R.A ENDAN RATNAWATI

HJ.R.A ENDAN RATNAWATI, S.Pd, M.Si, mengajar di SMAN 1 Pasir Penyu Kecamatan Pasir Penyu, Kabupaten Indragiri Hulu Provinsi Riau. Mengajar mata pelajaran Matema...

Selengkapnya
Navigasi Web

PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN SURFACE

PENERAPAN PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN SURFACE PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DALAM MENINGKATKAN PERSEPSI SISWA TERHADAP PELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS XI BAHASA SMA NEGERI 1 PASIR PENYU

Oleh: Hj.R.A Endan Ratnawati, S.Pd (Guru SMA Negeri 1 Pasir Penyu, Kabupaten Indragiri Hulu, Riau)

ABSTRAK

Matematika merupakan salah satu cabang ilmu yang mendukung kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK). Oleh karena itu pemahaman dan penguasaan konsep matematika pada peserta didik harus terus ditingkatkan. Kenyataan yang terjadi sebagian besar siswa tidak suka belajar matematika,persepsi mereka terhadap pelajaran matematika sangat buruk. Interaksi antar peserta didik masih sangat rendah sehingga penguasaan konsep-konsep matematika menjadi sangat lemah dan mengakibatkan peserta didik kurang berminat mempelajari matematika. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan guru dalam meningkatkan persepsi siswa dan motivasi siswa dalam proses belajar mengajar dengan Penerapan Pembelajaran Dengan Pendekatan Surface pada kompetensi dasar Statistika. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (Action Research Classroom) yang dilaksanakan dengan enam kali pertemuan.

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kurang berhasilnya peneliti (guru) mengajar dalam pembelajaran konvensional. Pada pembelajaran konvensional-tradisional, yang dialami oleh peneliti justru kadang kala dapat merusak, persepsi dan motivasi siswa. Komunikasi antara gru dan siswa begitu juga antar sesama siswa juga terbatas karena terbatasnya kesempatan untuk berdiskusi.

Untuk mengatasi masalah ini peneliti mencoba menggunakan pembelajaran dengan pendekatan surface. Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan persepsi siswa terhadap pelajaran matematika siswa kelas XI Bahasa SMAN 1 Pasir Penyu.

Penelitian dilakukan di SMAN 1 Pasir Penyu pada siswa kelas XI Bahasa yang berjumlah 22 orang dari Bulan Agustus sampai November tahun pelajaran 2012/2013. Penelitian dilakukan dalam 2 siklus dimana setiap pertemuan dilakukan tahapan (1) perencanaan; (2)tindakan; (3) observasi; dan (4) refleksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi siswa sebelum tindakan hingga setelah tindakan mengalami peningkatan.Dari hasil uji tanda diperoleh Z = 2,46 maka dari tabel distribusi normal diperoleh P = 0,0069 dengan α = 0,01 . Dari hasil analisis dapat dinyatakan bahwa P < (α = 0,01) berarti hipotesis (Ho) ditolak, jadi Hi diterima pada taraf kepercayaan 99% berarti terdapat peningkatan persepsi siswa terhadap matematika sesudah pembelajaran dengan pendekatan surface dikelas XI Bahasa SMA Negeri 1 Pasir Penyu Kabupaten Indragiri Hulu.

Kata kunci : Model Pembelajaran, Pendekatan surface, Persepsi

ABSTRACT

Application of learning with surface approach to learn mathematics in improving students' perception of mathematic lessons in class XI of Language Programme SMA Negeri 1Pasir Penyu Academic Year 2012/2013. Mathematic is one branch of science that supports the advancement of Science and Technology (Science and Technology). Therefore, understanding and mastering of mathematical concepts in students should be improved. The fact that occurs most students do not like to learn mathematic, their perception of the math is very bad. Interaction among learners is still so low that the mastery of mathematical concepts become very weak and the result in students less interested in studying mathematic. This study aims to determine the ability of teacher to improve students' perception and motivation in the learning process with Learning Implementation Approach Matrix Surface on the basis of competence. This research is a class action (Action Research Classroom) held by six sessions.

This research is motivated by the lack of success of the researcher (teacher) taught in the conventional learning. In the conventional-traditional learning, experienced by researchers actually sometimes can damage, perception and motivation of students. Communication between teacher and students as well as between fellow students were also limited because of the limited opportunity for discussion. To overcome this problem researcher tried to use surface learning approach. The purpose of this research is to improve the students' perception of math class XI Language Programme of SMAN 1 Pasir Penyu.

The study was conducted at SMAN 1 Pasir Penyu in Class XI Language Programme which 22 persons from August until November of the school year 2012/2013. The study was conducted in two cycles in which each meeting is done stage (1) planning; (2) the action; (3) observations; and (4) reflection. The results showed that students' perceptions before action until after the action experience increased. From the test results obtained marks Z = 2.46 then from the normal distribution table obtained P = 0.0069 with α = 0.01. From the analysis it can be stated that P <(α = 0.01) means that the hypothesis (Ho) is rejected, so Hi accepted at the 99% confidence level means that there was an increase in students' perceptions of math after learning with a surface approach Language class XI of Language Programme in SMA Negeri 1 Pasir Penyu Indragiri Hulu District.

Keyword: Surface models, perception.

PENDAHULUAN

Proses belajar matematika bukan hanya sekedar transfer ilmu dari guru kepada siswa, melainkan suatu proses yang dikondisikan atau diupayakan oleh guru, sehingga siswa aktif dengan berbagai cara untuk mengkontruksi atau membangun sendiri pengetahuannya, serta terjadi interaksi dan negosiasi antara guru dan siswa serta antara siswa dengan siswa. Tujuan umum pendidikan matematika pada jenjang pendidikan dasar dan menengah memberi tekanan pada penataan pada keterampilan dalam penerapan matematika. Matematika merupakan ilmu yang berguna dalam segala bidang. Oleh sebab itu seharusnya siswa mencapai daya serap 85% secara klasikal. Namun kenyataan yang dihadapi SMA Negeri 1 Pasir Penyu Kabupaten Indragiri Hulu tidaklah demikian. Daya serap siswa yang dicapai dalam bidang studi matematika pada ujian kenaikan kelas Tahun 2011/2012 hanya mencapai 64%.

Hasil pengamatan melalui proses belajar mengajar di SMA Negeri 1 Pasir Penyu Kabupaten Indragiri Hulu, biasanya terlihat gejala-gejala persepsi siswa terhadap matematika antara lain : sebagian besar siswa tidak suka terhadap pelajaran matematika, hal ini terlihat dari kurangnya perhatian siswa dalam belajar matematika, misalnya siswa-siswa membaca buku selain buku matematika, siswa suka bercerita dengan teman sebangkunya, kegiatan ini dilakukan pada saat guru menerangkan pelajaran. Siswa malas berlatih, mendalami materi, dan mengerjakan soal matematika yang dirasa sulit, sehingga prestasi akan pelajaran matematika semakin menurun.

Untuk membantu siswa meningkatkan prestasinya pada mata pelajaran matematika, guru matematika berkewajiban mengusahakan agar siswa-siswanya ada perhatian terhadap pelajaran matematika, maka akan timbul kemungkinan untuk mendapatkan persepsi yang baik. Hal ini disebabkan oleh perhatian adalah “salah satu yang menyebabkan terjadinya persepsi” (Indrawijaya, 1983). Kemudian guru harus mampu mengarahkan siswa sehingga siswa dapat menguasai setiap materi yang terdapat pada mata pelajaran matematika dengan baik. Sesuai dengan pendapat Ahmadi (1993) yaitu “apabila bahan pelajaran itu tidak menarik baginya, maka timbul rasa bosan, malas dan belajarnya harus dikejar-kejar sehingga prestasi mereka kemudian menurun”.

Fenomena lain yang terlihat di SMA Negeri 1 Pasir Penyu yaitu terlihat cara belajar siswa yang santai, acuh tak acuh dalam belajar, malas membuat latihan, malas membuat pekerjaan rumah, jarang berdiskusi, malu bertanya. Memperhatikan kondisi tersebut, perlu dirasa adanya sebuah pembaharuan dan perbaikan dalam pembelajaran matematika. Pembaharuan peningkatan kualitas pembelajaran matematika tersebut, dapat dilakukan dengan penerapan strategi pembelajaran. Salah satu strategi pembelajaran dikemukahkan oleh Bigss yaitu dengan berpandu pada pendekatan belajar. Salah satu cara untuk memperbaiki minat dan persepsi siswa terhadap pelajaran matematika adalah merubah cara penyajian materi, serta melakukan pendekatan dengan metode surface.

TINJAUAN PUSTAKA

Pendekatan Balajar Surface

Menurut Ballard dan Clauchy yang dikutip oleh Syah (1995) “Pendekatan Belajar Siswa Pada Umumnya Dipengaruhi Oleh Sikap Terhadap Ilmu Penngetahuan. Menurut Robert yang dikutif olehh Syah (1997) menyatakan “siswa yang lebih sering mempraktikkan materi pelajaran akan lebih mudah mengambil kembali memory-memori lama yang berhubungan dengan materi yang sedang ia tekuni “.

Pendekatan belajar sangat mempengaruhi hasil belajar siswa sehingga semakin mendalam cara belajar siswa maka semangkin baik hasilnya. Biggs yang dikutip oleh Syah(1995)”menyatahkan bahwa pendekatan belajar siswa dapat dikelompokan kedalam tiga bentuk dasar yaitu : “(Surface, Deep , Achieving)“.

Pendekatan belajar yang dikemukakan Biggs pada umumnya digunakan pada siswa berdasarkan motivasi berprestasi, bukan karena sikapnya terhadap pengetahuan. Namun agaknya patut diduga antara motivasi siswa dengan sikapnya terhadap pengetahuan ada keterkaitan. Uraian tersebut menyatakan bahwa pendekatan belajar Biggs yang diambil peneliti disini adalah pendekatan surface. Dengan ciri-ciri menghindari kegagalan tapi tidak mau bekerja keras. Siswa yang diajar dengan pendekatan surface mempunyai ciri mau belajar karena dorongan dari luar (ekstrinsik) antara lain takut tidak lulus yang mengakibatkan dia malu. Tetapi gaya belajarnya santai, asal hapal dan tidak mementingkan pemahaman yang mendalam.

Untuk siswa yang motivasi berprestasi rendah digunakan pendekatan belajar surface, yaitu suatu strategi pembelajaran yang dapat mengkatkan persepsi siswa terhadap matematika. Dalam peroses pembelajaran ini guru perlu merinci materi dan soal-soal yang hampir sama dengan contoh-contoh sehingga siswa memahami konsep-konsep dan dapat menemukannya. Belajar dengan pendekatan surface dilaksanakan beberapa tahap, yaitu:

a. Pendahuluan

Menjelaskan secara rinci pemahaman konsep mulai dari tahap yang lebih mudah sedang, sampai mencapai yang dimaksud dalam pembelajaran.

b. Pengembangan

Menjelaskan secara rinci tentang konsep dasar dan materi yang disajikan dengan alat bantu dan lain-lain.

c. Penerapan

Memberikan soal-soal penyelesaian yang hampir sama dengan contoh-contoh yang dijelaskan pada pengembangan atau tingkat pembahasan yang memerlukan rumus dalam penyelesaiannya.

d. Membuat kesimpulan atau rangkuman sama seperti biasa.

Persepsi

Persepsi dapat diterjemahkan sesuai dengan objek yang sedang diamati, oleh sebab itu secara etimologinya persepsi dijumpai dalam kamus Inggris- Indonesia (Sadili, 1993) Berupa kata ”perception” yang berarti pandangan atau pengamatan. Sehubungan dengan pengertian istilah diatas maka presepsi berarti pengamatan”.

Menurut Mart (1981)” persepsi yang merupakan aktifitas jiwa berhubungan dengan keaadaan seseorang, melalui tiga fungsi, yaitu memahami (kognisi), merasakan (emosi), serta berkehendak”, dengan demikian maka opersepsi itu dipengaruhi oleh faktor-faktor pengalaman, pendidikan , cakrawala, dan pengetahuan.

Faktor pengalaman dan pendidikan menggunakan bentuk dan struktural terhadap apa yang dilihat. Adapun pengetahuan dan cakrawala akan memberikan arti terhadap orang pesikologi. Melalui komponen kognisi akan timbul ide mengenai apa yang dilihat. Sarwono (1976) menekankan secara etimologi mendalam tentang persepsi yaitu “kemampuan untuk membedakan, mengelompokan, memfokuskan dan sebagainya itu, disebubt kemampuan untuk mengorganisasikamn pengamatan dan persepsi”

Perbedaaan persepsi pada setiap individu disebabkan oleh beberapa hal sebagaimana yang telah diungkapkan Sarwono(1976) yaitu :

1. Perhatiaan

Biasanya kita tidak dapat menangkap seluruh rangsang yang ada disekitar kita sekaligus, tetapi kita memfokuskan perhatian pada satu atau dua objek saja. Perbedaan fokus antara satu orang dengan orang lainnya menyebabkan perbedaan persepsi diantara mereka.

2. Set

Set adalah harapan seseorang akan rangsang yang akan timbul. misalnya, pada seorang pelari yang siap digaris star terdapat set bahwa akan terdengar bunyi pistol disaat mana dia mulai berlari. perbedaan set dapat menyebabkan perbedaan persepsi.

3. Kebutuhan

Kebutuhan-kebutuhan sesaat maupun yang menetap pada diri seseorang akan mempengaruhi persepsi orang tersebut. dengan demikian, kebutuhan-kebutuhan yang berbeda, akan menyebabkan yang berbeda, dan menyebabkan pula perbedaan persepsi.

4. Sistem nilai

Sistem nilai yang berlaku dalam masyarakat berpengaruh pula terhadap persepsi. suatu eksperimen di amerika serikat menunjukan bahwa anak-anak yang berasal dari keluarga miskin mempunyai persepsi terhadap mata uang logam lebih besar dari ukuran sebenarnya. gejala ini ternyata tidak terdapat pada anak-anak yang berasal dari keluarga kaya.

5. Ciri kepribadian

Seseorang yang pemalu dan penakut akan mempersepsikan atasannya sebagai tokoh yang menakutkan dan perlu dijauhi, sedangkan yang punya lebih banyak kepercayaan diri, menganggap atasannya sebagai tokoh yang dapat diajak bergaul seperti orang biasa lainnya.

Menurut Indrawijaya (1983) terjadinya persepsi disebabkan oleh beberapa faktor sebagai berikut:

1. Proses masukan

Proses persepsi mulai dari tahap penerimaan ransangan, ditentukan baik dan luar maupun faktor dari dalam manusianya sendiri yang dapat dikategorikan atas lima hal berikut:

a. Faktor lingkungan

Faktor lingkungan yang secara sempit hanya menyangkut warna, bunyi serta sinar. Sedangkan secara luas menyangkut faktor ekonomi, sosial dan politik. Semua unsur ini mempengaruhi seseorang dalam menerima dan menafsirkan suatu ransangan.

b. Faktor konsepsi

Seseorang yang mempunyai konsepsi, berpendapat bahwa pada dasarnya sesuatu itu baik, maka cendrung menerima semua ransangan sebagai sesuatu yang baik dan bermanfaat. Demikian juga sebaliknya jika seseorang mempunyai konsepsi bahwa sesuatu yang negatif dan penuh kecurigaan.

c. Faktor yang berkaitan dengan konsep seseorang tentang dirinya sendiri.

Seseorang mungkin saja beranggapan bahwa dirinyalah yang terbaik dibandingkan orang lain. Orang yang demikian berkeyakinan bahwa apapun bentuk dan sifat ransangan, ia selalu bertindak berdasarkan apa yang menurut dia baik dan berguna. Ransangan dari luar hanya merupahkan suatu tantangan yang tidak perluh diperhatikan.

d. Faktor yang berhubungan dengan motif dan tujuan .

Dalam hal ini seseorang menafsirkan suatu rangrasangan berkaitan dengan dorongan dan tujuan pada diri nya . orang tersebut selalu berusaha menarik manfaat dansuatu rangsangan untuk kepentingan nyansendiri, karena usaha menarik manfaat tersebuat akan memberikan suatu harapan bagi nya.

e. Faktor pengalaman masa lampau

Pengalaman masa lampau bagi seseorang akan sangat mempengaruhi persepsinya terhadap suatu rangsagan yang datang dari dalam lingkungannya.

2. Selektivitas

Manusia memperoleh berbagai ransangan dari lingkungannya, baik yang sifatnya terbatas atau sempit maupun yang bersifat lebih besar dan luas lagi. Dalam menerima rangsangan, kemampuan manusia sangat terbatas . Artinya manusia tidak mampu memperoses seluruh rangsangan dan ia cendrung memberikan perhatian pada rangsangan tertentu saja.

3. Proses penutupan

Seperti yang sudah di kemukakan, tingkat kemampuan seseorang dalam menerima rangsangan selalu terbatas namun demikian manusia selalu mengisi apa yang masih kurang dalam pengalamannya sendiri. Ini biasanya terjadi kalau seseorang itu merasa bahwa ia sudah memahami seluruh situasi proses untuk melengkapi dan menutupi jurang informasi yang ada di sebut proses kesatuan.

4. Konteks

Persepsi terjadi dalam satu kesatuan dalam satu konteks. Isi kesatuan dalam suatu konteks ini dapat brupa faktor lingkuan fisik seperti sinar suara dan emosional.

Belajar

Slameto (2003: 2) belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh sesuatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Menurut Anita E Wool Folk (Kartadinata 2002: 47) belajar adalah proses perubahan pengetahuan atau perilaku sebagai hasil dari pengalaman, pengalaman ini terjadi melalui interaksi antara individu dengan lingkungannya.

Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar banyak jenisnya, tetapi dapat digolongkan menjadi dua golongan, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.

a) Faktor intern

1. Faktor Jasmaniah

a) Kesehatan

Kesehatan seseorang berpengaruh terhadap belajarnya. Proses belajar seseorang akan terganggu, selain itu juga akan cepat lelah, kurang bersemangat.

b) Cacat tubuh

Cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau kurang sempurna mengenai tubuh/badan. Siswa yang mengalami cacat tubuh akan terganggu belajarnya.

2. Faktor Psikologis

a) Inteligensi

Inteligensi besar pengaruhnya terhadap kemajuan belajar. Siswa yang mempunyai tingkat inteligensi yang tinggi akan lebih berhasil daripada yang mempunyai tingkat inteligensi yang rendah.

b) Perhatian

Untuk menjamin hasil belajar yang baik, maka siswa harus mempunyai perhatian terhadap bahan yang dipelajarinya. Jika bahan pelajaran tidak menjadi perhatian siswa, maka timbullah kebosanan sehingga tidak lagi suka akan pelajaran.

c) Minat

Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Bahan pelajaran yang menarik minat siswa lebih mudah dipelajari karena minat menambah semangat kegiatan belajar.

d) Bakat

Bakat adalah kemampuan untuk belajar. Apabila bahan pelajaran yang dipelajari siswa sesuai dengan bakatnya maka hasil belajarnya lebih baik karena senang belajar dan selanjutnya lebih giat lagi untuk belajar.

e) Motif

Dalam proses belajar haruslah diperhatikan apa yang dapat mendorong siswa agar dapat belajar dengan baik. Dorongan atau motif yang kuat sangatlah perlu dalam belajar.

f) Kematangan

Kematangan adalah suatu tingkat atau fase dalam pertumbuhan seseorang di mana alat-alat tubuh sudah siap untuk melaksanakan tugas baru. Kemajuan baru untuk memiliki kecakapan tergantung dari kematangan dan belajar.

g) Kesiapan

Kesiapan adalah kesediaan untuk memberi respon atau bereaksi..

3. Faktor Kelelahan

Kelelahan pada seseorang dibedakan menjadi dua macam yaitu kelelahan jasmani dan kelelahan rohani.

b) Faktor ekstern

1. Faktor Keluarga

Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa: cara orangtua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, dan latar belakang kebudayaan.

2. Faktor Sekolah

Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi guru dan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pendidikan, waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar, dan tugas rumah.

3. Faktor Masyarakat

Masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga berpengaruh terhadap belajar siswa. Pengaruh terjadi karena keberadaan siswa dalam masyarakat. Faktor masyarakat yang mempengaruhi belajar mencakup kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media,teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat (Slameto, 2003: 54-71).

METODOLOGI

Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terdiri dari 2 siklus, yang setiap siklusnya memiliki tahapan yakni: (1) tahapan perencanaan, (2) tahapan perencanaan, (3) tahapan obervasi dan (4) tahapan refleksi. Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI Bahasa SMAN 1 Pasir Penyu yang berjumlah 22 orang. Sampel dalam penelitian ini dipilih karena rendahnya motivasi siswa terhadap mata pelajaran matematika.

Instrument yang digunakan dalam penelitian ini antara lain adalah RPP, buku teks (bahan kajian), angket motivasi berprestasi, angket persepsi. Data dikumpulkan dengan menggunakan angket sebanyak 2 kali, yaitu sebelum dan sesudah dilaksanakannya pendekatan belajar surface. Teknik analisis data menggunakan uji statistik yaitu uji tanda, dengan rumus:

…………….. Sudrajat (1985).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada pertemuan pertama guru mengharapkan agar siswa mampu untuk mengerjakan soal yang diberikan dengan baik, namun perhatian siswa masih sedikit pada materi yang diberikan. Pada pertemuan berikutnya, siswa sudah mulaui terlihat ada perhatian terhadap pembelajaran matematika, karena masing-masing siswa berusaha mencari penyelesaian soal yang diberikan. Pertemuan ketiga, terlihat siswa mulai merangkum pelajaran yang diberikan guru.

Pada pertemuan keempat, siswa terlihat antusian saat berdiskusi, dan merasa senang saat dilakukan evaluasi pada akhir pertemuan. Pada pertemuan kelima, siswa sudah mulai menampakkan persepsi positif terhadap matematika. Hal ini terlihat dari harapan dan kebutuhannya terhadap matematika. Siswa merasakan matematika itu berguna dalam kehidupan sehari-hari sehingga siswa berlomba-lomba mengerjakan soal-soal yang diberikan gurunya. Siswa ingin pekerjaan rumahnya dikoreksi dan dinilai oleh gurunya. Disini siswa juga sudah merasakan matematika tersebut merupahkan kebutuhan dalam kehidupan sehari-hari. Pada pertemuan keenam, guru melanjutkan materi, melakukan evaluasi, dan siswa mengisi angket yang diberikan oleh guru.

Data yang disajikan dalam penelitian ini dari dua kelompok data yaitu data persepsi belajar siswa sebelum dan sesudah pembelajaran dengan pendekatan surface, data tersebut merupakan jawaban siswa terhadap angket persepsi belajar matematika siswa yang diberikan dan telah diberi skor, untuk lebih jelasnya data tersebut disajikan pada tabel berikut:

Tabel 4.1 Skor Persepsi Siswa Terhadap Pelajaran Matematika Sebelum dan Sesudah Pembelajaran Pendekatan Surface

No

Skor Angket Siswa

Tanda dari (X2-X1)

Sebelum (X1)

Sesudah (X2)

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

21

22

60

64

57

50

59

62

61

61

65

57

55

70

55

61

59

59

66

59

52

60

57

66

61

72

61

66

63

65

70

63

67

57

67

66

60

55

66

63

71

56

56

60

56

68

+

+

+

+

+

+

+

+

+

0

+

-

+

-

+

+

+

-

+

0

-

+

Hasil uji statistik dengan menggunakan uji tanda didapatkan hasil hitung yaitu: Z = 2,46 maka dari tabel distribusi normal diperoleh P = 0,0069 dengan α = 0,01 . Dari hasil analisis diatas dapat dinyatakan bahwa P < (α = 0,01) berarti hipotesis (Ho) ditolak, jadi Ha diterima pada taraf kepercayaan 99% berarti terdapat peningkatan persepsi siswa terhadap matematika sesudah pembelajaran dengan pendekatan surface dikelas XI Bahasa SMA Negeri 1 Pasir Penyu Kabupaten Indragiri Hulu.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh kesimpulan bahwa pembelajaran dengan pendekatan surface dapat meningkatkan persepsi siswa terhadap pembelajaran matematika dikelas XI Bahasa SMA Negeri 1 Pasir Penyu Kabupaten Indragiri Hulu pada tingkat kepercayaan 99%.

Saran

Diharapkan kepada guru matematika dapat menjadikan pendekatan surface sebagai salah satu alternatif strategi pembelajaran untuk meningkatkan persepsi siswa terhadap pembelajaran matematika, bila menghadapi siswa kelompok motivasi berprestasi rendah.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu, 1993, Cara Belajar Mandiri dan Sukses. Solo : CV. Aneka.

Arifin H. M. 1973, Kepita Selekta Pendidikan. Semarang : Thoha Putra.

Depdiknas, 2001. Managemen peningkatan Mutu Pendidikan Berbasis Sekolah. Jakarta : Depdikbud.

Dimyati, 1999. Belajar dan Pembelajaran Proyek Pembinaan dan Peningkatan Mutu Tenaga Kependidikan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi. Departemen Pendidikan Pendekatan Baru.

Hudoyo, Herman, 1979. Pengembangan Kurikulum Matematika Dan Pelaksanaannya Didepan Kelas. Surabaya : Usaha Nasional.

Indrawijaya, Adam I, 1983. Perilaku Organisasi. Bandung : Sinar Baru.

Jalaluddin, Rahmad. 1989. Psikologi Komunikasi. Bandung : CV. Remadja Karya.

Kartono, Kartini, 1990. Psikologi Umum. Bandung ; Mandiri Maju.

Mar’at, 1981, Sikap Manusia, Perubahan Serta Pengukurannya. Bandung : Ghalia Indonesia.

Misu. LA. 1998. Pengaruh Kemampuan Penalaran Formal dan Motivasi Berprestasi Terhadap Prestasi Belajar Matematika Pada Siswa Kelas III SLTP se-Kodya Kendari, Tesis, Surabaya Pps. IKIP Surabaya.

Muhibbin, Syah . 1995. Psikologi Pendidikan : Suatu Pendidikan Baru, Bandung : Remaja Rosda Karya.

Nawawi, Hadari, 1983, Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Purwanto, Ngalim, 2006. Psycologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosda Karya

Purwanto, Ngalim, 2011. Evaluasi Dan Hasil Belajar, Yogyakarta: Pustaka Belajar

Sagala, Syaiful. 2010. Konsep Dan Makna Pembelajaran . Bandung : Alfabeta

Sardiman, AM. 1986. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : PT. Raya Grafindo Persada.

Sarwono, Sarlito Wirawan. 1976. Pengantar Umum Psikologi. Bulan Bintang.

Shadily, Hassan. 1993. Kamus Inggris – indonesia, Jakarta : PT. Gramedia

Siagian, Sondang. P. 1983. Kepemimpinan Dan Perilaku Administrasi. Jakarta : Gunung Agung

Slamento.2003. Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya : Jakarta : Rineka Cipta.

Sudijono, Anas 2011, Pengantar Evaluasi Pendidikan . Jakarta : Rajawali Pers

Sudrajat.1985. Statistik Non Parametrik. Bandung : Armico

Suprijono, Agus 2011, Model-Model Pembelajaran. Jakarta : Gramedia Pustaka Jaya.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post