Senja Menua di Rawajitu (Episode 12. Belajar Dewasa dari Keadaan)
Di pesantren kuhabiskan dengan terus belajar. Prestasi yang dianggap teman-teman sebagai hal yang membanggakan dariku tak lebih caraku mengejar masa depan untuk cepat menyelesaikan pendidikan.
Menangis dan terus menangis namun semua tak merubah kondisi. Aku terasingkan dari semua jejak kehidupan yang seakan-akan mengungkungku dengan berbagai aturan.
Aku hanya rindu, namun tak berbalaskan. Rindu Emak, rindu Kakek.
Rindu sekali ingin bertemu dengan orang-orang yang kusayangi itu, namun tak jua pernah ada kesempatan.
Emak benar-benar telah melupakanku, tak ada informasi yang bisa kudapat sedikit juga. Tak kuketahui apa yang terjadi dengannya. Semua seperti berbentang jarak dan terkunci rapat.
Tak kumengerti sekejam ini yang kudapatkan. Tega benar Emak dan Kakek.
Dari pagi ke pagi, malam ke malam aku terus berharap segera menuntaskan sekolah, sehingga tak ada alasan bagi Emak dan Kakek untuk menahan dan melarangku keluar termasuk Pak Yai.
Menjauh....sejauh-jauhnya.
Ambisiku hanyalah ingin bisa lari dari kenyataan yang tak kusukai itu, pergi dari semuanya termasuk penjara suci yang dianggap Emak dan Kakek sebagai bagian dalam menempa jati diriku ini.
Ah....aku kehilangan sosok terhadap siapa pun. Aku begitu mendendam dengan keadaan.
Dua tahun di sekolah lanjutan, persis di kelas dua SMA, Emak akhirnya menghubungiku untuk pertama kalinya, lagi-lagi aku harus menelan kejamnya takdir. Pulangku bukanlah berwarna kebahagiaan namun tetap berisi isak tangis.
Bumantara menjadi miring rasanya melingkupi langit. Kakekku berpulang untuk selamanya.
Tak cuma mendapat izin, bahkan aku pun diantar hingga tiba ke rumah oleh sopirnya Pak Yai. Jarak yang cukup jauh membuatku terlambat hingga tak sempat lagi melihat Kakek untuk terakhir kalinya.
Emak menangis di samping nisan kakek ketika kemudian aku juga pamit kembali ke pesantren.
"Laa hawlahwalah quwwata illah billah, kuatkan Emak ya Allah."
Lelaki jahat itu tak terlihat juga batang hidungnya. Kebencianku telah mengubah semuanya dan di mataku tak ada baik-baiknya sedikit pun.
"Tapi....kemana dia ya," batinku.
Namun untuk menanyakan kepada Emak yang sedang berduka tak terbuka mulutku.
Misteri yang hingga hari ini tak kutemukan jawabannya. Emak begitu membungkam, seperti tak mau memberitahukan apa yang sesungguhnya telah melukainya.
Mengapa aku harus punya Ayah sementara kasih sayangnya tak pernah kudapat.
*****
Beduk berbunyi diiringi azan membuyarkan lamunanku. Sore merangkak perlahan, menepi menuju ujung kaki langit. Langkah ini kukuatkan untuk terus memompa semangat.
Bagaimana mungkin diri ini berharap banyak sementara apa yang dilakukan untuk menjemput rezekinya hanyalah langkah patah-patah tak berdaya.
Berlabuhlah malam di sunyi langit namun tak membuat asa ini tertidur dengan penuh lalai. Biarlah raga ini merebah istirahat namun apa yang menjadi keinginan tak mesti redup seiring menghilangnya cahaya mentari.
Ember air seketika berubah warna seiring berbaurnya dua kilogram cupri sulfat. Tanganku masih fokus membuatnya rata. Sambil mengaduk-aduk hingga berwarna biru merata. Batinku terucap harapan semoga sterilisasi terhadap telur keong, tiram, ikan maupun lumut ini menjadi bagian ikhtiar yang baik untuk udangku.
Tak ada apa pun kekuatan dan usaha akan berhasil jika tidak dalam perkenan sang Rabb.
Emak dan segala pergolakan hidupnya akan kumuliakan meski pun tertatih.
Langit memekat merah. Kincir air terus bergerak memutar membentuk percikan yang terus bergelora. Asbes rumah menderu di permainkan angin. Saatnya istrihat dari aktivitas.
Bersambung.....
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Waduh bikin penasaran
Lanjut ya bu..hehe
Sedih bacanya bang ada apa sebenarnya dengan ayah, pertanyaan yang hingga saat ini masih belum terungkap
Lanjut mbak
Lanjut
Siap pak