Pelangi Sunyi di Nusa Penida (Episode 21. Momen Bahagia)
“Hari sudah sore Me,”
“Ayo, kita pulang,”
Tangan Bli Made masih merangkul Meme. Dekapannya hangat, menenangkan kegundahan yang sedang melanda Meme. Meme menolehkan wajah ke Bli Made, sangat dekat wajah itu dengan wajahnya. Peci Bli Made menempel dengan kening Meme. Rambut Meme yang panjang dengan sangat rapi membentuk bulatan sanggul yang memancarkan kecantikan namun angin dengan kejahilan mendorongnya tergerai meliuk-liuk.
Kedua tangan Meme menyeka rambut yang menutupi parasnya, rangkulan Bli Made makin menguat terasa seperti saat kecil Meme menggendong anaknya. Mengulang kisah itu seperti menjadi kaleidoskop putaran cerita, memainkan emosi dan membuka banyak kenangan, betapa pantai ini menyimpan banyak keriangan bersama Aji.
Sambil berjalan pulang meniti pepasiran putih yang menghampar Meme tak berhenti menumpahkan segala apa yang dirasakannya dalam bentuk ekspresi dengan mencium wajah anaknya, Bli Made.
“Laksanaang konya ane melah ane ngeranayang keluargan cai ne bagia,” (Lakukan semua hal terbaik yang bisa membuatmu bahagia). Meme menggenggam tangah kiri Bli Made yang bergerak-gerak mengikuti langkahnya.
“Inggih, Meme. Titiyang jagi ngutsahang jalanin napi sane dados titah sang hyang numadi,” (Baik bu, saya akan berupaya untuk menjalani apa yang sudah menjadi takdir). Halus dan lembut sekali suara Bli Made. Etika yang diajarkan Aji untuk selalu merendahkan suara ketika berbicara dengan orang yang lebih tua menjadikannya terbiasa melakukan itu.
Tangis Meme pecah menghentikan langkahnya, Bli Made sedikit terbungkuk memegang bahu lalu membenamkan wajah menyatukan buliran bening ke kepala Meme.
“Suksma banget antuk mekasamian. Titiyang banget neresnain Meme saking manah titiyang sane tulus,” (Terima kasih untuk semuanya. Aku menyayangi meme sepenuh hati).
Meme menganggukkan kepala. Bli Made menarik tangannya lalu melabuhkan wajahnya di atas punggung tangan Meme. Sapuhan ombak kian tak terdengar perlahan makin jauh yang menjadi irama pemisah kepulangan keduanya hingga rumah.
******
Di teras rumah, keluarga dan sanak saudara sudah berkumpul. Perbedaan keyakinan tak menghalangi untuk tetap bertandang menjadi cara menunjukkan rasa berbahagia di hari yang fitri. Salam-salaman dan mengajak semuanya untuk masuk sekadar duduk bersama sambil menyantap panganan yang sudah disiapkan Meme.
Alice juga ada di antara mereka, membaur dengan semuanya dan bercengkrama. Meme mengajaknya ke belakang dan ikut sibuk menyiapkan minuman, tidak lama keluar membawa baki menyajikannya untuk semua. Dari belakang Meme berdiri dan beradu pandang dengan Bli Made, Meme tersenyum yang dibalas dengan kerlingan mata Bli Made.
Bersambung....
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Cerpen keren
Terima kasih bu
Menarik sekali ceritanya, semoga sehat dan sukses selalu.
Terima kasih bu...doa yang sama..aamiin
Next bang
Siap
Mantap Perpasuan sastra Indonesia dan sastra daerah
Ya bun..siap..terima kasih apresiasinya
Paduan sastra Indonesia dan sastra daerah