Rahmat Nurdin, M. Pd

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Merdeka Fisik, Spiritual Terjajah?

Pada tulisan sebelumnya kita telah urai sedikit cara para pendiri bangsa ini merahih kemerdekaan, nilai-nilai spiritual menjadi dasar utama dalam merebut kemerdekaan dari penjajah.

Kita bukan bangsa barat yang penduduknya minoritas memeluk agama IsIam dan juga bukan bangsa atheis yang tidak percaya pada Tuhan, dan juga bukan bangsa yang mengubur nilai-nilai luhur bangsa. Tapi kita adalah bangsa yang besar, bangsa yang sangat menjunjung tinggi nilai-nilai luhur bangsanya dan bangsa yang mayoritas tanpa mengintimidasi yang minoritas.

Kemerdekaan fisik hanya bersifat sementara paling lama seumur dengan usia kita. Generasi kita sekarang mungkin sulit membayangkan kondisi sebelum kemerdekaan yang dialami oleh para pejuang kita, jauh dari kebebasan. Sedangkan kondisi Kita saat ini jauh lebih baik dan ini patut kita syukuri. Namun, jika kita renungkan lebih dalam lagi, apakah kita saat ini sudah benar-benar bebas dari segala bentuk penjajahan?

Secara fisik kita memang sudah merdeka, tetapi bukan berarti kita sama sekali tidak pernah merasa terkekang-terkekang oleh aturan-aturan dan tugas-tugas serta tanggung jawab, atau hal-hal eksternal lain yang semestinya sudah lazim dalam hidup kita.

Kenapa kita merasa demikian? Bisa jadi penyebabnya berasal dari lemahnya nilai-nilai spiritual dalam diri kita sehingga membelenggu batin kita sehingga kita kesulitan menerima hal-hal yang terjadi di luar diri. Kita pun merasa terkekang, tidak bebas, dan tidak bahagia.

Kalau seandainya kita balikkan cara berfikir kita. Sebenarnya para pejuang kita dulu yang terjajah hanyalah fisik mereka, bathin mereka merdeka. Dalam belenggu fisik, bathin mereka terbang bebas keujung langit untuk melihat dan membebaskan fisik mereka dari tirani penjajah.

Sekarang secara fisik kita sudah merdeka. Namun kenyataannya akal, dan bathin kita apakah benar-benar sudah merdeka? Kita dijajah oleh dunia pencitraan, media menjadi lahan yang paling subur untuk pencitraan diri, kebersamaan hanya dalam dunia maya, dalam dunia nyata siapa lo siapa gua, yang aneh-aneh diviralkan yang baik-baik didiamkan.

Anak-anak muda kita dijajah oleh tren fashion yang datang dari luar, di sisi lain sangat minim prestasi dan karya. Di jajah oleh produk-produk yang datang dari luar, sementara kita hanya sebagai bangsa konsumen, inilah bahaya besar dari pencitraan.

Sederhananya, kalau kita memahami makna kemerdekaan yaitu adanya kebebasan dalam beraktivitas, bekerja untuk mewujudkan setiap harapan, maka sasaran utama yang harus mendapatkan kebebasan itu adalah unsur jasmani dan rohani manusia itu.

Hari ini kita memperingati hari kemerdekaan bangsa kita. Ini merupakan momentum yang tepat untuk kita merenung sejenak, apakah diri kita masih sering merasa terbelenggu? Atau sudah merdekah jasmani dan ruhani kita dari segala bentuk penjajahan?...

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post