Rahmi Yulia

Seorang guru sekolah dasar yang sebelumnya menimba ilmu di Universitas Negeri Padang. Kemudian melanjutkan pada program guru SM3T. Setelah menyelesaikan pengabd...

Selengkapnya
Navigasi Web

Si Anak Pastel (Part 3)

#Tantanganmenulis Hari ke-4

"Lihatlah si Buyuang, nak! Dia tidak merokok, rajin, aktif di kampung dan berbakti kepada orang tuanya. Tidakkah kamu ingin seperti itu?", kata Pak Mun kepada anaknya.

Ya, Pak Mun yang dulu pernah mengumpatnya. Pak Mun yang dulu pernah memarahi anaknya agar tidak berteman dengan si Buyuang. Namun, kata-kata itu tak lagi dilontarkan. Tanpa ia sadari ucapannya dulu telah ia tarik kembali. Bahkan, kata-kata itu malah berbalik kepadanya. Anaknya yg dulu ia bangga-banggakan malah lebih buruk dari si Buyuang. Berbeda dengan Buyuang yang telah menjelma menjadi anak yang baik. Sehingga Pak Mun kerap menjadikan Buyuang sebagai contoh ketika ia menasehati anaknya.

Buyuang memang anak yang aktif di kampungnya. Selain itu, ia juga tidak malu untuk melakukan apa saja untuk membeli sesuatu yang ia inginkan. Ia tak ingin menyusahkan orang tuanya. Ia lebih memilih menyisihkan sebagian uang jajannya demi mendapatkan apa yang ia inginkan. Bahkan ia tak malu menjadi ojek untuk orang-orang di kampung. Mengantarkan bahan-bahan pertanian menggunakan bentor atau apapun jika ada yang butuh pertolongannya.

Buyuang semakin sadar bahwa ia tak ingin lagi menjadi bulan-bulanan orang di kampung. Ia harus bisa membuktikan bahwa dirinya masih bisa lebih baik dari sekarang. Perlahan ia mencoba untuk memperluas wawasannya di bidang kesukaannya, otomotif. Ia ingin menjawab rasa penasarannya tentang itu. Ia memilih kota Jakarta sebagai tempat praktek kerja lapangannya di STM.

Dapat melaksanakan tugas PKL sebagai pelajar di salah satu perusahaan besar di Ibu Kota memang menyenangkan. Tapi ada hal yang membuat Buyuang tidak terlalu nyaman. Ini bukan passion-nya. Buyuang bukanlah orang yang suka dengan kerja yang terikat. Pergi pagi, pulang malam. Bukan itu yang ia inginkan. Ia ingin ketika dewasa nanti melakukan pekerjaan yang menyenangkan. Santai dan tidak merasa terkekang. Namun, setidaknya ia sudah mendapatkan pengalaman yang cukup berharga di sini. Banyak ilmu yang ia dapatkan. Tidak ada ilmu yang paling berharga selain pengalaman.

Sekembalinya ke kampung halaman, ia meminta restu kepada orang tua agar diijinkan untuk melanjutkan perkuliahan di ibu kota.

"Ma, jika lulus sekolah nanti Buyuang ingin kuliah di Jakarta", ucapnya dengan penuh harap kepada ibunya.

Sontak saja perkataan Buyuang itu membuat ibunya terkejut. Betapa tidak, kakaknya sangat menginginkan ia menjadi TNI, melanjutkan mimpinya yang tertunda. Namun, Buyuang punya mimpi lain. Ia ingin mengabdikan diri sebagai guru.

"Tidakkah kamu ingin melanjutkan mimpi saudaramu, nak?", tanya ibunya.

"Ia ingin kamu menjadi tentara nak", lanjut ibunya.

***

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post