Pelangi Sunyi di Nusa Penida (Episode 24. Tragedi Musim Dingin Bagian 2)
Daddy baru saja pulang kerja. Posisinya beriringan di belakang Alice. Daddy masih terpaku menatap apa yang terjadi. Ada kemarahan yang meluap-luap dengan apa yang diperbuat mereka terhadap Alice. Tanpa berpikir panjang, daddy berupaya mengejar mobil yang perlahan bergerak.
Keadaan sangat gelap, sunyi dengan jarak pandang yang terbatas. Hanya sinar mobil yang bisa melihat siapa saja yang melintas di depan. Kalap mata dan pengaruh nafsu membuat mereka tak fokus terhadap keberadaan orang yang ada di seputar, kedua lelaki tersebut bergerak dengan sangat cepat, sementara yang berperan sebagai driver menunggu di dalam. standby dengan setirnya.
Alice yang lemah didorong masuk. Alice tidak pingsan namun kepalanya terasa sangat pusing dengan tubuh yang kehilangan tenaga. Hanya bisa pasrah dan terus mengucap apa saja yang bisa dirapal sebagai doa. Sesekali tangan mereka dengan nakal melakukan hal yang tak pantas. Teriakan sekuat apa pun tak akan didengar. Derai tawa cekikikan sembari agresif berbuat semaunya, membuat pakaian Alice sudah tak karuan lagi bentuknya.
Laa hawlawalah quwwata illah billah....
Suhu sangat dingin. Salju turun tanpa henti dan menghalangi gerak mobil. Beruntung bagi Alice, entah paparan salju atau apa yang menyebabkannya, mobil ngadat berhenti mendadak yang membuat mereka sumpah serapah meninggalkan Alice sendiri. Sambil menghambur keluar, tangan jahilnya masih sempat mencubit pipi dan Alice menepisnya.
Kedua lelaki yang dari tadi melecehkan Alice nampak sibuk dengan Kap mobil bagian depan yang terbuka lengkap dengan senternya. Belum lama mereka mengotak-atik, terdengar mesin mobil hidup, lalu berlari bersiap masuk.
Daddy sudah berdiri tidak jauh di kegelapan. Alice yang sendiri berhasil ditarik keluar oleh tangannya, akan tetapi tubuh yang terjerebab di atas tumpukan salju menyadarkan akan kedatangan daddy, memergoki ada orang lain terjadilah baku hantam.
Perlawanan terjadi dan dengan tenaga yang kalah kuat keduanya mendepak bagian belakang tubuh daddy yang membuat tersungkur, ada bercak merah menetes di baju daddy menjadikan mereka panik, tanpa menunggu lama serta merta pergi.
Malam kian sunyi, dan dengan sisa tenaga yang ada daddy membopong Alice tanpa memperdulikan bagian belakangnya yang terasa pedih dan sakit. Mommy terkaget-kaget di rumah dan dengan histeris menyambut keduanya, daddy masih sempat mengatakan bahwa semua baik-baik saja, sampai akhirnya dia terbujur pingsan.
******
Alice berhenti bercerita dengan butiran bening yang sangat membasah di pipinya. Bli Made menunduk, lama keduanya saling diam.
“Forgive me. Then....what happened to daddy next, Alice?” (Maafkan saya, lalu.... apa yang terjadi dengan daddy selanjutnya, Alice?”). Bli Made memberanikan diri bertanya memecah keheningan itu.
“Mommy called medical personnel and daddy underwent a long treatment,” (Mommy memanggil tenaga medis dan daddy menjalani pengobatan yang cukup lama,), kalimat Alice hampir putus tak terdengar, kesedihan merayap-rayap yang membuatnya seperti tak mampu lagi menceritakannya.
“What about U?” (bagaimana denganmu?). Datar dan sangat hati-hati Bli Made mengucapkan ini
“I felt very dirty, disgusted myself with mybody and felt unworthy of wearing mymoslem clothes at that time.” ( aku merasa sangat kotor, jijik sendiri dengan tubuhku dan merasa tidak pantas lagi memakai pakaian muslimku saat itu). Sedih sekali ketika Alice mengemukakan kata demi kata ini.
“Until finally daddy died just when spring arrived and it hit me so badly.” (Sampai akhirnya. Daddy meninggal persis ketika musim semi tiba dan itu membuatku sangat terpukul) lanjut Alice.
Bli Made tak lagi bertanya. Alice pun hanya sibuk dengan ujung jilbabnya.
Musim dingin yang menggigil menumbuhkan asa untuk segera berpindah ke kehidupan masa depan, ingin rasanya cepat-cepat berada di musim semi atau musim panas. Namun ternyata tidak dengan Alice, ketika semua orang bergembira dengan bermekaran akan keindahan bunga magnolis, cherry blossom (bunga sakura) dan juga daffodils yang selalu dinantikan atau sekedar menikmati siang hari yang cukup panjang dengan sinar mentari. Alice justru berduka, kepergian Daddy yang sangat disayanginya membuat kesedihannya begitu mendalam.
Bersambung
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Duh ikut tegang membacanya seolah olah kita terbawa suasana yang menegangkan kasian Alice
Ya mbak..sedih kisah silam alice