Radinopianto

Alam ini seolah miniatur kehidupan masa depan, yang tak cukup dengan diam atau duduk santai sambil menyeruput kopi, Hidup ini bukan mimpi. Takkan sampai jika ta...

Selengkapnya
Navigasi Web
Tak Pernah Kucari Cinta yang Lain (Episode 3.Melepas Meme untuk Selamanya)

Tak Pernah Kucari Cinta yang Lain (Episode 3.Melepas Meme untuk Selamanya)

Pagi tak lagi sama. Palinggih sepi dan tak ada lagi Meme dengan kebaya dan selendang yang selalu terpasang di pinggangnya. Kehadirannya menjadi selebrasi yang tak diharapkan. Awan kelabu menyesar turun dengan nestapa. Semesta berduka, langit terdiam berselimut dengan ekspresi wajah yang muram.

Menjumpai berjuntainya nestapa dalam sorot tak berkedip Bli Made terasa begitu menyesak. Kali terakhir dalam prosesi “Nganyud,” melepas kelapa yang berisi abu dan melarung Meme ke laut, memberikan jalan lapang menuju Nirwananya.

Tak ada yang lebih mengulitinya dengan sayatan pilu yang menjadikannya tak berdaya. Bli Made menunduk. Menggaris pepasiran dengan merinainya buliran bening dari mata yang sembab. Permatanya telah menjauh begitu juga harapannya.

Kepergian Meme untuk selamanya memasok banyak kedukaan, sepi menyesap dalam kalbu yang taram-temaram dan ia harus berterima. Sebentar saja dihujani oleh gempita rasa namun bak dipaksa balik belakang, kini ia harus mundur pulang dengan wajah lebam tertampar kenyataan.

Pada akhirnya semua yang tadinya berlipat memenuhi semua gairah menyongsong cerlangnya mentari yang berpendar dalam asa kini runtuh meluruh tanpa ada sisa. Semua yang terkepal kuat lepas berjatuhan, seiring merayapnya sunyi.

Baginya melepas Meme sama saja melepas separuh kehidupannya, namun apa mau dikata, takdir sedang berseberangan dengan apa yang menjadi idealita membangun bayang semu yang akan mengisi harinya.

Ni Luh Putu dan suami cukup khawatir, begitu juga keluarga besar yang lain. Berulang berupaya merayu, namun tetap tak membuatnya beranjak untuk kembali, oleh karenanya dengan berat hati Pak Yan, Pak de mengalah.

“Jika ini dapat melegakanmu, lakukanlah. Kami menunggumu di rumah,” Bli Made hanya mengangguk.

*****

Pantai tak lagi bergemuruh, semua telah melangkah. Cemara laut hanya terpaku berdiri di pinggiran tanpa desauan, sebentar meniup laut namun kemudian menyisih. Sebelum menyeret langkah, sambil mendongak ke langit. Teriakan Bli Made menggema laut dan semua tenaganya ia kuras habis.

“Rahajeng semeng Aji. Rahajeng semeng Meme,”

(Selamat Pagi Ayah, selamat pagi Ibu)

“Semeng puniki titiang rauh jagi ngaturang angayubagia sampun medua guru rupaka skadi biang lan aji. Saking titiang maurip stata wonten biang sareng aji ring marcapada puniki,”

(Pagi ini aku datang untuk mengucapkan syukur telah memiliki Ayah dan Ibu sehebat kalian, setiap desah nafas ini selalu ada Bapak dan Ibu di kehidupan ini)

Suara Bli Made parau, rinai-rinai membasah di pelupuk. Harus kuat, tak ada excuse dalam kehidupan. Di tengah isaknya dengan membawa rasa yang tak tergapai.

“Nenten wenten sane prasida ngranayang manah titiange bagia, skadi napi pitresnan sane polihang titiang saking alit ngantos mangkin sampun akeh tunas titiang angge bekel titiang riwekasan,”

(Tak ada yang dapat membuat diri ini tersenyum bahagia, bagaimana kasih sayang yang aku terima selama ini dari kecil hingga hari ini telah memberikan banyak kontribusi untukku menatap masa depan yang cerah)

“Wantah Sang Rabb sane presida ngewales. Sukama antuk uratian lan sepengrauhnyane, mogi mogi sida kewales becik,”

(Hanya tuhan yang akan membalasnya. Terima kasih atas perhatian dan kehadiran, semoga akan berbuah ibadah).

*****

Tenanglah wahai hati, berdamailah dengan kenyataan. Bersebelahan dengan bayangan, sekelam dan sepahit fase yang mendebarkan jiwanya, Bli Made menarik langkah.

Durasi panjang dalam kebersamaan dengan Meme dan Aji terangkai dalam pigura kalbu. Menyudahi semua yang pernah membuncah, membasuh luka-luka yang menganga lebar, lalu seiring waktu menguburnya dalam-dalam.

Rasa penat mendera dan hanya rindu yang akan memulangkannya kembali. Entah di jalan ini, atau pada perjumpaan yang lain.

Bersambung...

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Cerita yang menarik Bapak. Semoga sehat selalu dan selamat ber SKSS.

21 Jun
Balas

Iya bu..terima kasih

21 Jun

Tak terasa air mata ini menetes membaca episode ini membayangkan kesedihan bli Made yang teramat mendalam

21 Jun
Balas



search

New Post