ANAK SEMATA WAYANG
Ketika para wali kelas dipanggil Kepala Sekolah untuk briefing singkat masalah keberangkatan anak-anak berkarya wisata dibicarakan beberapa orang anak yang tidak mendapat izin dari orang tuanya. Aku sebagai koordinator kegiatan ini sangat tertarik dengan keterangan salah seorang wali kelas yang menyampaikan alasan salah satu orang tua. Alasan tidak diberikan izin karena anaknya merupakan anak satu-satunya alias semata wayang.
Aku mulai mencari informasi tentang si anak tersebut. Dari wali kelasnya yang lama juga kuperoleh keterangan yang sama. Aku beralih ke teman-temannya. Keterangan yang kuperoleh lebih dahsyat lagi. Bahkan untuk mengikuti kerja kelompok, anak tersebut pun tidak diizinkan. Begitu bel pulang sekolah berbunyi dia sudah ditunggu oleh keluarga yang menjemput. Teman-temannya pernah pula mencari solusi dengan membuat kerja kelompok di sekolah, tetap juga tidak diizinkan oleh orang tuanya. Orang tuanya khawatir akan terjadi sesuatu pada anak semata wayangnya.
Ketika aku masuk ke kelas anak tersebut setelah materi pembelajaran, aku mulai bercerita tentang kasih sayang orang tua kepada anak-anaknya. Anak merupakan harta yang paling berharga bagi orang tua. Aku pun mulai menyebutkan contoh bentuk-bentuk kasih sayang kepada orang tua. Sampai akhirnya aku masuk pada keizinan yang diberikan oleh orang tua atas perjalanan karya wisata yang akan kami lakukan. Tidak lupa pula kejelaskan pada mereka mengenai ketentuan dan takdir Allah SWT. Kulihat anak tersebut dengan cermat mengikuti penjelasanku satu demi satu. Di akhir ceritaku, kutitipkan salamku untuk orang tua anak tersebut.
Alhamdulillah keesokan harinya, si anak semata wayang menemuiku dengan membawa potongan surat izin orang tua untuk ikut dalam kegiatan karya wisata. Dan lebih mengejutkan lagi seminggu setelah kegiatan kami ketika aku masuk di kelas tersebut, si anak bertanya padaku : “ Ibu, masih boleh saya mendaftar jadi anggota Green and Clean Club ?”. Aku dengan keherananku menjawab dengan candaan, “Jadi tukang sampah lho…, boleh sama Ayah dan Ibu ?”, tanyaku balik padanya. Si anak semata wayang dengan mantab menganggukkan kepalanya kepadaku. Wallahu a’lam bishshowab.
Rumahku, Menggapai Mardhotillah, 7 Maret 2018.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Namanya keren pekerjaannya keren. Tukang sampah yang peduli dengan lingkungan Barakallah
Alhamdulillah....,terimakasih Bunda. Baarokallah.
Guru inspiratif...barokalloh bunda
Alhamdulillah...,terimakasih...Bunda. Baarokallah.