Raihana Rasyid

Lahir dan menetap di Medan ,07 September 1967.Alumni IKIP Negeri Medan Jurusan Pendidikan Biologi. Tenaga pendidik di SMA Negeri 14 Medan....

Selengkapnya
Navigasi Web
Kapankah Tugas Orang Tua Selesai ?

Kapankah Tugas Orang Tua Selesai ?

“Horas..., horas..., horas...” Suara itu terdengar setelah lafaz basmallah diucapkan mengawali langkah kedua mempelai menuju singgasananya. Kemudian berganti dengan syahdunya lantunan syair marhaban oleh para qori.

Pasangan raja dan ratu sehari itupun, akhirnya duduk di pelaminan dengan kedua telapak tangan menengadah di atas pangkuan. Seakan menampung semua doa restu dari keluarga, kerabat, sahabat dan seluruh handai tolan. Berharap dapat mewujudkan keluarga yang sakinah, mawaddah wa rahmah. Aamiin ya robbal alaamiin.

Memandang mereka, bahagia memenuhi rongga dada. Sudah selesaikah tugas orang tua, karena sudah mengantarkan anaknya ke jenjang pernikahan?

Di lain cerita, seorang ayah yang telah berhasil menghantarkan anaknya menyelesaikan pendidikan di perguruan tinggi disibukkan dengan usaha untuk mencarikan pekerjaan bagi anaknya. Menanyakan kesempatan kerja pada orang yang dikenalnya. Terkadang, dengan latar belakang pendidikan yang jauh lebih rendah dibandingkan dengan anaknya, ia masih berusaha untuk bisa dapatkan pekerjaan bagi buah hatinya yang sudah sarjana. Bahkan tak jarang ketika ditanya jurusan apa anaknya, ia tak bisa menjelaskannya dengan baik. Namun kegigihan bertanya sana sini demi dapatkan pekerjaan bagi anak tercinta terus dilakoni. Belum selesaikah tugas sang ayah, sehingga ia masih berusaha mencarikan pekerjaan bagi anaknya? Padahal ia sudah antarkan anaknya ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi darinya.

Pada kesempatan lain, terucap pula kalimat: “ Pokoknya, Bunda sudah ingatkan ya, kalau ada apa-apa bukan tanggung jawab Bunda lagi.” Apakah tugas Bunda sudah selesai, sehingga berkata seperti itu pada sang buah hati?

Sebenarnya, sampai kapan tugas dan tanggung jawab orang tua kepada anak-anak? Jawaban yang kutuliskan berikut ini, bukan berdasarkan rujukan dari referensi manapun. Jawaban ini kunukil dari universitas kehidupan yang mengajari bagaimana menjalani hidup dan kehidupan ini. Membaca pada apa yang terjadi di sekeliking. Dipastikan pula, hal ini tidak boleh terlepas dari Alquran dan sunnah Rasulullah.

Allah SWT telah menakdirkan bahwa umur umat sekarang ini tidak sepanjang umat terdahulu. Hanya Allah yang mengetahui hikmah di balik semua ini. Rasulullah SAW bersabda dalam hadits yang diriwayatkan oleh At Tirmidzi dari sahabat Abu Hurairah radhiyallahu anhu:

“Umur-umur umatku antara 60 hingga 70, dan sedikit dari mereka yang melebihi itu.”

Hadits ini menunjukkan kisaran umur kita hidup di dunia. Dengan usia sepanjang 60 hingga 70 tahun, maka kesempatan hidup kita hanya ada di dua generasi yaitu anak dan cucu. Hanya beberapa yang berkesempatan bercengkerama dengan generasi lapisan ketiga, cicit.

Pada kenyataannya, tugas dan tanggung jawab orang tua pun berlangsung selama hidupnya. Tidak pula dibatasi oleh waktu dan fase tertentu. Dalam hal ini, mungkin lebih baik kita mengklasifikasikan tugas dan tanggung jawab tersebut terlebih dahulu.

Tanggung jawab berupa materi sebagian besar masyarakat kita menghentikannya ketika anak menyelesaikan pendidikan dan memperoleh pekerjaan. Hal ini bukan suatu ketentuan, namun hanya berdasarkan kebiasaan yang berlaku dan hukum kepantasan saja.

Meski banyak juga orang tua yang tetap membiayai pendidikan anaknya ke jenjang yang lebih tinggi. Hal ini tentu didukung kemampuan finansial yang dimiliki orang tua tersebut. Tentu ini juga tidak menjadi masalah.

Tidak sedikit pula yang merasa selesai tanggung jawabnya hingga anak sampai pada jenjang pernikahan. Meski pendidikan belum terselesaikan, namun karena sudah menikah, maka tanggung jawab orang tua sudah selesai.

Sementara itu, tanggung jawab dalam hal pendidikan karakter tidaklah berbatas waktu. Selama orang tua masih dapat menasihati dan mengingatkan anak-anaknya, maka kewajiban itu terus berlangsung. Karena kewajiban orang tua untuk menyelamatkan keluarga(anaknya) dari api neraka. (QS: At tahrim ayat 6)

Hal ini tentunya sejalan dengan ajaran Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam pada kita untuk selalu mencegah kemungkaran.

Menjadi kewajiban setiap muslim untuk mencegah kemungkaran. Apakah dengan tangannya (kekeuasaan), lisan, ataupun dengan hatinya kapan dan dimana saja. Apatah lagi yang berbuat salah adalah anak dan keluarga kita. Maka menjadi kewajiban bagi kita untuk mengingatkan dan menasihatinya.

Sesungguhnya, tugas dan kewajiban orang tua dalam menasihati anak untuk mengerjakan kebajikan terus berjalan selama hayat di kandung badan. Sama halnya dengan dakwah yang tiada boleh terhenti, seperti yang dipesankan oleh Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam.

Wallahu a’lam bishowab.

#edisisayanganak#

Rumahku, Menggapai Mardhatillah, 26 Maret 2019.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Sangat bergizi dan informatif. Batasan yang sangat tegas tanggung jawab orangtua dalam sudut pandang Islam. Sehat, bahagia, dan sukses selalu. Barakallah bunda Rai

26 Mar
Balas

Alhamdulillah. Semoga kita menjadi orang tuanyang amanah. Dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawab sesuai yang diajarkan Allah dan Rasul-Nya. Jazakallah khoir untuk kunjungan dan doanya. Salam sehat dan sukses selalu. Barakallah, Pak Mulya.

26 Mar

Horas juga. Tak khan pernah terputus tanggung jawab orang tua yah Kak. Lagian seorang anak, walau sudah menikah masih tetap perlukan orang tua, terutama nasihatnya. Kak, kok kalimat Kakak ada dua, ada mengantarkan ada juga menghantarkan. Yang mana yah, hehehe. Teruntai doa untuk kakakku tercinta smoga Allah limpahkan rahmatNya agar kakak diberikan kesehatan dan barakallah fiik

26 Mar
Balas

Inilah jelinya adikku. Mengantarkan atau menghantarkan? Kakak pilih "mengantarkan". Meskipun Kakak sempat bingung juga...hihihi. Jazakillah khoir untuk kunjungan dan atensinya, Deqquuu. Juga untuk doa tulus yang terus saja mengalir. Salam sehat dan sukses selalu. Barakallah, Deq.

26 Mar

Ibuk...mantap sekali susunan katanya....menginspirasi tulisan2 ku nantinya buk...semoga tulisan2 ku bisa sebagus goresan tangan ibuk....

26 Mar
Balas

Alhamdulillah, terima kasih untuk apresiasinya, Bunda Priska.M. Salam literasi dari Medan. Tulisan Bunda Priska, juga apik dan enak dikudap. Semoga sehat dan sukses selalu.

26 Mar



search

New Post