Rahmat Nurdin, M. Pd

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Kata-kata Tak Lagi Bermakna

Kata-Kata Tak Lagi Bermakna

Sebelum masa itu benar-benar tiba, mulut tak lagi masim dengan kata yang diucapkan, doa tak lagi diijabah walaupun dengan rintihan dan deraian air mata, sebelum semua itu sia-sia, sekarang dan saat ini kesempatan itu masih ada, pintu untuk perbaikan dan kebaikan itu masih terbuka, kebaikan yang menyejukkan hati, maka lakukanlah agar nyata jalan untuk pulang.

Berapa banyak kata yang telah dikatakan? Berapa banyak janji yang telah diucapkan? Tidak satupun kata dan ucapan itu sesuai dengan perbuatan, mulut yang mengucapkan hanya dianggap angin lalu oleh Hati dan pikiran, Kata-kata yang keluar dari mulutnya tak lagi memiliki makna, telinga hanya sebatas mendengar, sementara mata menurut kehendak yang berseberangan dengan hati.

Bagaimana orang lain akan memandang sepenuh hati padamu, bagaimana orang lain akan menilai dirimu secara utuh? Kebaikan di dalam dirimu seperti buih di lautan, banyak namun semua terapung dalam kepalsuan. Kata-katamu hanya untuk menipu dirimu sendiri, tipuan yang dibuat oleh diri sendiri, kesengsaraan juga untuk dirimu sendiri.

Kehidupan yang sedang kita jalani sekarang telah banyak tertipu oleh kata-kata manis dirinya sendiri. Di depan berlagak seperti orang baik-baik, domba berbulu musang. Kalaupun berprofesi sebagai pengajar, itu tidak lebih hanya untuk mendapatkan keuntungan diri semata, kata-katanya hanya sampai di bibir, tidak akan banyak orang yang berubah dengan kata itu, sebab dia sendiri telah menjauh dari kata-kata itu sendiri.

Rasulullah SAW telah menggambarkan keadaan seseorang sesuai dengan kata-katanya dan menjadi tolak ukur keimanannya di hadapan Allah, "Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah dia mengatakan perkataan yang baik, jika tidak mampu mengatakan perkataan yang baik, lebih baik dia diam".

Mungkin ini salah satu penyebab kenapa kata-kata yang keluar dari mulut kurang bermakna, karena terlalu banyak kata-kata yang tidak bermakna keluar dari lisan dan bahkan lebih banyak lagi yang tersimpan di pikiran. Pikiran dan hati dipenuhi oleh kata-kata yang negatif, jadi cocok apa yang dikatakan oleh orang bijak, "mulutmu adalah harimau bagimu".

Lalu kanapa kita sedih ketika orang cuek dan tak peduli dengan keadaan diri kita, kehadiran kita dihadapan mereka tidak akan memberikan pengaruh apa-apa dengan kata-kata yang diucapkan. Karena memang mereka tidak membutuhkan kata-kata dari mulut kita, mereka tidak mendapatkan kebaikan dari kata-kata kita.

Kesedihan dan rasa prustasi yang disebabkan oleh kata-kata yang tidak sesuai dengan perbuatan semakin menyatakan siapa diri kita. Hidup dikeramaian, namun merasa dikesunyian, hidup dikesunyian hati dan pikiran dikendalikan oleh tindaksn dan perbuatan yang tidak bermakna...

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post