Pelangi Sunyi di Nusa Penida (Episode 41. Tak Selamanya Cinta)
Pagi buta Alice sudah bersiap berangkat. Di tengah gelap menggigil, embun masih membasah di atas dedaunan. Satu koper besar beroda warna merah menyala dimasukkan ke dalam mobil. Dengan berat hati dan perasaan yang tak bisa digambarkan rasanya, setelah pamit menemui Meme yang sedang sibuk menyiapkan kelengkapan ibadah purnamanya, dan dengan ditemani saudara nisan, sepupunya, Bli Made hanya dapat mengantar kepulangan untuk terbang ke Jakarta dari Bandar Udara International I Gusti Ngurah Rai.
Meme tersenyum namun Bli Made cukup hafal dengan bahasa tubuh ibu kandungnya itu. Yang dilakukan tak lain untuk membesarkan hati dan tak membuatnya larut. Seperti telaga tenang, Meme senantiasa mendinginkan, mampu hadir dalam berbagai gejolak, mencairkan suasana yang beku dan bak pelita selalu menjadi penerang yang mencerahkan.
Seperti apa kelut melutnya, sengkarut yang menguasai pikiran, ruang terdalam yang tak nampak mata dari anaknya Bli Made tentu sedang sesat pusat kait mengait. Sesak dada yang menjadikan berdiri pada posisi yang tak cukup kuat. Tidak sampai hati menyaksikan kepasrahannya pagi ini.
Jika bisa memilih tentu dia tidak akan membiarkan Alice pulang, akan tetapi demi mendapatkan restu dan rida, dirinya mengalah. Jarak yang begitu jauh dihubungkan oleh samudera nan luas dan dengan rentang yang bermil-mil, ada hati yang akan senantiasa menunggu.
Dari luar, sesaat sebelum Alice check-in dan menyatu dengan banyaknya orang yang mulai ramai lalu lalang, Bli Made menatap lekat kepada perempuan yang diharapkannya menjadi mitra qowwamnya itu. Alice berhenti persis di depan petugas bandara pada jalur masuk, sesaat menatap ke belakang, berdiri lesu di bawah kendali jarak yang sebentar lagi mulai menjauhkannya.
Lambaian tangan Alice dan sedikit senyuman adalah kenangan terakhir yang disaksikan oleh Bli Made sampai kemudian tubuh dengan gamis lebar itu mulai melangkah masuk. Lenyap di antara kerumunan dengan membawa harapannya.
Pelangi itu indah namun hanya sebentar saja menghias langit. Pelangi itu tak bersuara, pelangi itu tak menderu, dalam hiruk pikuk gelap yang menguasai awang-awang, kaki langit bermuram durja, seketika atmosfernya membuat hati senantiasa gelisah namun tidak lama rinai hujan telah membawanya berlari. seperti pelangi yang terhampar indah dalam garis warna warni yang melukis langit di bumantara Nusa Penida.
Selengkung bianglala hayal telah mampu membuat harapan Bli Made melambung tinggi, mengubah sedih menjadi bahagia, bertahta sepasang kekasih yang akan bertasbih di mihrab masjid menuju keabadian cinta, Dua belas purnama berganti dua belas purnama di tahun berikutnya, dan Alice ternyata pergi dan tak pernah kembali. Dia hanyalah Pelangi Sunyi di Nusa Penida.
*****
Lima tahun berlalu. Dalam masa itu, setelah sembuh dari sakit akibat depresi, Meme sempat pulih dan mulai beraktivitas seperti biasanya, namun kemudian tak ada yang bisa memprediksi rezeki, maut dan jodoh. Hari demi hari kesehatan Meme kian memburuk.
Hingga suatu ketika, saat sedih itu datang menghentak lagi, semesta kemudian memanggil Meme untuk selamanya. Menyatukan semua penghambaanya di ujung laut dalam pertemuan cintanya dengan Aji.
Waktu yang begitu kejam bagi Bli Made.
***
Seorang anak kecil berlari mendekat dengan membawa bola mainannya. Perempuan cantik yang sedang hamil tua menunggu kelahiran anak kedua, dengan jilbab panjangnya terlihat duduk sendiri istirahat di kursi panjang taman, tidak jauh dari anaknya bermain.
"Hei, jangah lari-lari," lelaki dengan jubah panjang memeluk menyambutnya. "Kamu mengapa, Nak?" sangat lembut sambil tertawa lebar.
"Ada surat buat, Abi!" jawabnya sambil menyerahkan. Nafasnya tersengal dan Bli Made menerimanya dari tangan mungil itu. “Terima kasih ya sayang,”, lagi-lagi sambil menciumi anaknya.
Sebuah amplop kecil, berstempel cap pos luar negeri dengan bahasa inggris, di sudut kanan tertulis jelas..."From Alice."
TAMAT.
#Sampai jumpa pada seri dua. "Tak pernah kucari cinta yang lain,"
Terima-kasih tak terhingga buat teman-teman yang sudah membaca tulisan ini, special Ibu Sari Guru Bahasa Bali yang dengan tekun memberikan kontribusinya dalam mengecek kata perkata dari dialoq Bali yang penulis susun. Semoga Tuhan selalu menjadikannya amal. Jazakillah khairun katsiro.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Duh ko endingnya seperti ini ya, banyak pertanyaan yang berkecamuk di hati pembaca kenapa Alice tak kembali, apa sebetulnya yang sudah terjadi hanya penulis yang tahu jawabannya.Siap menunggu episode selanjutnya
Ya mbak..mksh
KEREN BINGIIITS