R.A ENDAN RATNAWATI

HJ.R.A ENDAN RATNAWATI, S.Pd, M.Si, mengajar di SMAN 1 Pasir Penyu Kecamatan Pasir Penyu, Kabupaten Indragiri Hulu Provinsi Riau. Mengajar mata pelajaran Matema...

Selengkapnya
Navigasi Web

DIA "Mr X"

DIA “ Mr. X ”

OLEH : HJ R.A Endan Ratnawati, S.Pd

SMAN 1 Pasir Penyu.Kec.Pasir Penyu, Kab. Indragiri Hulu- Provinsi Riau

Begitu bel berbunyi empat kali, aku bergegas menuju tempat parkiran sekolah karena pembelajaran hari ini telah usai. Terbayang dibenakku wajah ceria anakku karena hari ini aku sudah berjanji akan membelikan kepiting goreng saus tomat di restoran tidak jauh dari rumah kami.

“Pak pesanan kepiting gorengnya sudah jadi belum ?”tanyaku ketika tiba di restoran.

“Ooo, Ibu, sudah Bu”petugas restoran menyodorkan sebuah bungkusan.

“Terimakasih pak“kataku sambil menyodorkan uang pembayarannya.

“Selamat menikmati ya Bu ?”petugas restoran tersenyum ramah.

Kepiting saus tomat sudah dikemas rapi oleh petugas restoran, sebab sebelum pulang sekolah tadi aku sudah memesannya terlebih dahulu lewat telpon. Aroma kepiting goreng saus tomat sangat mengundang selera. Hari ini anakku pasti akan sangat lahap makannya. Aku sudah tidak sabar untuk segera sampai dirumah, makan bersama dengan malaikat kecilku.

Kuletakkan ransel laptop yang ada dipundakku. Lumayan beratnya ransel dengan segenap isi yang ada didalamnya. Diruangan keluarga kulihat suamiku sedang tidur pulas, sehingga kehadiranku tidak membuatnya terjaga.

Sambil menghela nafas dalam, aku duduk disamping suamiku. Kupandangi wajahnya, aku berusaha untuk tidak mengusik tidurnya. Kelihatan sekali kalau dia sangat lelah. Apa sebenarnya yang membuatnya begitu pulas, sementara hari sudah menjelang sore. Paling paling tadi malam piket jaga, sambil main domino untuk mengusir kantuk.

Masih segar dalam ingatanku, 28 tahun yang lalu, aku beserta seorang sahabatku Mbak Cherlis begitu biasa dia ku panggil pergi ke asrama polisi, untuk mengunjungi salah seorang temanku Erfendi namanya. Kuharapkan bantuannya untuk menguruskan pajak kendaraan roda duaku yang akan berakhir masa berlakunya.

Seperti biasa kami harus melapor kepenjagaan terlebih dahulu, sebelum menuju rumah yang dimaksud.

“Assalamualaikum, selamat siang”kami mencoba menyapa petugas jaga.

“Waalaikumsalam, ada yang bisa kami bantu bu?”petugas jaga membalas ucapan salam dari kami.

“Ijin Om, kami ingin kerumah bapak Erfendi”aku menyampaikan maksud kedatangan kami. Aku sengaja tidak memanggil bapak, karena kulihat usianya paling tak jauh beda denganku. Dan panggilan Oom sudah biasa diucapkan kepada anggota polisi yang masih muda.

“Silakan saja bu, rumah Pak erfendi ada di asrama belakang”jawab petugas itu sembari mengacungkan jari tangannya kearah jalan yang harus kami lewati.

“Terimakasih“jawabku sembari bergegas menuju rumah yang dimaksud. Tapi sayangnya Erfendi tidak berhasil kutemui. Menurut tetangga di sebelah rumahnya bahwa Erfendi sedang lepas piket. Aku dan Mbak Cherlis pulang dengan tangan kosong. Memang salahku juga, tidak konfirmasi terlebih dahulu akan kedatangan kami

Dengan wajah kecewa kami kembali melapor ke penjagaan, bahwa kami akan pamit pulang. Dengan keramahannya petugas jaga mencoba sedikit bersikap lebih bersahabat kepada kami.

“Bagaimana Bu, jumpa dengan Erfendi ?”ucapnya ketika kami ijin untuk pamit. Aku hanya menggelengkan kepala, memberi isyarat bahwa kami tidak berhasil bertemu dengan Erfendi.

“Jangan susah susah cari yang ga ada bu, cari saja yang ada“katanya sambil bergurau. “Waduh nekat juga polisi yang satu ini “. Aku membatin. Apa maksud perkataannya ? Yang ada dipenjagaan hanya dia sendiri, tentu yang dia maksud dialah yang harusnya kami cari. Ucapan itu tidak kami hiraukan, kami hanya senyum sekilas sambil berjalan meninggalkan Mapolsek.

Kalimat yang sederhana itu kuanggap iseng saja. Tapi reaksi dari Mbak Cherlis sempat mengusik fikiranku, sambil berjalan aku dan Mbak Cherlis malah jadi membahas kalimat tadi. “Jangan cari yang tak ada, cari saja yang ada” Kalimat ini menjadi bahan diskusi antara aku dan Mbak Cherlis.

”Yang dipenjagaan hanya dia sendiri, apa maksudnya tuh?”. Aku berjalan sambil bergumam.

“Ga usah difikir, polisi kurus, hitam dan jelek, kayak gitu kok difikir?”itulah ucapan Mbak Chrlis sambil bergurau. Karena dia melihatku agak galau dengan ucapan tadi. Soalnya jarang-jarang ada orang yang punya keberanian untuk berucap seperti itu, apa lagi bergurau dengan orang yang belum dikenal. Guru lagi. Luar biasa memang. Ya sudahlah untuk apa difikirkan toh kita juga tidak saling kenal satu sama lain.

Sampai pulang memang kami tidak saling berkenalan sehingga kami tidak tahu harus memanggilnya apa. Kami tidak bisa membaca namanya karena dia sedang tidak memakai pakaian dinas lengkap. Dia hanya mengenakan baju T – Shirt warna coklat seragamnya. “Mr X” sementara itulah kami sebut.

Cukup lama aku duduk disamping suamiku yang masih tertidur. Terbayang dalam ingatanku kemasa pertemuan kami dulu. Aku senyum senyum sendiri sambil mengenang masa itu.

Setelah pertemuan kami di polsek itu, aku tidak pernah berjumpa lagi dengan Mr. X. Akupun sudah menghilangkannya dari ingatanku. Aku kembali tenggelam dalam rutinitasku sebagai seorang guru. Tidak kubayangkan akan pernah bertemu lagi dengan Mr.X.

“Sedang cari CD apa Bu ?”terdengar ada suara menyapaku. Aku terkejut, kutolehkan kepalaku melihat kearah suara yang menyapaku. Astagfirullah ‘al’azim ternyata Mr X ada disana. Sejak kapan dia ada disitu ?.

“Bu bagaimana bayar pajak kendaraan kemaren, sudah jadi di bayarkan Erfendi belum?”sapanya sambil tersenyum.

“Belum Om, belum sempat saya jumpa dengan Erfendi lagi, mungkin lain waktu saya jumpai dia lagi”jawabku ringan sambil tetap memilih Compacdisk (CD) yang berjejer didepanku. Aku agak gelagapan juga disapa tiba tiba seperti itu. Ketahuan kalau aku terlalu serius memilih milih CD sehingga tak kusadari ada Mr X yang sedang memperhatikanku.

”Biar nanti saya bantu menguruskannya bu”dia mencoba menawarkan jasa baiknya padaku.

“Terimakasih Om “aku menjawab seadanya.

“Nanti kalau saya ada kesempatan ke Polres, saya bantu bayarkan pajak kendaraan ibu. Kapan kapan saya datang kerumah ibu “. Katanya

“Terimakasih Om “kuulangi kembali jawabanku sambil mengayunkan langkah berjalan meninggalkan warung, karena CD yang kucari sudah kudapatkan. Aku tidak berharap banyak juga, biasalah kadang kadang itu hanya ucapan basa basi saja. Masak sih, ada orang yang mau membantu begitu saja. Ah, palingan juga sekedar pingin terkesan bersahabat saja. Lain kali akukan masih bisa minta tolong pada Erfendi yang memang sudah kukenal sejak lama.

Beberapa hari berselang, dari arah luar sayup sayup ku dengar ada suara ketukan pintu. Ketukan itu terdengar berulang-ulang dan semakin keras. Seperti sedang berusaha memanggil pemilik rumah.

“Assalamualaikum“terdengar ucapan salam berulang ulang dari arah luar. Aku bergegas menuju ruang tamu, untuk mengetahui siapa yang datang. Hup ternyata Mr. X yang berada di balik pintu. Ngapain lagi Mr.X ini?. Dari mana dia mengetahui alamatku?. Aku merasa belum pernah memberi tahu alamat tempat tinggalku. Jangankan alamat, namanyapun aku belum tahu . Aku bergumam dalam hati. Ternyata benar Mr X menepati janjinya. Dia tetap si Mr.X masih misteriguest bagiku. Ah sudahlah masa bodoh , fikirku.

“Mari masuk Om”aku mempersilakan Mr. X untuk masuk ke dalam ruang tamu. “Silakan duduk Om “aku berusaha menjadi tuan rumah yang baik.

“Saya Dion ”demikian dia memperkenalkan diri sambil mengulurkan tangannya.

“Ratna“jawabku sambil menjabat tangannya. Selanjutnya percakapan kami mengalir begitu saja. Banyak hal yang kami jadikan topik pembicaraan. Ternyata cerita kami nyambung juga. Tak terasa hampir satu jam kami bercerita.

Sejak perkenalan ini, aku memanggilnya dengan sebutan ”Mas Dion” tidak lagi ku panggil Oom seperti sebelumnya. Akhirnya memang lewat jasanyalah semua urusan pajak kendaraanku dapat terselesaikan. Sejak perkenalan itu kami tetap menjalin silaturrahim, walaupun kami jarang bertemu.

Senang rasanya punya teman yang bisa diajak saling berbagi cerita. Ya Allah sudah sekian tahun berselang, tak ada yang terlupakan. Semua masih segar dalam ingatanku, seolah baru saja dijalani. Mr X yang dulu, kini sedang tertidur dihadapanku.

Perlahan ku tinggalkan Mas Dion dengan kepulasannya. Ku hampiri kamar tidur malaikat kecilku, ternyata dia juga sedang terlelap setelah seharian beraktifitas disekolah. Menyadari kehadiranku disampingnya, anakku terbangun sesaat sembari menggeliat, sejenak tersirat senyum manis diwajahnya memandang ke arahku. Hanya sekilas, kemudian dia lanjutkan tidurnya. Kuusap dan kucium keningnya sambil terucap doa syukur kehadirat Allah dia menjadi karunia terindah dalam hidupku. Perlahan ku bangunkan dia.

“Dek bangun, Dedek bangun, yuk kita makan?lihat ni ibu bawa Kepiting Goreng Saus Tomat kesukaan Dedek. Ayo Dek bangun, nanti kepiting gorengnya keburu dingin” kataku lagi sembari menggoyangkan badan anakku agar dia terjaga. Mendengar kata-kata kepiting goreng anakku langsung membuka matanya, dan memelukku.

“Mana Bu kepiting gorengnya?pakai saus tomatkan Bu?Dedek mau makan pakai nasi panas”jawab anakku penuh semangat. Walaupun tadi dia sudah makan siang sepulang sekolah, kata budenya.

“Eeh jangan lupa cuci tangan dulu sebelum makan, ayo cepat nanti keburu dingin kepitingnya“aku mengingatkan sambil membantunya bangun dari tempat tidur.

“Ada apa sih kok ribut-ribut?” Terdengar suara Mas Dion dari arah ruang keluarga.

“Ini Mas, ada Kepiting Goreng Saus Tomat kesukaan Dedek. Yuk sekalian kita makan sama-sama“ajakku.

“Enak betul tidurnya ya Mas? Sampai ga sadar ada yang masuk rumah. Coba kalau ada orang jahat masuk, gemana ?”kataku sambil sedikit mengingatkan suamiku.Dia memandangku sambil tersenyum menyadari bahwa kepulanganku dari sekolah tidak membangunkannya dari tidur.

“Capek betul, tadi malam polsek mengadakan razia anak-anak sekolah yang nongkrong di warnet dan ditempat bilyar’’. Suamiku memberi alasan.

“Ada ga anak SMA yang tertangkap ?”tanyaku penuh selidik. Karena memang keberadaan warnet sudah banyak dijadikan tempat mangkal anak anak sekolah. Mereka asik main game. Tidak perduli dengan waktu, terkadang sampai larut malam. Alasan keluar rumah mau kerja kelompok atau mencari bahan pelajaran lewat internet.

“Kayaknya ga ada, ada tiga orang anak dari Bukit Selasih yang nongkrong-nongkrong diwarung sambil merokok. Pakai honda bodong lagi ”jawab suamiku.

“Terus anaknya dikemanain?”tanyaku lebih lanjut.

“Sudah di panggil orang tuanya, itu makanya tadi pagi agak lama baru bisa pulang”jelas suamiku. Maklum tadi malam Mas Dion bertugas piket jaga, sewaktu aku berangkat kesekolah paginya, dia belum pulang kerumah. Jadi belum sempat bercerita banyak tentang kegiatannya tadi malam di kantor.

“Mudah-mudahan anak kita jangan sampai seperti itu ya Mas?”. Kataku sembari menadahkan kedua tanganku berdoa.

’’Aamiin”jawab suamiku sambil mengatur posisi duduk untuk siap bersantap bersama. Dia si “ Mr X “ yang kini berada tepat didepanku. Ya Allah lindungi dan berkahilah keluarga kecilku.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

SubkhanAllah, tutur runtut menerbangkan ilusi. Dan aku memasuki ruang cerita. Keberhasilan ibu membawa pembaca. Luar biasa..

16 Nov
Balas

masih belajar pak Yuli, belum bisa apa-apa baru mau coba

18 Nov
Balas



search

New Post