Meminjam istilah anak gaul, ungkapan ini tak lebih artinya santai kuy dan mantabbb...hehe

Berada di rumah yang berdempetan jaraknya, hanya berjarak pagar yang sangat dekat dan dinding rumah yang hampir menyatu itu, sungguh aduhai.

Berkembangnya perkotaan tentu berpengaruh terhadap semakin memadatnya populasi penduduk, seperti pada pelajaran geografi di zamannya dulu, entah itu natalitas maupun mortalitas bergerak susul menyusul.

Natural saja, dengan kata lain setiap ada kata salam pembuka tak diketahui suatu saat di kesempatan berbeda bersisian dengan say goodbye terhadap kebersamaan.

Konsekuensi logis yang harus disikapi dengan qadarullah. Pada akhirnya, yang tetap bersama, mereka adalah pribadi yang hidup di tengah-tengah kita dan yang meninggalkan adalah mereka berproses dalam geliat kehidupan yang seiring waktu silih berganti.

Tak perlu risau, semua ada waktu dan masanya, tinggal bagaimana kita memaknainya sebagai bagian dari putaran dunia yang tak mungkin dapat ditahan.

Kembali ke urusan himpitan atau dalam bahasa matematika irisan, hunian tempat tinggal kami memang berada di tempat yang lumayan padat, belum juga masuk ukuran kota yang sangat bejubel namun sudah cukup ramai hari-hari kami.

Dinamika yang terus menemukan bentuknya termasuk di zaman markonah yang membuat kita harus berbentang jarak.

Di era semua pekerjaan dan tugas lebih banyak diselesaikan dengan online, bukan sekali dua kali pas lagi live muncul suara-suara horor dari rumah sebelah.

Burung yang tiba-tiba berkicau di tengah saya mengisi materi dalam zoom meeting, ayam yang dengan lantangnya berkokok percaya diri ketika saya sedang mengambil rekaman lagu atau puisi, dan suara hiruk-pikuk penjual sayur yang berteriak, turut menambah warna dalam kegiatan dalam jaringan lainnya, kenyataan yang sejatinya membuat saya harus sabar untuk take ulang.

Konsekuensi logis bertetangga yang lagi-lagi rumahnya berdampingan ya seperti itu. Beruntungnya berbeda dari tempat tinggal pertama kali dulu, tetangga di sini semuanya sibuk.

Sore hari, di jalanan yang terlihat hanyalah iring-iringan kendaraan yang pulang dari tenpat kerja masing-masing.

Ngerumpi? entah apa karena saya yang tak mempedulikan atau memang tidak ada aktivitas itu, alhamdulillah yang jelas saya tak melihat berkumpulnya komunitas yang suka ngomongin orang yang dalam hitungan hari pokok bahasannya bisa satu RT, hehe....

Kalau pun ada biarlah, mungkin itu cara sebagian orang memenuhi kebutuhan lain mulutnya, selain makan..haha..

Pada posisi komentator manusia akan sangat profesional menghakimi orang lain berdasarkan perspektif dan pikiran picik sepihak, namun untuk menilai diri sendiri acap kali lupa kalau bercermin di lampu petromak atau berkaca di sendok dan garpu hanya akan membuat fakta berlari jauh dari kenyataan yang sesungguhnya.

Anjing menggonggong kafilahnya diam saja, jadi akan jelas yang banyak menggonggong itu guk-guk dan yang diam saja itu manusia.

Pagi buta bertebaran di muka bumi dengan semua ranah profesi dan senja ketika malam hampir turun menyapa bumi, bak dikomando pulang ke rumah masing-masing. Rutinitas berulang.

Jadi ingat lagu mbak Anggun C Sasmi, kalau pun saling tegur sapa...."Saat kudatang, kau berdiri menyapa, kutahu itu hanyalah basa-basi..."

Ya gitu deh...sanskuy....hobaaaaah..

(Rumah Cinta, 20 Februari 2022).