Pelangi Sunyi di Nusa Penida (Episode 22. Kisah Silam
Tak ada yang membuat ragu. Ini bukan karena witing tresno jalaran soko kulino, tapi murni tumbuh semata-mata karena Rabb, Ilah dan Malik. Hanya saja yang mengagetkan, nyaris tidak pernah disangka sama sekali ketika kemudian niat untuk senantiasa mengenapkan dien itu jatuh dalam perpaduan lintas negara yang sangat jauh.
Secara logika sangat sulit dibayangkan saat keduanya bisa dipertemukan. Dipisahkan oleh interval samudera yang luas, bentangan benua yang jaraknya bermil-mil bahkan cenderung bertolak belakang budaya dan kehidupan membawa pada kesamaan jalan yang hendak dituju. Laut, udara dan daratan bukanlah batasan ketika Dia berkendak.
Bli Made dengan kehidupan religinya yang luput dari tatanan budaya Bali yang kental dan Alice dengan latar belakang kehidupan luar negerinya secara kasat mata akan sangat jauh untuk bisa berada di satu fase di mana keduanya sedang bergerak menuju titik yang sama, namun atas nama keridaan terhadap apa yang menjadi ketetapanNya, semata-mata membawa alam kehidupan di atas tangan-Nya maka tak ada yang tidak mungkin.
Dalam momen dan kesempatan tak terduga, nyaris tak pernah bermimpi, keseharian sibuk dengan dunia masing-masing pada kenyataanya perlahan mulai membuka diri dan ini akan menjadi padu padan unik yang bisa memberikan warna, menjadi jawaban dari sang Rabb bahwa tak ada yang membedakan manusia dengan manusia yang lain, suku ras, warna kulit, tradisi keseharian atau apapun itu kecuali ketaqwaan.
Alice yang berubah wujud tampilan bukanlah instan. Aktivis penggiat lingkungan hidup yang kemudian berdiam dan menetap di pulau dewata ini menemui takdir melalui serangkaian jalan hidup yang menyuguhkan banyak pemelajaran, menghantarkannya pada kemantapan hati. Bila pun Bli Made tampil memesona dan dianggapnya akan cenderung mampu membersamainya untuk meraih mardaillah adalah sisi kemanusian yang tetap tak terelakkan.
Alice duduk tercenung di teras kamarnya. Pikirannya menerawang pada obrolannya dengan Bli Made jauh hari sebelum hari ini ketika awal kedekatannya dengan Bli Made. Saat itu Bli Made bertanya dengan mimik muka heran, tentang keukeuhnya Alice untuk tak mau kembali lagi pulang.
“Is there something behind it?’ (Apakah ada sesuatu yang melatarbelakanginya?” kejar Bli Made.
“Someday, i will tell U everything, bli......” (Suatu saat, saya akan menceritakan semuanya).
Alice sontak tercekat. Kali ini tak terlihat keceriaaan sepanjang hari yang begitu melekat, nyaris menjadi brand yang mencirikan kepribadiannya. Dia menangis, matanya sembab.
Ironis memang sesaat dia telah memutuskan terhadap apa yang menjadi ketetapan hidup namun serta merta kenyataan itu masih mengganjal pikirannya. Duduk tegaknya yang makin menggelisahkan. Kebimbangan yang membuatnya tak kuat untuk berbuat apapun.
Apakah ini saat yang tepat untuk menceritakan semuanya sehingga Bli Made bisa utuh menerima apa adanya tanpa ada yang ditutupi, atau kisah silam itu biarlah dikubur menjadi sesuatu yang tak perlu dikenang. Alice menyeka berulang tempiasan air mata yang makin menjadi hujan deras.
Bersambung....
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Kisah yang menarik. Ditunggu lanjutannya.
Ada rahasia apakah sebenarnya dengan Alice duh jadi kepo bang
semoga baik-baik saja...hehe
Selalu berakhir dengan tanda tanya