Sepucuk Surat Penghantar Paket
Sepucuk surat terselip di antara lembaran pakaian, isi paket kiriman yang kuterima. Sebuah paket dengan kotak besar, isinya tiga potong kain. Bukan pakaian yang baru dibeli karena tercium aroma kamper, namun masih ada mereknya.
Sepucuk surat menggambarkan keadaan pengirim di sana. Ada curahan kesedihan di masa pandemi ini. Sudah uzur, sakit-sakitan. Anaknya di PHK. Ekonomi keluarga melemah. Di ujung kalimat terselip keinginan agar segera mengabarkan jika sudah membaca surat ini.
Kutelusuri tulisan tangan khas orang zaman dulu. Terenyuh. Namun seketika rasa itu hilang. Teringat, tulisan yang sama pernah menuliskan daftar biaya hidup dan pengelolaan keuangan kepada ibundaku. Masih teringat jelas gelengannya ketika membaca rincian itu, padahal ibundaku tak pernah sekali pun menghitung pemberiannya.
Jadi, maafkan aku yang belum bisa memenuhi keinginan di ujung suratmu. Aku takut, nanti pulsa telepon pun akan dirinci.
***
Curhatan receh di selembar kertas.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
curhat yg keren bu
curhat yg keren bu