Radinopianto

Alam ini seolah miniatur kehidupan masa depan, yang tak cukup dengan diam atau duduk santai sambil menyeruput kopi, Hidup ini bukan mimpi. Takkan sampai jika ta...

Selengkapnya
Navigasi Web
NDAK ONOK

NDAK ONOK

Langit merekah dengan keindahannya. Alun-alun Lumajang masih belum bergeliat. Mentari menghardik dingin yang masih meringkuk lalu mengusirnya enyah dari kolong tempat di mana saya merebahkan badan.

Dalam kondisi kurang tidur, selepas subuh dan mendengarkan tartil gratis dari suara Bu dosen Sutati, pemilik home stay Walet, dengan sigap mengenakan pakaian kebesaran yang mengajarkan diri ini untuk selalu ikhlas bakti bina ber budi bawa laksana, meluncur berangkat menuju titik yang semalaman rasanya membuat adrenalin ini turun naik.

Bak pesawat yang landingnya mulus, awal membuka hari, semuanya berjalan dengan sangat pantas, dari fase pertama menjumpai ketidakterdugaan dan diberikan surprise-surprise kecil yang mulai ditampakkan Tuhan layaknya sedang memetik bintang di kebiruan rasa.

Berjalan pelan di parkiran yang penuh sesak mobil, indikasi aktivitas perkantoran sudah berjalan dengan dinamikanya.

Disambut dengan tulisan warna emas bertajuk selamat datang yang terpampang nyata kian membuat degap-degup jantungku maraton tak jelas iramanya.

Alhasil, sampai kemudian resepsionis mengkonfirmasi kehadiran, lalu jabatan tangan mas Baihaki menghantarkan bersemuka dengan pejabat yang luar biasa, dingin tubuh ini menghangat seketika.

Sorot mata yang welcome dan sambutan yang uapikkk tenan, bertutur seperti orang yang sudah lama kenal, mengubah semua tahapan audiensi mengalir dengan penuh keakraban.

Ya Rabbi, tak ada yang tak mungkin di hadapanMu. Semuanya menemui takdirnya di sini,

Apresiasi yang sungguh sangat sulit dideskripsikan melalui idiom ungkapan apa pun, ruaaaaaaar.....biasaaaaa.

Elan selanjutnya,

Co working space yang berada di area Dinas Arsip dan Perpustakaan menjadi tempat kedua yang kami sambangi. Di sana kami sudah dinanti oleh pepara komunitas penulis.

Berjam ngobrol, didampingi teman-teman penulis MGI juga, didengarkan oleh pejabat yang saya sangat tahu persis, tentu jam terbangnya sungguh sangat sibuk, namun lagi-lagi demi saya yang tak lebih serpihan debu di tungku pembakaran batu-bata keduanya rela meluangkan waktu.

Kongkow ngopi di meja membundar, saling membulatkan ide. Masukan sumbang saran menjadi penyempurna akan tulisan fiksi ini.

Tak lama berselang, dengan difasilitasi dua mobil berplat merah, diantar langsung oleh Pak Nugroho, membawa kami menuju lokasi yang terdampak erupsi hingga huntara dan huntap.

Duh ya Allah, saat merasa tak berdaya, tubuh ini terasa sangat lemas, sekejap saja jika dirimu berkehendak maka alam logika tidak bisa memikirkan sejauh itu.

Apa yang dipikirkan hanyalah sejengkal kepala, apa yang menjadi kebanggaan manusia tak lebih sesuatu yang sangat kecil di hadapan allah.

Dan ini terjadi,

Saya berada dalam kondisi yang tidak punya kekuatan sama sekali. Tulang kakiku seperti goyah dan tak tahu lagi apa yang seharusnya dilakukan, hanya senantiasa berharap allah akan memberikan jalan baik atas berbagai peristiwa.

Di mana-mana partikel yang membatu luapan dari Semeru menutup habis di beberapa kawasan.

Aliran air pekat kekuningan cukup deras mengalir di bawah jembatan Geladak Perak yang keindahannya itu tinggal kenangan.

Halaman rumah sudah terendam penuh dengan debu vulkanik, musibah besar yang meluluhlantakkkan semesta, membuat bumantara merinai dalam duka.

Senyumanku terjatuh. Kenyataan yang membirukan bingkai hati, di atas catatan tangan Tuhan doa ini turun naik menggaris langit. Samudera harap ini terus menghujam padaMu.

Sebaik-baik rencana manusia, Tuhanlah yang menjadi pamungkas. Allah lebih memilihkan jalan lain.

Akhirnya....Lumajang menguntai banyak cerita, dan sepenuhnya belum mampu menyudahi kisah.

Dipisahkan oleh kepulauan yang berbeda, berjarak bermil-mil, namun disatukan oleh Tuhan di luar ekspektasi.

Bingung apa yang harus diucapkan, Satu sisi bersedih atas musibah ini, sisi lain tokoh Aminah dari tulisan saya menghantarkan saya ke sini, namun meski bahagia tidak mungkin saya terlonjak di atas berbagai cobaan ini.

Salutnya...meski sudah keliling wara-wiri kesana-kemari dengan segala kelengkapan pelayanan prima yang sangat optimal, akan tetapi dengan penuh kesederhanaan, membuat saya tertawa kecil ketika kemudian muncul sedikit tanya "Kate nang di?" hanya disikapi simple, dengan kalimat balasan "Ndak onok."

Jazakillah khairun katsira, semoga novel ini segera menemui pembacanya di mana pun berada sumbangsih positif menebar kebaikan, menjadi penguat literasi yang mengangkat kearifan lokal, potensi wisata dan potensi daerah yang layak untuk dinikmati. Ojok lali, tak enteni yo!

(Lumajang, 9 Maret 2022)

67
DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Luar biasa reportasenya

09 Mar
Balas

Terima kasih ibu...barakallah

09 Mar

Mantap. Semangat totalitas berkarya. Salut

09 Mar
Balas

Terima kasih bu..salam

09 Mar

Ooo...Aminah ayu...bisa bikin ngguya-ngguyu....hehe.... keren banget paparnya..lengkap..salam semangat Pak..sehat selalu.

10 Mar
Balas

Ndak ono sing lengkap-lengkip kaya kuwi reportasene. Hahaha....gara2 Aminah jadi sampai ke Kendal juga ya. Pokoke gak ngiro blass.

09 Mar
Balas

Hehehe

09 Mar

Keren dan mantap reportasenya. Sukses selalu Pak.

09 Mar
Balas

Terima kasih bu...salam..aamiin

09 Mar



search

New Post