Raihana Rasyid

Lahir dan menetap di Medan ,07 September 1967.Alumni IKIP Negeri Medan Jurusan Pendidikan Biologi. Tenaga pendidik di SMA Negeri 14 Medan....

Selengkapnya
Navigasi Web
Hati-Hati, Kol Goreng Berbahaya!
Kol goreng, daun kemangi dan sambel uleg. (Dokpri)

Hati-Hati, Kol Goreng Berbahaya!

“Assalamualaikum, ini Mak kol goreng,” Rizqy masuk ke kamarku dan membawa sebungkus penganan yang kulihat berwarna agak kehitaman, ada juga daun kemangi dan sambel uleg yang maknyusss.

“Koq kayak gini, Dek?” Tanyaku padanya (karena anak ragil, maka aku memanggilnya Adek), setelah diletakkan di piring sehingga aku dapat lebih jelas mengamatinya. “Ya gitulah, Mak. Namanya pun kol goreng,” dengan santai Rizqy menjawab keherananku.

Naluriku sebagai ibu (yang sering bergaul dengan sayur-sayuran) dan guru biologi, agak terganggu dengan makanan bernama “kol goreng” itu. Kol, digoreng? Tidakkah merusak vitamin yang ada di dalamnya?

Untuk memastikan kegundahanku, segera kutanya Mbah Google. Baru saja kuketik kata kol, aku dibikin kaget karena langsung ada tulisan “kol goreng” yang muncul. Berarti, makanan ini sudah “mendunia maya” pikirku. Prasangkaku pun terjawab.

Ternyata benar, dengan cara menggoreng kol meskipun rasanya enak namun dapat merusak nutrisi yang ada di dalamnya. Vitamin A, B, C, dan K rusak karena proses penggorengan. Suhu panas pada minyak apalagi yang telah digunakan berkali-kali mengakibatkan kol mengalami proses oksidasi yang membuat kandungan radikal bebasnya jadi meningkat.

Proses penggorengan yang terlalu lama juga akan merangsang munculnya senyawa heterosiklik yang bersifat karsinogenik, disinyalir senyawa inilah sebagai pemicu pertumbuhan sel-sel kanker di dalam tubuh.

Sebenarnya, kol memiliki banyak manfaat bagi tubuh. Kol mengandung zat antikanker dan dapat menurunkan risiko kanker pada seseorang, karena mengandung senyawa sulforaphane. Ada juga kandungan apigenin yang dapat menurunkan risiko kanker payudara.

Kol juga bermanfaat untuk kesehatan jantung, serta dapat meningkatkan kekebalan tubuh dan pencernaan. Karena kol tidak mengandung kolesterol dan lemak jenuh yang berbahaya.

Namun ketika kol digoreng dengan suhu yang panas, ternyata justru menghasilkan beragam risiko bagi kesehatan tubuh. Kol akan menyerap sebagian minyak goreng. Kandungan lemak jenuh dan kolesterol dalam minyak goreng dapat menyebabkan gangguan kesehatan, seperti obesitas dan serangan jantung.(https://www.indtimes.com)

Sejak aku sakit, Rizqy jadi sering beli makanan di luar. Sudah enam bulan aku tak bisa memasak. Selera makan Rizqy memang agak berbeda dari kakak dan abangnya. Kakaknya yang memiliki bayi, tentulah tak bisa selalu memasakkan menu sesuai keinginannya. Ketika aku sehat, jika dia tidak selera makan, aku bisa memaksanya dengan menyulanginya (kayak balita saja...hehehe).

Semoga Mamak cepat sembuh, ya Dek. Jika Adek ingin kol goreng, akan Mamak buatkan sendiri di rumah. Insyaallah lebih sehat karena kita dapat mengontrol suhu dan jenis minyak yang digunakan. Dengan demikian mudah-mudahan tidak terlalu merusak nutrisi yang ada pada kol dan menekan risiko bahaya senyawa karsinogenik.

Tetapi, lebih bagus lagi jika kita konsumsi kol segar atau dibuat capcai dan sayur bening. Bisa juga sop, atau lebih nikmat lagi sayur asem saja, ya. Untuk menjaga tidak rusaknya nutrisi pada sayur kol tadi.

Wallahu a'lam bishowab.

Rumahku, Menggapai Mardhatillah, 20 Januari 2019.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Ayu justru baru mengetahui adanya menu kol goreng ini. Kemungkinan karena kami di kota kecil sehingga tak terlalu tahu keberadaan makanan kekinian. Di tempat kami, kol biasanya untuk bakwan dan campuran oseng-oseng. Sangat jarang ditemukan kol goreng. Ternyata juga sangat membahayakan kesehatan nggih, Bu. Paparan lengkap yang sarat informasi agar para bunda lebih berhati-hati saat memyiapkan makanan bagi keluarga tercinta. Barakallah, Ibu.

21 Jan
Balas

Iya, Bu Guru. Ibu juga baru tahu tadi malam, ketika Rizqy membawanya ke rumah. Betul, proses penggorengan dapat membuat rusaknya nutrisi yang ada pada kol. Karena tidak menyehatkan, sebaiknya dihindari. Jazakillah khoir untuk kunjungannya, Bu Guru. Salam sehat dan sukses selalu. Barakallah.

21 Jan

Terima kasih infonya Bunda...baru tahu ada kol goreng. Di Banyumas kayaknya belum ada lho. Semoga Bunda lekas pulih sehingga bisa memasak masakan keaukaan Adek. Barakallah

20 Jan
Balas

Nggih, Bunda. Saya pun baru tahu ini. Si Adek ada-ada saja. Tetapi rupanya, cerita kol goreng sudah "mendunia maya" ketika ditanya ke mbah Google, berarti di beberapa daerah sudah banyak seperti di Medan. Jazakillah khoir untuk kunjungan dan doanya, Bunda. Salam sehat dan sukses selalu. Barakallah.

20 Jan

Begitu ya Bund...terima kasih infonya, sangat bermanfaat. Sudah sering dengar kol goreng, tapi belum pernah mencoba, kalau dimasak sop sering. Sehat selalu Bunda Rai...barakallah

21 Jan
Balas

Nggih, Bu Guru. Lebih baik dimasak sop atau capcai saja daripada digoreng. Jazakillah khoir untuk kunjungannya. Salsm sehat dan sukses selalu. Barakallah, Bu Guru.

21 Jan

Alhamdulillah, luar biasa, apa saja jadi perhatian Kakak, insting biologi Kakak memang luar biasa, pantas saja Abah segar bugar, karena asupan makanan yang terjaga dengan baik. Terima kasih untuk i formasi yang amat berharga. Tapi memang sulit terhindar dari gorengan yah. Untung aku suka juga kol segar, Mentah, dilalap enak kok. Teruntai doa untuk kakakku tercinta smoga Allah limpahkan rahmatNya agar kakak diberikan kesehatan dan barakallah

21 Jan
Balas

Alhamdulillah, insyaallah selalu begiti, deq. Menghindar dari gorengan memang sangat sulit karena rasanya yang kriuk dan krispi. Tetapi, paling tidak kita bisa mengatur ada keseimbangan, agar lebih baik. Jazakillah khoir untuk kunjungan dan doanya. Salsm sehat dan sukses selalu. Barakallah, deq.

21 Jan

Enak tidak Bun....jadi penasaran nih...apakah rasanya manis..digoreng sampai kecoklatan atau cuma sebentar..lho kok malah nanya resep...hi..hi...Semoga Bunda Rai cepat sehat sehingga bisa masak lagi buat keluarga...Barakallah uthi....

21 Jan
Balas

Enak, kriuk...kriuk...ditambah sambel uleg...hmmm...yummmyy. Agak kecoklatan, Bunda. Seperti pada foto yang di atas. Tapi, sebaiknya tidak usah. Karena proses penggorengan merusak nutrisi di dalam kol. Aamiin ya robbal alaamiin. Iya Bunda, saya sudah kepingin masak tapi kakinya belum kuat, gak tahan berdiri. Jazakillah khoir untuk kunjungannya, Bunda. Salam sehat dan sukses selalu. Barakallah.

21 Jan

Inilah yang membuat badanku tetap prima, karena yang menyiapkan menu masakan memang ahlinya. Barakillah Mbah Uthy

20 Jan
Balas

Alhamdulillah, semoga Mbah Buya sehat dan sukses selalu. Jazakallah khoir, barakallah Mbah Buya.

20 Jan

Menurut saya bukan masalah kolnya. Pokok masalahnya adalah proses menggoreng. Memang tidak ada jaminan bahwa penjual memperhatikan aspek kesehatan dalam olahan gorengan. Perlu dipahami bahwa pada dasarnya minyak goreng berlabel adalah bahan yang sehat. Hanya saja manfaat terbaiknya diperoleh ketika minyak ini digunakan untuk satu kali menggoreng. Ketika minyak dipanaskan dalam suhu tinggi dan dalam waktu yang lama maka kandungan lemak pada minyak akan berubah menjadi lemak jenuh yang bersifat karsinogen. Lemak ini berpotensi mengganggu kesehatan. Jadi apapun bahan yang digoreng dengan minyak suhu tinggi dan waktu lama, atau bahkan minyak jlantah cenderung tidak baik bagi kesehatan. Mohon maaf kalau bahasanya kurang halus Bunda.

23 Jan
Balas

Setuju banget, Pak Guru. Apapun bahan yang digoreng dengan minyak suhu tinggi dan waktu lama, atau bshkan minyak jlantah cenderung tidak baik bagi kesehatan. Karena kebetulan di Medan lagi ngetrend "kol goreng", Pak Guru jadi saya ulas tentang kol gorengnya. Termasuk si Ragil saya, lhaaa...koq kepo habis selalu beli kol goreng. Padahal, itu tadi, minyaknya ndak terjamin. Jazakallah khoir, Pak Guru sudah melengkapi artikel ini. Matur suwun sanget, nggih Pak Guru. Salam sehat dan sukses selalu. Barakallah.

23 Jan

Kol goreng mirip2 bakwan kalau di daerah saya Bunda.Enak tapi gak ada gizinya sih.Makasih info nya Bunda.Semoga cepat sehat kembali Bunda.Barakallah

20 Jan
Balas

Iya...ya.., Bunda. Jika tepungnya lebih dibanyakin, jadilah "bakwan". Mudah-mudahan kita mulai bisa membiasakan diri dengan pola makanan sehat bukan pola makanan enak. Jazakillah khoir untuk kunjungannya, Bunda. Salam sehat dan sukses selalu. Barakallah.

21 Jan

Kol goreng ditempat ku belum ada Bun...tapi informasi bunda menjadi peringatan kalau suatu saat ada musim kol goreng di sini.. sukses selalu bunda dan barakallah

21 Jan
Balas

Oh...ya, Bunda. Mudah-mudahan tak usah ada musim kol goreng di sana, ya. Lha...wong ini termasuk jenis "junk food". Jazakillah khoir untuk kunjungannya. Salsm sehat dan sukses selalu. Barakallah, Bunda.

21 Jan

Artikel yang membuka cakrawala pengetahuan. Semoga bu guru selalu sehat dan semangat beraktifitas....

22 Jan
Balas

Aamiin ya robbal alaamiin. Nggih, Pak Guru karena banyak makanan tak sehat di sekitar kita. Jazakillah khoir untuk kunjungan dan doanya. Salam sehat dan sukses selalu. Barakallah, Pak Guru.

22 Jan



search

New Post