
Haiku 5-7-5
Jauh berjalan banyak dilihat, kiranya pribahasa itu kini sedang kurasakan. Perjalanan literasiku dalam acara Diseminasi Gerakan Literasi Nasional tanggal 23 Mei 2019 gawean Balai Bahasa Sumatera Utara, membawaku mengenal haiku. Ibu Juliana, S.S., M.Si, sebagai salah satu narasumber saat itu memperkenalkan salah satu bentuk puisi kuno dari Jepang yang bernama haiku.
Menurut informasi yang didapat, haiku diciptakan untuk berbalas-balasan bersama lawan main bagaikan berbalas pantun. Kemudian berkembang saat memasuki zaman Kinsei yang disebut juga sebagai zaman Pra Modern. Meski sebenarnya sudah muncul di akhir era Muromachi. Periode ini dimulai pada tahun 1602.
Hingga kini, haiku sangat populer disebabkan orang Jepang terutama generasi mudanya memiliki semangat yang tinggi dalam melestarikan kebudayaan mereka. Hingga akhirnya haiku tidak hanya dikenal oleh masyarakat Jepang sendiri, tetapi juga di mancanegara.
Kemudian, aku menyebutnya dengan haiku 5-7-5 bukan tanpa maksud. Angka 5-7-5 yang mengikuti kata haiku untuk memudahkan mengingat pola puisi tersebut.
Bagian pertama haiku terdiri dari 5 suku kata yang disebut shougo atau kamigo. Kemudian bagian tengah berjumlah 7 suku kata, yang disebut nakashichi. Diakhiri dengan shimogo yang juga berjumlah 5 suku kata.
Berikut ini beberapa contoh haiku dari pujangga Jepang ternama:
Kyoshi
Shizukasa ya, 5
hanasaki niwa no, 7
haru no ame. 5
(Betapa sunyinya, halaman berbunga, hujan musim semi.)
Masaoka Shiki
Furusato ha, 5
itoko no Ooshi, 7
momo no hana. 5
( Pada kotaku, anak-anak gembira, bunga pun mekar.)
Basho
Furuike ya, 5
kawazu tobikomu, 7
mizu no oto. 5
(Di kolam tua, seekor katak melompat, air pun pecah.)
https://www.akibanation.com/mari-mengenal-haiku
Ketika narasumber mengajak peserta untuk langsung praktik membuat haiku, ternyata sangat mengasyikkan. Saat itu Bu Juliana menampilkan gambar pantai dan pemandangan di senja hari. Para peserta diminta membuat haiku.
Yuk, mencoba buat haiku.
1. Nyiur melambai 5
Pasir putih terhampar 7
Pantaiku permai 5
2. Semburat jingga 5
Menghias langit senja 7
Indah hadirmu 5
3. Surya terbenam 5
Azan pun berkumandang 7
Berbuka tiba 5
Ini pertama kali aku membuat haiku. Esok, mungkin bisa lebih bagus lagi. Anda ingin mencoba membuat haiku? Monggo....
Wallahu a’lam bishowab.
#edisidiseminasiglnbbsu#
Rumahku, Menggapai Mardhatillah, 21 Ramadhan 1440 H/ 26 Mei 2019.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Hujan bergerak, para petani ring. Harapan panin... Ok Bun haiku unik.
Hujan berderai, para petani riang, harapan panin
Ternyata, Pak Guru sudah bisa bikin haiku, nggih. Jazakallah khoir untuk kunjungannya. Salam sehat, bahagia, dan sukses selalu. Barakallah, Pak Guru.
Aku gak bisa Kak. Teman teman di Bekasi, selalu membuatnya, tapi aku gak bisa. Ssma seperti pantun, aku pun tak bisa. Teruntai doa untuk Kakakku tercinta agar tercurah rahmat Allah untuk kesehatan dan barakallahu fiik
Dicoba lagi, Deqquuu. Pasti bisa. Jazakillah khoir untuk kunjungan dan doa tiada henti. Salam sehat, bahagia, dan sukses selalu. Barakallah..., Deqquuu.
mudah-mudahan generasi muda kita seperti generasi Jepang, memiliki semangat yang tinggi dalam melestarikan kebudayaan kita. Barakallah Mbah Uthi prjalanannya sudah sampai ke Jepang sehat selalu lahir dan batin
Sepakat, Mbah Buya. Mudah-mudahan semangat yang tinggi juga ada pada generasi kita untuk melestarikan budaya bangsa, hingga tak perlu rebutan dengan negara tetangga. Hihihi..., ke Jepang...kw. Jazakallah khoir untuk kunjungannya. Salam sehat, bahagia, dan sukses selalu. Barakallah, Mbah Buya.