Tak Pernah Kucari Cinta yang Lain (Episode 1. Setelah Kepergian Alice)
Kepergian Alice membuat Bli Made menghitung hari. Bagaimana hari-hari yang mencemaskan itu terjadi pada saat rasa membiru di hatinya itu berada pada puncak penuh harapan.
Purnama pertama Meme masih baik-baik saja, namun semakin berputar terus bergerak, Meme ambruk juga. Ada perasaan sedih yang menghentak dalam pergumulan hidup Bli Made ketika jatuh bangun menjaga segalanya, namun kalaupun ekspektasi tak menjadi realita, apa harus berhenti untuk menghamba?
Meme kian meracau sendiri, tiap kali tidur selalu mengigau dengan ucapan yang tidak jelas, dan bukan sekali dua kali dia pingsan tak sadarkan diri. Betapa sangat tersiksanya batin Meme melihat takdir yang sepertinya tak berpihak pada anaknya.
Suatu waktu Meme akan diam membisu dan dalam waktu yang lain dia akan berteriak-teriak. Bli Made berdiri pada posisi yang makin membingungkan, sementara berita dari Alice hanya pada awal-awal minggu kedatangannya, setelah itu hpnya sudah tidak aktif, tidak bisa dihubungi dan nadanya selalu di luar jangkauan.
"Apa yang terjadi denganmu, Alice?" batin Bli Made sambil melepas lemah androidnya. Tak tahukah dirimu di sini selalu menanti kabar baik itu. Bak pungguk yang selalu bersenandung di tengah malam, memandang bulan yang indah nyanyiannya hanya terbawa angin. Sunyi menyergap rasa dan rebas-rebas itu mulai mengalir di tengah kesibukan mengurus Meme di rumah sakit.
Setiap pagi Meme harus mendapat perlakuan ekstra, perhatian lebih dan dengan segala tingkah polahnya yang depresi, Bli Made seperti sedang merawat anaknya yang rewel, sejurus Meme menangis tersengal lalu setelah itu dia akan tertawa terbahak-bahak. Mendapati ini semua, menjadikan Meme tak bisa ditinggal sedikitpun.
Tak urung keadaan ini membuat Bli Made ikut terbawa suasana, pagi, siang dan malam mulai tak bisa lepas mata untuk mengawasi Meme.Dalam seduh-sedanya, tangisan Meme menyayat hati. Tatapannya dingin.
Puncak dari semuanya ketika Meme harus intens dirawat di rumah sakit jiwa. Teruji dalam segala rasa yang berkelindan menghantam tanpa ampun. Meme kian kurus dan semuanya harus dilayani.
Bukan tak tahu bagaimana menyerpihnya rasa yang teronce, antara begitu kuat bertumbuhnya amarah dan atau menerima takdir berpadu menjadi satu kesatuan sengkarut pikiran yang menggurita, namun kenyataaannya ini benar-benar nyata dan tak dapat dielakkan.
Di bawah pohon rindang sambil mendorong Meme di kursi rodanya, berjalan-jalan di pagi hari dan mendendangkan lagu anak-anak yang terus diminta Meme dalam rengekannya, Bli Made terus melakukan ketidaklaziman itu tanpa merasa malu. Baginya Meme adalah permatanya, meski di sana-sini sorot pandangan banyak orang melirik dengan penuh heran.
Lara begitu menggermang dan tiap kali menatapnya tak sanggup melabuhkan netra di pelupuk lelahnya sebuah penantian yang tak pasti. "Meme, harus seperti inikah jalannya?"
Bersambung....
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Baguus pak ceritanya, lanjuut
Terima kasih bu
Anak permata... Menyentuh nih ceritanya Pak.. Barakallah.. Next
Terima kasih bu...aamiin
Sedihnya bang membayangkan kondisi meme
Iya mbak
Mengapa? Tapi kadang itulah yang harus dilalui, sesuai pena sang sutradara dalam menulis cerita. Salam sehat dan berbahagia bersama keluarga, bapak