Radinopianto

Alam ini seolah miniatur kehidupan masa depan, yang tak cukup dengan diam atau duduk santai sambil menyeruput kopi, Hidup ini bukan mimpi. Takkan sampai jika ta...

Selengkapnya
Navigasi Web
Senja Menua di Rawajitu (Episode 4. Terulang Kembali)

Senja Menua di Rawajitu (Episode 4. Terulang Kembali)

Gelap melebarkan sayap dari sudut ke sudut, warna terang tak beraturan di langit halamanku sudah tertutup penuh oleh warna hitam, pertanda kehidupan sudah berganti dan malam menghimpun mimpi emak dalam sketsa-sketsa senyap yang menghias hari penuh misteri.

Sungguh sekecil apa pun suara di kesunyian temaram akan terdengar dengan sangat jelas. Berupaya melewatkan semua lirihnya suara talbiyah yang terucap tak beraturan volumenya tapi entah kenapa kekuatannya mampu membuatku bergetar hebat.

Rasanya ingin meluapkan semua ketidakberdayaan ini namun apa daya Allah masih menahan kerinduan Emak untuk bisa mewujudkan apa yang menjadi cita-cita mulianya.

Impian yang begitu kuat dan selalu saja mengemuka ketika sendiri. Di mana saja, emak selalu komat-kamit tenggelam dalam bacaan-bacaan itu.

"Bersabarlah emak, semua akan baik-baik saja."

Pak Kades yang berada di tengah kami pun tak kuasa menguasai emosi sedikit menunduk memalingkan wajah karena ikut terharu.

"Emak harus banyak istirahat dan jangan banyak pikiran."

Alhasil, bersama Bu Bidan, keduanya pulang pamit kembali ke rumah masing-masing secara bersamaan.

Emak memejamkan matanya kembali, terlelap dalam kelelahan dan efek obat dari Bu Bidan yang membuatnya bisa lebih lama istirahat.

Setelah membereskan semua peralatan bekas panen udang dan mencuci bersih piring-piring kotor, menghantarkanku untuk memejamkan mata.

******

Pagi buta setelah subuh, melodrama berlanjut. Begitulah Emak. Dia yang merasa sudah membaik kesehatannya, tak terlihat lagi di kamar. Mukena bekas salat subuhnya juga sudah terlipat rapi di atas sajadah.

Harapanku masih terbuka lebar. DOC udang pada tambak satunya sudah memasuki umur 40 hari, artinya pakan yang kuberikan sudah harus dioplos antara pakan nomor tiga dan pakan nomor empat.

Semoga saja, tambak ini bisa tuntas panen di umur 70 hari sehingga bisa mempercepat keinginan emak.

Satu ember pakan yang sudah kusiapkan tadi malam sebelum tidur untuk kutebar pagi ini sudah tak berada di gudang belakang. "Pasti emak yang sudah membawanya," batinku.

Dan benar saja. Gapah-gopoh aku keluar memastikan keberadaannya. Kulihat Emak sudah berkeliling tambak, melakukan gerakan memutar berlawanan arah jarum jam layaknya thawaf.

Dari samping mess di gudang belakang, hanya bisa bergeming menyaksikan tanpa ingin mengganggunya. Kubiarkan emak menyelesaikan semua hajatnya.

Tiap kali menebar pakan pun dia juga mengucapkan kalimat-kalimat.

"Bismillaahi wallahu akbar, rajman lisysyayaathiini wa ridhan lirrahmaani allhummaj’al hajjan mabruuran wa sa’yan masykuuran.

(Dengan menyebut nama Allah, Allah Maha Besar. Laknat bagi setan dan keridhaan bagi Allah yang Maha Kasih. Ya Allah, jadikanlah hajiku ini diterima dan sa’iku ini disyukuri.)

Tiap terucap satu kalimat, seperti terputus rasanya urat nadi ini ketika mendengarnya. "Lindungi Emak ya Robb."

******

Menit selanjutnya, Emak sudah berada di rumah masuk dari pintu depan dan dengan posisi memutar aku ke tambak memeriksa pakan yang tadi ditebarnya.

Tanganku mendadak dingin gemetar. Ada dua ekor udang mengambang dan mati. Cobaan apa lagi.

Kucoba mengingat-ingat penyebabnya ternyata karena grasak-grusuk, sore kemarin sehabis panen, melihat air kolam sebelahnya terlihat surut, tanpa berpikir panjang, memasukkan air dan lupa kalau dalam kondisi wabah white spot ini menaikkan air justru menjadi kesalahan fatal dan atas kelalaian ini udang terlihat beberapa ekor mulai minggir.

Ya Allah....panik sekali aku melihat suasana ini. Jika panen lebih awal lagi apa yang akan terjadi dengan Emak.

Bersambung....

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Ujian sabar ya

08 Aug
Balas

Iya bu

08 Aug

Next bang ga kebayang kelanjutannya pasti tambah bikin mewek berjamaah hiks

08 Aug
Balas

Siap

11 Aug

Selalu bikin penasaran, semoga tak seburuk yang saya bayangkan

08 Aug
Balas

Iya bu...semoga

08 Aug

Astaghfirullah ...semoga baik2 saja ...kolam yg satunya ini ...aamiin. Keren Pak Iqbal ...cerpen yg menawan ... Sukses selalu ...baarokallah.

08 Aug
Balas

Terima kasih bu, doa yang sama...aamiin

08 Aug

Semoga semua akan baik-baik saja

08 Aug
Balas

Semoga...aamiin

08 Aug



search

New Post