SEBUAH MONOLOG (PUISI BUNGA)

Seharusnya di luar sana bunga-bunga flamboyan bermekaran berwarna-warni menghiasi setiap taman merah, putih, kuning maupun ungu.

Ini bulan september katanya sudah masuk musim penghujan mana mungkin flamboyan berbunga mengapa masih saja kau tunggu.

Itu dulu, ketika alam masih bersahabat musim berganti sesuai waktu perhitungannya sekarang hujan tak datang-datang

angin bertiup kencang tandanya kemarau panjang dunia sudah terlalu renta mengikuti berbagai keinginan hawa nafsu.

Mengapa tak kau pilih mawar saja dia pun penuh dengan pilihan warnanya bisa kapan saja berbunga tanpa harus menyalahkan musim?

Aku sangat menyukai keunikannya dia berbeda dari yang lainnya biasanya pohon besar slalu berbuah tapi dia mengciptakan bunga yang indah serupa bunga sakura di musim semi.

Dia penuh dengan duri katanya bisa melukai kapan saja hanya bunga kertas yang ringan rapuh tertiup angin, berterbangan bercabang tak memiliki arah tujuan.

Apa bedanya dengan mawar bukannya di setiap tangkainya juga tumbuh duri-duri tajam menarik kumbang-kumbang dengan wanginya tak berarti apa-apa ketika terkuras manis sari madu mahkotanya.

Hey, mengapa kita yang berdebat harusnya rasa kita menyatu lahir dari hati dan logika bukan saling bertentangan karena memilih satu kesenangan kau flamboyan sedangkan aku mawar?

Entahlah... Slalu saja menjadi perdebatan saling menyalahkan saat mencari pembenaran

tak akan ada habisnya bila saling mencari siapa yang benar dan salah

tak mungkin tersebut indah sebuah pelangi bila hanya satu warna dia ada karena bersatunya perbedaan.

rbm-Garut, 02092023