Rahmat Nurdin, M. Pd

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Menawan Nafsu 3

Jika kita merenung sejenak menyilau lebih dalam untuk mendengar dan menyaksikan kehidupan dalam diri, akan kita dapati kehidupan yang selalu bertarung satu dengan yang lainnya, saling ingin mengalahkan, yang kalah akan mencari cara dan strategi lain agar bisa menang, yang menang terkadang hanyut dalam eforia kesenangan sehingga mudah dikalahkan oleh yang kalah yang ingin menang.

Kemenangan yang tinggal beberapa jengkal lagi, kembali diambil alih oleh yang memiliki strategi lebih baik. Kehidupan di dalam diri benar-benar sebuah pertarungan antara hidup dan mati, dampak dari pertarungan itu akan memberikan pengaruh besar dalam kehidupan nyata.

Jika yang menang itu adalah golongan kanan, wajah mereka akan berseri-seri kehidupan mereka penuh dengan kenikmatan dan kebahagiaan, dan jika yang menang itu adalah golongan kiri, mereka juga dapat kebahagiaan, kesenangan, tapi semua itu adalah kebahagiaan yang semu, fana.

Pertarungan di alam diri benar-benar melelahkan sehingga getaran dan sakitnya dirasakan oleh jasmani, badan yang sering lelah, cepek pusing, sakit-sakitan dan serangan penyaikit fisik yang tiba-tiba, ini adalah akibat pertarungan di alam diri yang tidak seimbang.

Dan pergolakan ini tidak akan berhenti sampai ditentukan siapa pemenangnya? Sampai datang kematian sekalipun, belum bisa ditentukan pemenangnya karena kematian adalah awal penentuan bagi golongan kanan dan kiri, jadi kematian bukan solusi untuk mengalah, bahkan yang mati itupun jasmani dan dia akan dihidupkan kembali untuk menerima balasan kerja yang telah dilakukan selama hidupnya.

Ya begitulah hidup jasmani, hanya sesaat nilainya ditentukan oleh seberapa banyak manfaat yang dia berikan pada kehidupannya. Merasa hebat dan merasa memiliki di alam ini hanya sementara, tidak usah berlebihan dalam memiliki dan tak usah terlalu gembira dan sedih dengan kedatangan dan kepergian apa yang dipunya, datang dan hilang adalah fitrah kehidupan ini.

Menghadapi musuh yang tampak kita bisa mempersiapkan diri dengan menghitung kekuatan musuh dan menyusun strategi dengan baik. Tapi sekarang menghadapi musuh yang tidak tampak dan sulit untuk ketahui kekuatan yang dimilikinya, musuh yang tidak tampak itu hanya bisa kita kenal dari namanya saja.

Lalu siapa musuh yang tidak tampak itu? Hasan Muhammad as-Syarqawi dalam kitabnya Nahw ‘Ilmiah Nafsi (1970), membagi musuh itu ke dalam sembilan bagian, yaitu: pamer (riya’), marah (al-ghadhab), lalai dan lupa (al-ghaflah wan nisyah), was-was (al-was-wasah), frustrasi (al-ya’s), rakus (tama’), terperdaya (al-ghurur), sombong (al-ujub), dengki dan iri hati (al-hasd wal hiqd).

Pertama. riya’ terdapat unsur penipuan terhadap dirinya sendiri dan juga orang lain, karena hakikatnya ia mengungkapkan sesuatu yang tidak sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya. Riya’ merasuk dalam jiwa seseorang dengan halus dan tidak terasa sehingga hampir tidak ada orang yang selamat dari serangannya ini kecuali orang-orang arifbillah yang ikhlas dalam taatnya.....

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post