Melangitkan Rida di Awan Panas Semeru (Episode 9. Trauma Healing bagian 4)
Gemuruh bergantian saling sahut. Sebundaran hari sedang berjumpa penuh gejolak bersisian dengan merebasnya air di pelataran semesta.
Menguras habis mata air dari awan yang menggantung sesak, mengisi lubang-lubang menderas tak bersisa di pelupuk mata, menyirami sanubari terluka dalam sabetan sembiluan lara.
Potret Semeru masih bermuram, sisa kemalangan belumlah usai, namun bila sabar terlalui dengan tak berbatas, maka waktu pun hendaknya mau diajak berdamai, membersamai paras kusut yang senyap seiring letihnya menata hati.
Seperti kembalinya camar laut menyapu angkasa di penghujung tahun, sebagaimana kucuran rintik yang memangsa debu-debu vulkanik, menyudahi kesedihan yang sedang menggenangi air muka, lalu sepanjang waktu itu menghitung hari mengalah. Sebuah gambaran kekosongan menghias hari dengan ketegaran yang rapuh.
Berjalan berjajar diapit oleh Yanti dan Dewi, ketiganya kembali. Aminah tidak lagi menyanyi dalam kidung gundah menggegerkan petala langit, tidak juga tertawa mentertawakan garis hidup yang tak berpihak. Menyeret kaki melangkah dan tak sepatah kata pun terucap, seolah semua memang harus disikapi dengan diam. Bungkam yang belum membawa berita tentang emaknya.
*****
Senja mulai turun merenyai. Kondisi mereda, semua pengungsi diminta untuk beraktivitas normal dan berkumpul di Posko. Anak-anak yang tak tahu apa-apa mulai bermain dan orang tua bolak-balik ke lokasi perumahan mereka yang sudah terkubur dengan kengototannya untuk segera bisa kembali ke rumahnya.
Meninggalkan kejenuhan yang tak tahu akan sampai kapan berakhir.
Berada persis di kaki Semeru, tinggal berdampingan di pusaran radius terdekat di lokasi bencana harus sigap dengan banyak kejadian yang acap kali datang tiba-tiba, meski kegempaan dan guyuran awan mulai terpantau mereda namun bukan berarti menghilangkan kewaspadaan.
Semua kompleksitas keruwetan tersaji di tengah kegalauan dan tak semua kebijakan penanganan selalu memuaskan hati. Menjadi dinamika yang penuh irama yang penuh pemakluman.
Menghadapi orang banyak, tak semua bisa menahan diri. Logika yang dibangun hendaklah menyertakan berlipat-lipat keluasan berpikir. Serta- merta kehilangan memunculkan penerimaan yang acap kali terdengar sumir, semua lebih dipicu atas latar ketidakberdayaan yang disikapi dengan cara yang beragam.
Tak sepatutnya menengadah menantang badai, kadang netra juga harus menunduk melihat bagaimana sulitnya kehidupan. Tak hendak menipu semesta dengan tawa lalu tanpa sadar berjingkrak di atas jiwa-jiwa yang sedang terguncang hebat, mengabaikan sisi lain yang juga harus dimengerti.
Mereka sedang merindukan bagaimana legamnya kulit bermandikan cahaya di tengah kebun kopi, memanen hasil kebun atau kegaduhan berteriak di siang bolong dari ternak-ternak yang mengharapkan sang pemilik memberikan makanan. Sesedehana geliatnya kehidupan di perkampungan
*****
Ba’da Isya, Yanti, Dewi dan beberapa teman relawan perempuan lainnya berkumpul setelah rapat harian dengan tim. Kebiasaan baik terkait liqo’ (ngaji) di kampusnya tetap menjadi warna keseharian yang cukup menggairahkan ruhaniah. Bujuk rayu Yanti berhasil mengikutkan Aminah dalam pertemuan itu.
Hati berteriak dan para pengungsi masih melambaikan bendera putih menyerah, jalan yang dipilihkan terlihat tak tentu arah, dan sepertinya Tuhan juga belum menjawab di ujung cerita yang akan mencerahkan kisah.
Saat ini, detik kehidupan Aminah memang sedang berdetak gamang dalam lorong-lorong gelap, namun dia tidak sendiri berpasrah dengan ketaatan yang terseok-seok. Hati-hati ini sedang berkumpul membawa kepatuhan kepada-Nya
Bersambung….
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Cerbungnya sll keren. Dibuka dg diksi yg indah. Meskipun Bp background pertaniaan, cerbungnya keren.
Terima kasih ibu..barakallah
Kereeen cerpennya,Pak Dino. Sukses selalu. Salam literasi
Terima kasih pak dede...salam
Diksinya keren bgt sehingga cerita penuh makna
Terima kasih ibu apresiasinya
Kutunggu sambungan ceritanya,Pak. Keren.
Terima kasih pak
Keren menewen abangku.. Ikut hadir dalam kisah yang mengharu biru ini.. Lanjuuut. Sukses selalu
Terima kasih dek...aamiin
Bagus banget kisah dan tulisannya. Salam semangat dan sukses buat Mas Dino.
Terima kasih ibu motivasinya
Semakin keren pak. Penasaran dg si Aminah
Terima kasih ibu...
Semoga bukunya segera terbit. Salam sukses
Siap bu, terima.kasih..semoga..aamiin
Masih terus berusaha belajar patidusa mas. Mohon kritik dan saran serta masukan. Semoga terwujud buku tunggal kumpulan puisi. Salam sehat dan selalu bahagia bersama keluarga tercinta. Terima kasih telah setia mengunjungi sriyonospd.gurusiana.id untuk saling SKSS dan berbagi kebaikan.
Siap pakde..lanjut
Sukses selalu pak..
Terima kasih doanya bu..aamiin
kisah yang keren...sehat dan sukses selalu
Terima kasih bu nanih...aamiin
Keren banget cerpennya, sukses selalu untuk Bapak
Terima kasih pak apresiasinya
Keren ceritanya. Semoga sukses dan sehat selalu aamiin.
Terima kasih bunda..aamiin
Ditunggu kelanjutannya ceritanya, Pak. Salam sukses selalu.
Terima kasih ibu salam
Selalu belajar dg membaca diksi yg disampaikan. Terlalu tinggi ungkapan yg dituliskan, mampukah meniru cara tulisan bapak..?? Salam sehat selalu pak...
Terima kasih bu...seiring waktu dengan banyak berlatih akan indah bu
Cerbung dengan diksi yang sungguh memikat. Sehat n sukses selalu dinda. Barokallah
Terima kasih yunda...aamiin
Luar biasa pokoknya, keren pak
Terima kasih bu...
Selalu mantab Pak Radino. Salam literasi, sukses selalu.
Terima kasih pak, barakallah
Lanjut baaaang
Siap mbak
Cerita sarat makna salam literasi
Suka bacanya,Pak. Rangkaian katanya menghunjam rasa, seakan berada di sana. Semoga kepiluan yg melanda segera sirna. Salam sukses selalu.
Terima kasih bu apresiasinya
Kisah akibat semeru masih asyik untuk dinikmati
Iya bu..terima kasih apresiasinya
Luar biasa diksinya Pak. Salam literasi.
Terima kasih bu, dengan banyak berlatih akan indah
Dilanjut Pak ceritanya, semakin keren.sukses selalu.
Terima kasih ibu...siap
Setiap kata yang berderet kuamati dengan seksama, mungkinkah bisa menulis piawai seperti pak Radi
Seiring waktu dengan banyak berlatih akan indah bunda..terima kasih apresiasinya
keren sangat cerbernya saudaraku. konflik tersaji tingkat tinggi. di tunggu lagi lanjutannnya. sehat selalu pak Nopianto
Siap pak..terima kasih
Barokallah. Bagus sekali. Salam sukses Pak Radinopianto
Terima kasih pak soim.. Salam
Semakin keren. Diksinya sungguh luar biasa.
Terima kasih pak.
Cerita yang bagus, salam sukses dan semoga sll sehat, Pak Radinopianto.
Terima kasih bu apresiasinya...aamiin