Melangitkan Rida di Awan Panas Semeru (Episode 8. Trauma Healing bagian 3)
Cara takdir menyapa bumi selalu mengemuka dengan dinamika yang tak dapat diramalkan.
Aminah yang dari tadi melengking tertawa, serta-merta hening. Sungguh teriris setelah membuat Yanti menunggu terhadap apa yang dilakukan Aminah dalam diamnya, perlahan terdengar suara penuh getar melibatkan emosi yang tak terkontrol dengan pandangan kosong sembari menyandar. Nadanya nyaris setara dengan sebuah ratapan.
Kasih Ibu kepada beta, tak terhingga sepanjang masa
Hanya memberi tak harap kembali
Bagai sang surya menyinari dunia
Yanti terduduk lemas, alis matanya bertaut dengan nafas tersengal mengembang, membuatnya terserodok yang menurunkan hujan deras di netranya.
Kenyataan hidup yang angkuh membukakan mata lebar-lebar, mematahkan semua paradigma dengan berbagai komponen yang sempat melebamkan egonya, logika bahwa kasih itu tak abadi dan akan berakhir setelah berpisah terbantahkan dengan sangat alami.
Faktanya meski terlihat tak wajar dan secara fisik keberadaan Emak Aminah tak diketahui di mana rimbanya, namun ternyata kait mengait korelasi secara emosional membawa bukti bahwa kualitas hubungan emak dan anak realitanya tak dapat dipisahkan, interaksi berulang dari kenangan masa lalu menjadi hubungan terbaik yang membawa kenyamanan dan itu tak lekang oleh waktu kapan pun.
“Ya Rabbi, harus dengan menangiskah caramu mengingatkan?”
Kali ini, Yanti sengaja tak mendekat. Sambil mengelap muka, dia hanya bisa menunduk. Biarlah Aminah meluapkan semua lelahnya, menggores sketsa senyap di tengah impiannya yang sedang diuji. Semoga. setelah gunung es di hati Aminah itu mencair, akan melegakan harinya.
Lain Aminah, lain pula yang terjadi di seputaran lokasi erupsi. Beberapa orang terlihat berlari. Anak-anak kecil digendong oleh orang dewasa dengan langkah panjang-panjang. Beberapa relawan juga ikut serta di antaranya. Kontan Yanti berdiri dan menyapukan pandangan ke sekeliling.
Dewi temannya merapat, “Ajak Aminah keluar dari tapak rumahnya. Di atas sempat terjadi guyuran.” Bimbang menerpa Yanti, namun Dewi lebih dulu menyambar Aminah lalu mengajaknya keluar. Aminah hanya manut.
*****
Suasana yang sudah terbangun kondusif, tiba-tiba hiruk-pikuk. Seisi posko sempat mengheboh, sontak bak dikomando kepala mendongak ke arah langit. Susulan kepulan asap yang tadinya menebal menimbulkan kecurigaan sejenak.
Setelah terombang-ambing terjebak dengan keadaan penuh was-was, beruntungnya kondisi itu tak berlangsung lama.
Seperti tahu apa yang sedang terjadi. Langit mendung, siang seperti menggiring matahari meredup menyipitkan cahayanya. Beribu cinta yang ditiupkan Aminah dalam kidung menyayat terlunta dalam kebisuan rasa, tertatih melalui sela-sela batin yang memberi pembelajaran. Ada rindu yang tak tenggelam setelah orang yang dikasihi itu tiada.
Bersambung….
Sumber lagu: Sonora.id
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Masha Allah, mantap pak
Terima kasih bu apresiasinya
;uar biasa, salam literasi, sukses selalu
Terima kasih bu..salam
Luar biasa
Terima kasih ibu selalu hadir memberikan supporrnya, barakallah
Kisahnya selalu asyik abangku.. Ikut hadir dalam kisah ini. Bagi yang pernah merasakan hal yang hampir sama, tentu saja sangat menyentuh, bukan hanya simpati, tapi juga empati.. Lanjuuut. Sukses selalu
Iya dek.terima kasih, barakallah
Merinding bacanya. Kehilangan yang tiba-tiba, tak kuat ditanggungnya. Keren, Pak
Terima kasih bu...
Jadi ikut terhanyut, keren abis Pak
Terima kasih bu..sukses selalu..
Mantap jiwa tulisannya pak Radinopianto. Sukses selalu
Terima kasih bu...aamiin
Suka sekali dengan alur ceritanya. Siap menanti sambungan ceritanya.
Terima kasih bu...siap
Jadih sediiiiiiih. Keren pak
Iya cukup.sedih kisahnya, terima kasih
Alhamdulillah .,
Iya bu .terima kasih hadirnya..barakallah
Baru belajar patidusa mas. Mohon kritik dan saran serta masukan. Terima kasih telah setia mengunjungi sriyonospd.gurusiana.id untuk saling SKSS dan berbagi kebaikan. Selamat malam selamat beristirahat.
Iya pak de
Ya Allah, enin jadi baper. Lanjut ah, Pak. Gak sabar rasanya menanti lanjutan cerita keren ini.
Siap...terima kasih apresiasinya
Luar biasa mas Radino. Sangat inspiratif
Siap...terima kasih pak...salam
Masya Allah
Terima kasih hadirnya bunda
Dahsyat,,, lama tak bersua tetap saja menggigit karya-karyanya... Mantap Bang
Terima kasih adiikku...barakallah
Terima kasih adiikku...barakallah
Kasihan Aminah, semoga dia kuat
Semoga bu....aamiin
Keren banget, sukses selalu untuk Bapak
Terima kasih pak guru
Ada rindu yang tak tenggelam setelah orang yang dikasihi itu tiada. Keren banget Pak. Semoga sukses dan sehat selalu aamiin
Terima kasih ibu apresiasinya
Ditunggu kelanjutannya, Pak. Salam sukses selalu.
Siap bunda
Semoga Aminah kuat menerima semua ini. Salam santun pak.
Terima kasih ibu....salam
Mantap,,pak d lanjut. Setia menunggu kelanjutannya
Terima kasih bu...siap dilanjut
Duh...membacanya penuh dengan perasaan, keren pak next sukses trus ya
Siap bu..terima kasih
Selalu keren dengan diksi tingkat dewa. Sehat n sukses selalu dinda. Barokallah
Terima kasih yunda atas kunjungannya, aamiin, barakallah
Luar biasa pak, sedih bacanya.... salam sukses
Iya bun..mulai masuk ke kisah kisah bawang merah...hehe
Membacanya kumenangiiiis hiks lanjut mbak ups salah baaaang hehehe
Iya mbak..mksh..hahaha
Tetap kuat ya Aminah. Sekuat oma ngadepin ana yg ngambek...ha ha ha...
Hahaha..siap
ceritanya selalu menarik, sukses Pak.
Terima kasih pak
Kisah yang mengaduk rasa... . Salam sukses selalu, Bapak.
Terima kasih bu apresiasinya...barakallah.
Mantap ceritanya Pak. Lanjut luar biasa. Salam sehat.
Siap..terima kasih bu...barakallah
Selalu mantap dengan ulasannya, sukses selalu pak.
Terima kasih apresiasinya bu
Saya jadi sedih.
Penulis pun mrebes mili..
MaasyaAllah. Semangat selalu dalam berkarya.
Terima kasih bu...barakallah
Makasi kunjungannya pak, dan masukaannya. Keren sekali tayangannya, mantap, sehat, dan sukses selalu pak radino
Iya bu..sama sama
Mantap ceritanya, Pak. Saya follow balik, Pak. Terima kasih!
Terima kasih apresiasinya bu
Keren, salam sehat sukses selalu. Lanjutkan
Terima kasih ibu ..salam...lanjut
Baper dan terbawa emosi yang tinggi membacanya.konfliknya tingjat tinggi. sehat selalu saudaraku pak Nopianto
Terima kasih pak hadir dan apresiasinya...barakallah
mantap keren cadas... ulasan keren menewen dengan diksi yang meleleh... salam literasi sehat sukses selalu mas Radinopianto
Terima kasih pak, aamiin
Spechless saya Pak. Benar-benar luar biasa penggambarannya. Apakah ini kisah asli? Atau mungkin saya yang kurang membaca. Semakin sukses Bapak.
Ini murni kisah fiktif bu, saya hanya mengambil latar semeru saja...ke sana saja saya belum pernah...hehe...bismillah, insya Allah dengan banyak berlatih akan indah aeiring waktu...terima kasih apresiasinya
Hebat memang kalau penulis keren seperti Bapak. Nggak kayak saya, banyak ruwetnya. Haha...
Luar biasa, hebat, menyentuh. Salam sehat Pak Radinopianto
Terima kasih pak
Saya akan selalu menunggu kelanjutan kisahnya. Sangat menginspirasi. Sehat dan sukses selalu
Siap pak....terina kasih, lanjut...salam
Keren menewen, salam literasi
Terima kasih ibu apresiasinya...salam
Tulisan Pak Radinopianto selalu menyentuh hati. Mantap pak... Sukses selalu.
Terima kasih bu....aamiin