#Tantanganmenulis Hari ke-6

Sontak saja ia memeluk ibunya. Perlahan ia duduk dan bersujud di kaki ibunya. Dengan suara yang lirih ia memohon doa agar dilancarkan segala urusan pendidikannya. Hal yang dilakukannya bukanlah suatu yang berlebihan, mengingat betapa jerih payah orang tua menyekolahkannya. Di tambah lagi dengan keinginannya yang kuat agar tetap bersekolah. Sepatutnya ia bersyukur dengan apa yang ia dapatkan. Bisa terus bersekolah, lulus pada jurusan yang sangat ia impikan dan mendapatkan beasiswa selama perkuliahan. Keinginannya agar tidak menyusahkan orang tua tercapai.

Berita cepat menyebar di kampungnya. Buyuang tak lagi menjadi bahan bully-an di kampung. Dari banyak teman satu angkatan dengannya, hanya Buyuang lah yang melanjutkan pendidikannya ke jenjang perkuliahan. Sedangkan yang lain, memutuskan untuk bekerja bahkan ada yang menjadi pengangguran. 'Roda itu berputar. Terkadang kita berada di atas, dan ada kalanya kita kembali ke bawah'. "Begitulah hidup", gumamnya.

Perkataan orang-orang di kampung menjadi cambuk untuknya agar lebih maju. Tak ada gunanya mendengarkan kata orang jika itu hanya membuat kita lebih terpuruk. Namun, meski ia tak lagi menghiraukan perkataan orang di kampung, Buyuang tetap menjadikan itu sebagai sebuah motivasi baginya. Ia akan selalu membuktikan bahwa ia tak seperti yang mereka pikirkan. Cukup berikan bukti, bukan kata-kata keji.

Hari-hari perkuliahan ia jalani dengan semangat. Seperti anak kuliah lainnya, ia juga sudah membaur dengan mudahnya. Namun, semua kebahagiaan itu seketika berubah. Kabar duka menyelimuti keluarganya. Dan tak dia sangka, kabar duka itu berasal dari kakaknya.