Tempat ini penuh kenangan. Kenangan manis, kenangan pahit. Manisnya banyak, sangat banyak malah. Sudah tujuh tahun, sejak anak laki-lakiku kelas 7. Sengkaling Kuliner atau disingkat Sekul. Tempat makan, tempat rekreasi. Tempat transit menunggu waktu.

Setiap berkunjung sebulan sekali, kami sering makan di Sekul ini. Atau sekedar sholat, atau pengin beli oleh-oleh. Terkadang kalau kami keluar dari Batu kisaran ashari, mulai tampak macet, kami akan mampir Malang dan istirahat di Sekul ini. Pukul 20-an baru kembali balik Surabaya. Berjam-jam kami di Sekul betah. Segala macam makanan ada, tinggal pilih dan menyesuaikan kantong.

Di tempat ini pula kenangan pahit datang. Sekul adalah tempat terakhir kami bersama cucu tercinta. Avrasya Zivanna Husna. Zi demikian nama panggilannya, menangis lama disini, kemudian sesak nafas, kami bawa ke rumah sakit. Jarak 8 jam Zi dipanggil Allah.

Cukup lama kami tidak tahan jika ke Sekul. Ada rasa sesal, sedih, tetapi juga menahan diri supaya tetap ikhlas menerima dan melepas.

Setelah beberapa lama tidak berani ke Sekul, kami mencoba datang, menerima yang pernah terjadi, mengesampingkan perasaan-perasaan sesal. Dan Alhamdulillah, setelah 4 bulan dari kepergian Zi, kami lepas, sudah suratan Zi. Takdir Allah Swt.

Mungkin Allah juga mengingatkan kami, bahwa kami tidak boleh gembira berlebihan, perasaan manis berlebihan, rasa memiliki berlebihan. Segala yang berlebihan bisa berbalik dalam waktu singkat. Alhamdulillah, kami terima.

Dan sekarang, kami di Sekul. Bertiga, berjam-jam, sholat jamaah, mendengarkan musik, hp-an, makan-makan. Menu kali ini, kwetiau, beef bbq, tahu telor, bakso, kentang goreng, tahu petis. Minuman jahe panas, mo panas, lemon tea panas. Alhamdulillah…Alhamdulillah…