Senja Menua di Rawajitu
Hari masih sangat gelap, semerbak air rawa dari kanal buatan blok 3 jalur 3 eks WM di samping mess menyeruak hidung. Angin pagi menembus pertahanan jaketku.
Berada di tempat yang jauh dari keramaian, sepi dari hingar bingar bahkan sinyal pun kadang kadang timbul tenggelam bukanlah pilihan namun teringat akan begitu sulitnya tantangan ke depan menjadikan semuanya mengalir.
Tidak ada excuse dalam hidup ini, keras dan penuh dinamika. Apa saja yang menjadi kebutuhan haruslah dipikirkan sendiri, dan kenyataan ini membuatku harus mampu berhitung dengan sangat matang, membaca apa yang dialami lalu berupaya menemukan solusi untuk kembali bangkit.
Alhasil berbagi impian dengan emak adalah realita hari ini dan walau acap kali mengalami banyak peristiwa yang mendebarkan jiwa dengan pertahanan yang dikuat-kuat bisa mampu mengatasi dengan terseok.
Tak terasa ini menjadi tahun kedua setelah akhirnya emak memutuskan untuk ikut melebur di sini. Berawal dari menyewa tambak sampai akhirnya memiliki sendiri, tak semudah membolak-balik telapak tangan faktanya harus jungkir balik mewujudkannya.
Jujur melihat rentanya usia, aku seperti tidak sanggup melihat keinginan kuatnya untuk bersama namun mengingat apa yang terjadi dengannya, emak akhirnya tanpa perlu berpikir panjang lagi memilih untuk ikut bersamaku. Menjadi sebuah keputusan yang sangat logis.
Setidaknya pikiranku tidak banyak terbagi jika emak berada di sampingku, setiap apa yang menjadi kebutuhan bahkan keluhan di usianya yang mulai senja dapat segera kuketahui.
Akan tetapi bukan emak kalau tidak menutupi apa yang dirasakannya, sesuntuk apa yg mengusik hatinya dia akan menyimpan rapat-rapat.
Sesekali speed taksi melintas, senyum Pak Ketut menyapa ramah awal pagiku yang sebetulnya tidak sedang baik-baik saja. Lambaian tangan kuturunkan seiring menjauhnya kendaraan air itu. Menyisakan gelombang yang meliuk-
Sambil membawa pakan yang akan kutebar di kolam sebelahnya yang masih sehat, netra sontak berhenti diam, bergeming beberapa meter di samping sosok yang sedang berduka.
Menggigil di pagi dingin, Emak diam seribu bahasa. Di atas tanggul dengan pandangan kosong menghadap ke tambak udang. Terpekur dengan tangis yang ditahan.
Lirih seperti mengiris kekokohan bersabar yang membawaku terbawa suasana. Tak ada yang paling membuatku terluka dalam hidup ini selain melihat sosok bidadari tuaku itu merebas bulir beningnya
Dua bulan menebar benur, berharap akan tuntas dengan hasil panen yang bagus, namun faktanya white spot menjadikan pundi emasnya itu menggelepar. Sebagian udang merapat ke pinggiran bahkan ada juga yang telah mengambang.
Apa pun dalih dan keinginan untuk berupaya bertahan, namun secara cermat pilihan tersulit yang harus dihadapi adalah panen lebih awal.
Konsekuensinya udang akan di beli oleh buyer dengan harga yang jauh dari harapan.
Masih beruntung kalau dapat hasil beberapa kuintal jika tidak boro-boro untung, balik modal saja sudah sangat hebat
Beberapa partner dan petambak lain yang menjadi saudara baru di tempat ini kian menyemangati dengan support yang menguatkan, dan ini tentu saja membuatku bisa tegar.
Emak tentu sangat berwalang hati, pandemi mengubah segalanya, terlebih apa yang menjadi keinginannya akan tertunda lagi.
Sederet daftar panjang yang harus dibayar ambyar seketika. Emak diam dan aku tak berani untuk mendekatinya.
Sedikit gelagapan dan tak kusangka, emak menyadari kehadiranku. Aku pura pura menunduk jongkok menyentuh pakan yang sedang kubawa. Dari sudut mataku emak mengelap wajahnya yang kuyakini dari tadi sedang terisak menangis.
Sabar ya mak, semuanya baik-baik saja. Kudekap tubuhnya dan emak diam dengan dada yang begitu bergemuruh, bergolak menahan pedih.
Bersambung....
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Bakal melow lagi nih ceritanya
Iya mbak
Alhamdulillah dapat kembali menikmati kisah-kisah menyentuh hati. Salam sehat dan bahagia bersama keluarga, bapak
Iya bu...aamiin
Keren Pak ...terbawa hanyut....Rawajitu ..tak jauh tempatku ...sukses selalu Pak Iqbal ...baarokallah.
Terima kasih bu...doa yang sama...aamiin
Tanggung Pak. Bikin penasaran!
Hehehe..udah buat penasaran ini..hiho..mksh ya pak