tambah sukses Pak Iqbal. Salam sehat selalu.

01 Feb
Balas

Alhamdulillah akhirnya penulisnya berkenan membuat pembacanya tersenyum manis dengan ending cerita yang menyejukkan hati.Pokoknya keren pake banget deh selamat ya bang semoga bukunya segera rilis.

30 Jan
Balas

Iya mbak...siap..salam

30 Jan

Masyaallah, alhamdulillah berakhir indah. Terimakasih untuk semua kisah yang menambah kekuatan diri untuk selalu bersyukur atas semua nikmat yang tak terukur . Semoga sukses selalu, Bapak

30 Jan
Balas

Siap bu..terima kasih. Aamiin. Salam

30 Jan

Selalu keren dengan tulisannya, sukses selalu pak.

30 Jan
Balas

Terima kasih ibu..salam

30 Jan

sukses selalu dgn karya2 lainya...

30 Jan
Balas

Terima kasih pak

30 Jan

Luar biasa ..terbawa arus saat membacanya

30 Jan
Balas

Terima kasih bu...

31 Jan

Alhamdulillah akhirnya sesuai harapan.... merinding bacanya.

30 Jan
Balas

Iya bu..terima kasih apresiasinya

30 Jan



search

New Post