Kata orang bijak "kamu akan menjadi orang seperti apa yang pikirkan" Artinya kamu ada lantaran kamu berfikir. Keberadaan kita akan diakui selama oleh lingkungan karena fikiran.

Tidak ada satupun makhluk di kolong langit dan bumi yang telah diciptakan Tuhan sia-sia, apalagi penciptaan manusia, sejak awal pencitaan manusia telah di daulat oleh Tuhan sebagai khalifah di muka bumi.

Oleh sebab itu, peran utama manusia sebagai khalifah adalah berfikir, berfikir tentang penciptaan dirinya dan berfikir bagaimana mengelola dan memakmurkan alam disekitarnya, dengan alat berfikir yang super canggih yaitu akal.

Inilah kelebihan manusia dari penciptaan makhluk yang lain, maka tidak ada alasan bagi manusia untuk tidak mempergunakan alat super canggih ini dalam hidupnya untuk kemaslahatan hidup dan untuk memakmurkan kehidupan di dunia.

Berfikir untuk bertahan, untuk selamat, berfikir pada tingkat ini masih terlalu umum dan ada pada semua makhluk, seperti hewan yang memiliki sifat untuk bertahan dengan cara buas, rakus, arogan dls.

Berbeda yang manusia selain berfikir untuk bertahan, untuk selamat, juga memiliki daya berfikir untuk memahami, yang dipandu dengan wahyu plus di utus pula rasul untuk menjelaskan panduan tersebut, jadi manusia memang makhluk yang sempurna, maka dengan kesempurnaan itu tidak wajar manusia memiliki sifat atau berfikir untuk saling menjatuhkan, atau mengeksploitasi alam ini untuk kepuasan pribadinya.

Manusia yang berfikir untuk kepuasan dirinya sendiri, maka tidak ubahnya dia seperti hewan, uniknya manusia ini di dalam dirinya tidak hanya diberi kemampuan untuk berfikir, tapi juga memiliki sifat-sifat hewan, seperti rakus, sombong dls.

Sifat-sifat hewan inilah yang menjatuhkan manusia kedalam kehinaan sebagai khalifah, karena sifat hewaniah yang mendominasi di dalam dirinya, sehingga akal hanya sampai pada taraf berfikir untuk selamat dan bertahan, maka tidaklah dapat dikatakan orang-orang seperti ini sebagai khalifah, walaupun akalnya ada tapi belum sampai pada tingkat memahami.

Kenapa berfikir harus memahami, dari proses berfikir akan menghasilkan beberapa gagasan atau ide, gagasan atau ide itu tidak akan bisa diterapkan seperti robot, atau langsung diterapkan, banyak hal yang dapat mempengaruhi gagasan itu diantaranya adalah lingkungan. Lingkungan dapat dibagi menjadi dua, lingkungan luar dan lingkungan dalam. Lingkungan luar yaitu alam, budaya dll, sedang lingkungan dalam yaitu diri sendiri yang memiliki dua kecenderungan sifat malaikat dan sifat hawan.

Berfikir untuk memahami dan merasakan tidak serta merta muncul sebagaimana berfikir untuk bertahan, dibutuhkan pula proses yang berulang-ulang, agar muncul sifat mudah memahami, mudah memahami kondisi lingkungan, memahami orang-orang yang berada di sekitar kita, memahami bahwa sesama manusia saja memiliki keberagaman sifat dan karakter.

Untuk apa memaksakan diri meniru menjadi orang lain, atau memaksakan orang lain seperti kita, kita sudah pasti berbeda dengan mereka, masing-masing kita pasti punya keunikan dan kelebihannya masing-masing. Karena kurangnya memahami dan merasakan apa yang ada pada kita dan orang lain, maka selama itu perselisihan dan pertikaian tidak akan berkurang.

Memahami sifat wahyu dan sifat rasul yang menyampaikan wahyu adalah hal yang wajib kita lakukan, karena akal tidak akan bisa memahami sesuatu yang berada di luar jangkuannya. Akal mesti di bimbing oleh wahyu agar akal tahu bahwa hidup bukan yang realita sama, pasti ada sesuatu di balik realita, realita tidak mungkin ada kalau tidak ada yang mengatakannya.

Langkah awal untuk melihat yang dibalik realita adalah dengan memahami dan merasakan. Wallahu 'alam