Tidak ada diantara kita yang sempurna, kesempurnaan hanyalah milik yang Maha Sempurna, yang ingin kita sampaikan di sini adalah jangan bangga dengan pencapaian yang dirahih, jangan lupa diri dengan banyaknya yang kita miliki dan jangan memandang rendah orang-orang yang di bawah kita. Ingatlah bahwa kelebihan yang kita miliki, karena adanya kekurangan yang lain, sebab pasangan yang paling cocok dengan kelebihan adalah kekurangan (inilah kesempurnaan)

Kesombongan, keangkuhan pada dasarnya adalah kemunafikan karena telah melakukan sesuatu yang tidak wajar, mengerjakan sesuatu yang bukan pekerjaan diri. Di sisi lain drama kehidupan ini akan mementaskan banyak peran, mulai dari peran yang paling rendah sampai pada peran yang paling tinggi, semua peran itu akan menimbulkan banyak irama dan gesekan, yang merasa hebat, mulia, sempurna dan juga merasa terhina, dihinakan dll.

Hari ini orang yang memiliki talenta dalam satu atau dua bidang tertentu sangat cepat terkenal. Pujian dan sanjungan mengalir bagaikan hembusan angin yang membuat pundi-pundi celengan membekak, pada posisi inilah akan muncul perasaan jumawa, merasa bahwa kitalah yang hebat, yang gagah, yang pintar, yang kaya. Seperti yang pernah diucapkan oleh Qarun Bin Yashar, "Sesungguhnya semua yang telah aku dapatkan ini adalah karena ilmu yang aku miliki".

Kisah Qarun diabadikan Allah dalam surat Al-qashas 78" Dia (Qarun) berkata, "Sesungguhnya aku diberi (harta) itu semata-mata karena ilmu yang

ada padaku." Tidakkah dia tahu bahwa sesungguhnya Allah telah membinasakan generasi sebelumnya yang lebih kuat daripadanya dan lebih banyak mengumpulkan harta? Orang-orang yang durhaka itu tidak perlu ditanya tentang dosa-dosa mereka".

Terlihat jelas dalam literatur agama bahwa tidak ada orang yang selamat apabila merasa dia yang hebat, dia yang kaya, dia yang pantas mendapatkan, semua akan berakhir dengan menyedihkan dan mengerikan dunia apalagi di akhirat kelak. Segala sesuatu yang mengantarkan pada ketenaran, tentu dibalik itu terdapat pula berbagai ujian, oleh sebab itu sering kita mendapat wejangan dari guru-guru kita yang mengatakan "bertahan dalam serba kekurangan (hidup miskin) banyak orang mampu, tapi tidak cukup banyak orang yang mampu bertahan dalam serba kecukupan (hidup kaya).

Bakat atau skill yang dimiliki yang dengan itu dapat marahih kesenang hidup. Jangan membuat lupa diri, sebab itu adalah ujian akan dipergunakan untuk kemaslahatan bersama atau hanya untuk kepentingan hawa nafsu, berbangga-bangga dengan kemewahan. Kita takjub melihat orang yang memiliki talenta yang luar biasa, ada yang memiliki suara emas, ada yang memiliki otak lebih cepat dari kalkulator, publik speaking handal, dan segudang kaehlian lainnya.

Orang yang belum menemukan talenta dirinya, hanya akan menjadi kosumsi (menjadi penikmat dari talenta orang lain) menghabiskan uang dan waktu untuk menonton aksi-aksi mereka di berbagai media, mengikuti bahkan mengagumi. Mereka terkenal, kaya dan bahagia di atas talenta yang dimiliki, sementara kita bahagia menghabiskan banyak waktu dan uang untuk mengagumi mereka.?

Kebahagiaan masing-masing kita tentu akan memiliki standar yang berbeda-beda, sesuai dengan apa yang menjadi tujuan hidup. Sebagai contoh, seorang guru profesional dia akan sangat bahagia ketika melihat anak didiknya sukses dan kaya, walaupun sebenarnya guru tersebut hidup dalam kesederhanaan....