Pelangi Sunyi di Nusa Penida (Episode 35. Keputusan Bli Made Bagian 2)
Terkesiap dengan apa yang diucapkan Bli Made, Meme berdiam diri cukup lama. Mungkin Meme sedang mencari ungkapan yang pas atau bisa jadi Meme telah kehilangan berjuta kata.
Tampak sekali begitu was-wasnya beliau dengan ucapan Bli Made, kali terakhir ketika dengan tegas akan membatalkan niatnya.
Di balik kesehariannya yang periang dan suka bercanda, Meme sangat mengenal tabiat anak lelakinya itu. Bli Made mewarisi seratus persen karakter Aji, keras pendirian dan sulit untuk digoyahkan ketika sudah bertumbuh tekad.
Terhadap Meme, apa saja yang diucapkan jarang sekali meleset, semua penuh kesungguhan dan disampaikannya dengan tidak main-main.
Meme mendongak lalu menatap lurus jauh ke dinding, memandangi patung patung koleksi kepunyaan Aji yang sering kali membuatnya berderai merindu tak berujung akan mendiang suaminya itu.
"Meme sudah begitu puas menahan rasa bersalah dan sedih karena kehilangan kebahagiaan dalam masa kecil kalian. Masa itu harusnya kalian bersama Meme dan Aji tapi realitanya, ekonomi kita kala itu menjadikan Meme harus berbesar hati menerima kenyataan. Beruntungnya kaki dan dadong (kakek dan nenek) rela membesarkan kalian.
Jika pun akhirnya bertahun kita terpisah dan hampir separuh hidup kalian hingga hari ini lebih banyak dalam pola didik bersama Kakek dan Nenek, Meme sungguh tak kuat mengingatnya.
Dari sisi kepercayaan kalian mungkin terpola dalam keyakinan Kakek dan Nenek, dan semua itu bagi Meme bukanlah masalah. Untuk itu kita mungkin berbeda, namun bukanlah masalah karena penghambaan terhadap sang pencipta adalah hak kalian yang tak mungkin dapat dipaksakan.
Namun tidak dengan kelapangan hati, kebersamaan dan kebahagiaan ketika akhirnya ekonomi kita membaik dan kita bisa berkumpul kembali dan meme tidak akan mengulang berduka pada hari hari ketika kalian sudah bersama Meme.
Kebahagiaan kalian adalah rasa yang tak akan kulepaskan, hari ini, dan masa-masa yang akan datang, bersama kalian,"
Mengingat kenangan lama itu Meme seperti terjebak dalam berjuta suasana yang membuatnya tak mampu menyesali diri.
Alice mengangguk, pertanyaannya terhadap Bli Made tentang mengapa ada perbedaan keyakinan antara Meme dan kedua saudara itu akhirnya terjawab dengan tuturan kata demi kata Meme yang mengalir di hadapannya.
Bli Made belum juga mengungkapkan apa yang akan menjadi pilihan namun Meme lebih dulu telah memaparkan apa yang bergolak di sanubarinya selama ini. "Meme berharap kamu tidak akan berpisah lagi dengan Meme, nak."
"Meme, tidak seperti itu....," Bli Made sedikit menyela dalam luapan emosi Meme yang mengemuka itu.
"Meme sareng mbok nunas ampura yen wenten kaiwangan," (Ibu dan kakak mohon maaf jika ada kesalahpahaman). Sahut Meme.
"Meme....Nlnenten wenten iwang, niki wantah iwang penampen pinaka iwang pemargi sane becik."
(Meme...tidak ada yang salah, semua hanya kesalahpahaman yang terjadi dalam upaya kebaikan bersama."
Bli Made diam, Alice yang memamg tidak paham bahasa bali pun hanya bungkam. Yang dia pahami hanya bahasa tubuh dan membuatnya ikut larut.
"Titiyang sampun cumpu antuk napi sane titiyang cumponin." (Saya sudah memantapkan pilihan saya).
"lan titiyang jagi gelis ngalaksanayang." (Dan saya ingin menyegerakannya).
Lebih lanjut Bli Made benar-benar merapatkan tubuhnya. "Titiang nunas kerahayuan lan lascarya ngicen titiang pamargi sane becik." (Mohon restu, mohon ketulusan hati untuk menerimanya).
"Titiang melaksana sampun banget kapinehin." (Percayalah, saya melakukannya penuh pertimbangan).
Meme memegang pipi Bli Made. Meraba wajahnya lalu menurunkan jarinya hingga bibir anaknya, lalu bak bunga yang mekar tersiram hujan, mengembang senyum cantik Meme yang berapa hari ini seperti tersaput awan.
"Yening nika sampun kacumponin titiang sareng sami wantah nyukserahang mangda rahayu."
(Jika itu sudah menjadi keputusannya, kami hanya bisa meridai).
"Mogi-mogi labda karya," (Semoga semuanya lancar).
"Matur suksma Meme,"(Terima.kasih Meme),Bli Made melipat tangannya seperti posisi menjura, ungkapan hormat dengan Meme, diikuti oleh Alice.
"Suksma mewali." jawab Meme membalas menjura, bak penari Bali, tangannya terlihat indah di depan kebaya putihnya.
*****
Hari mulai gelap. Saat kemudian semua makhluk merunduk menghamba pada sang pencipta. Meme berdiri meninggalkan Bli Made dan Alice, perlahan sambil membenahi selendangya bergegas ke belakang, tidak lama berselang setelah ke luar, di tangannya sudah siap dengan canang, dupa, tirta, sekar atau bunga yang akan dibawanya ke pelinggih.
Bersambung...
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Next
Siap
Semakin sarat pesan dan nasihat
Terima kasih apresiasinya bu
cerpen yang keren ditubggu lanjutannya. sukses selalu buat bapak Radinopianto. salam literasi dan salam skss
Siap pak...salam