Hati yang Selalu Merasa Cukup
Bulu kudukku meremang, mataku memanas dan hatiku basah ketika salah seorang rekan guru bercerita kondisi perekonomian keluarga setelah suaminya meninggal.
“Bunda, ketika pertama kali menerima gaji pensiun almarhum ayah anak-anak, tangan saya gemetar.” Bu Desy menggambarkan bagaimana perasaannya yang dipenuhi oleh rasa sedih dan takut pada saat itu.
Sedih, karena almarhum tidak lagi bersama mereka. Rasa takut muncul karena jumlah uang pensiun yang diterimanya sangat jauh berbeda dengan gaji ketika almarhum masih hidup. Bisakah uang yang jumlahnya berkurang sangat banyak itu menutupi biaya hidup mereka ?
“Tapi, saat pertama memegang uang pensiun itu, dengan tangan gemetar saya pegang erat dan hati saya menangis memohon pada Allah,”Ya…Allah, Engkau yang mengambil ayah dari anak-anakku. Karena itu, kumohon pada-Mu cukupkan rezeki ini bagi kami. Hiburlah hati kami untuk senantisa merasa cukup dan bersyukur.” Kudengarkan temanku itu dengan sepenuh hatiku.
“ Alhamdulillah, sampai saat ini sudah 5 bulan berlalu, kami selalu merasa cukup bahkan berlebih.” Hatiku bergetar mendengar kalimat sakti di akhir cerita temanku itu.
Tanpa sadar, dia sudah memberikan pelajaran sangat berharga bagi kami yang mendengar ceritanya. Bahwa ternyata kecukupan yang kita rasakan bukan tergantung pada jumlah yang banyak. Namun lebih kepada bagaimana hati yang selalu merasa cukup.
Dalam riwayat Ibnu Hibban, rasulullah SAW memberi nasehat berharga pada sahabat Abu Dzar. Abu Dzar radhiyallahu anhu berkata:
“Rasulullah SAW berkata padaku, “Wahai Abu Dzar, apakah engkau memandang bahwa banyaknya harta itulah yang disebut kaya (ghoni)?” “Betul,” jawab Abu Dzar. Beliau bertanya lagi, “Apakah engkau memandang bahwa sedikitnya harta ituberarti fakir?” “Betul,” Abu Dzar menjawab dengan jawaban serupa. Lantas beliaupun bersabda, “Sesungguhnya yang namanya kaya (ghoni) adalah kayanya hati (hati yang selalu merasa cukup). Sedangkan fakir adalah fakirnya hati (hati yang selalu merasa tidak puas).” (HR.Ibnu Hibban)
Wallahu a'lam bishowab.
#edisirasasyukur#
Rumahku, Menggapai Mardhatillah, 17 Oktober 2018
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Super sekali... Semuanya berawal dari hati..
Njih, bu. Alhamdulillah, jazakumullah khoiron katsiro bahagia banget dikunjungi bu Kepala Sekolah. Salam sehat dan sukses selalu. Barakallah, ibu.
Betul sekali petuah tenang cukup dan kurang, kaya dan miskin dalam artikel bu Nana itu. Saya sudah merasakan sendiri, tentang perbedaan gaji suami yang masuk masa pensiun. Memang berkurang sangat banyak jika dilihat dari nominalnya. Apalagi bila gaji pensiun bagi janda yang suaminya meninggal, tentu lebih sedikit lagi. Jadi adanya harus bersyukur dan dicukupkan dengan kesabaran, kesederhanaan, dan keberkahan. Bisa jadi nominalnya sedikit tapi bisa mencukupi semua kebutuhan itu lebih baik dari pada jumlah banyak tapi masih kurang dan tidak bersyukur. Wah, tulisan Bu Nana selalu "nges" lho, hebat ambil momennya.
Njih mbak, tadi kebetulan cerita sama teman yang suaminya meninggal 5 bulan yang lalu. Pelajaran berharga sudah kudapatkan darinya tadi. Aku pun jadi malu hati, kadang-kadang selalu ada keluhan Begitulah Allah menitipkan hikmah dari setiap kejadian di alam ini. Jazakumullah khoiron katsiro, mbakku. Salam sehat dan sukses selalu. Barakallah, Srikandi Dieng.
Bensr sekali kak, الغني غني النفس. Teriring doa utk kak Rai smoga Allah limpahkan rahmatNya utk kk dan barakallah.
Alhamdulillah, jazakumullah khoiron katsiro untuk kunjungan dan doanya. Salam sehat dan sukses selalu. Barakallah, deqquuu.