Kue Rasidah Makanan Favorit Para Raja Melayu
“Assalamualaikum....Pak, bisa mampir ke rumah?” tanyaku pada Pak Zainal salah seorang rekan guru melalui telepon genggamku. “Ada apa, Bu,” terdengar suara dari ujung sana menanyakan permohonanku. “Ini lho Pak, saya ndak jadi ikut ke Pantai Sibiru-biru. Kaki saya sakit lagi,” Aku memulai penjelasanku. “Jadi gimana?” tanya pun kembali ditujukan padaku. “Kebetulan saya sudah buat puding. Maksud saya, walaupun saya ndak bisa ikut serta, biarlah puding ini dibawa untuk teman-teman di sana.”
Begitulah dalam hidup ini. Kita tak pernah tahu apa yang akan terjadi esok hari. Persiapan untuk berangkat ke Pantai Sibiru-biru bersama rekan guru sudah matang, namun ketentuan selanjutnya mutlak hak Allah.
Puding coklat beserta vlanya sudah siap. Apa boleh buat, meski demikian diri ini tak jadi berangkat bersama mereka. Kaki ini kembali meradang. Biarlah si puding legit jadi pengganti diriku.
“Semoga segera sembuh ya...,Bu. Ini kue Rasidah penganan khas Melayu, untuk Ibu.” Ummy, demikian aku memanggil istri Pak Zainal, menyerahkan wadah tupperware berisi kue untukku. Aku yang maniak kuliner tradisional tentu menyambut gembira pemberian itu.
Kue Rasidah sudah sering kudengar namanya dan beberapa kali pula sudah kurasakan kelezatannya. Alhamdulillah, hari ini kue Rasidah akan menemani ifthar di awal Rajab.
Hasil berselancar di dunia maya, kudapati petunjuk bahwa kue Rasidah merupakan makanan para raja Melayu. Kalau begitu, hari ini aku serasa menjadi raja...eh...ratu...hihihi.
Untuk membuat kue Rasidah (aduh...koq namanya mirip dengan namaku ya...ada Rasid...nya), tidak dibutuhkan bahan-bahan yang rumit demikian pula cara pengolahannya.
Bahan-bahan yang dibutuhkan antara lain:
• 500 ml Air matang
• 500 gram Gula Pasir
• 6-8 sdm Minyak Goreng
• Garam secukupnya
• 500 gram Tepung terigu
• 10 siung Bawang merah
Waktu yang dibutuhkan 30 menit.
Cara membuat Kue Rasidah Khas Melayu:
1. Iris halus bawang merah kemudian diberi sedikit garam dan tepung agar renyah hasilnya ketika digoreng.
2. Minyak sisa menggoreng, nantinya akan digunakan untuk membuat kue Rasidah.
3. Sisihkan bawang yang sudah digoreng ke dalam wadah kedap udara.
4. Kemudian, campurkan tepung dan gula, tambahkan air matang ke dalam campuran tersebut. Adonan dibuat tidak terlalu kental dan tidak pula terlalu encer.
5. Aduk adonan dengan tangan ataupun spatula hingga tepung tidak lagi bergerindil.
6. Masak adonan dengan api kecil, agar tidak mudah gosong. Gunakan teflon sebagai wadah, supaya tidak lengket.
7. Cara memasaknya sama seperti memasak ongol-ongol. Tambahkan minyak goreng agar kue terasa enak.
8. Jika air dalam adonan sudah habis, langsung tambahkan minyak goreng bekas menggoreng bawang tadi sedikit demi sedikit sambil diaduk-aduk. Hingga dirasa adonan tidak lengket di lidah dan tidak terlalu banyak minyaknya.
9. Kue yang sudah masak, bisa dibentuk sesuai selera atau dicetak dalam loyang kemudian dipotong-potong kecil. Jangan lupa taburi bawang goreng. Hmmm..., maknyuuussss.
Tulisan ini, ingin mengulik kembali kekayaan kuliner tradisional negeri tercinta. Ada rasa khawatir jika nantinya kekayaan khazanah kuliner ibu pertiwi diklaim oleh negara lain.
Yuk, kita lestarikan kue Rasidah dan kawan-kawannya. Jika tidak kita, siapa lagi. Jika tidak sekarang, kapan lagi.
Wallahu a’lam bishowab.
#edisiterimakasihummy#
Rumahku, Menggapai Mardhatillah, 8 Maret 2019.
Catatan: Sayangnya, hari ini tidak bisa posting foto kue Rasidah.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Pengen nyoba resepnya Bund..biar kayak ratu..xixixixi....Semoga selalu sehat Bunda, tak jadi ke pantai hari ini, mungkin besok. barakallah Bund
Monggo, Bu Guru silahkan dicoba. Betul....betul...betul....biar kayak ratu...hihihi. Jazakillah kjoir untuk kunjungannya. Salam sehat dan sukses selalu. Barakallah.
Wah, aku mah pusing gak ngerti bikin kue itu. Aku mau cobain aja deh Kak, hehehe. Selalu ada saja cerita yang asyik ditulis dan sedap disantap. Teruntai doa untuk kakakku tercinta smoga Allah limpahkan rahmatNya agar kakak diberikan kesehatan dan barakallah fiik
Hihihi...kalau Deqquuu ini, suka pusing kalau cerita bikin kue. Pengen nyobain, tapi kue Rasidah gak tahan lama. Gimana ngirimnya ke Cikarang. Semoga ada waktu untuk bisa nikmati kuliner ini. Jazakillah khoir untuk kunjungan dan doanya. Salam sehat dan sukses selalu. Barakallah, Deq.
Hanya bisa bayangin bentuk kuenya bund, lagi trouble posting gambarnya. Terima kasih resep kuenya, bisa dicoba ini bund, barakallah, sehat dan sukses selalu bersama keluarga bunda Rai.
Nggih, Bunda Rita. Monggo dicoba resepnya. Rasakan sensasi legitnya...hehehe. Jazakillah khoir untuk kunjungannya, Bunda. Salam sehat dan sukses selalu. Barakallah.
Mauuuu...Bunda...Sepertinya gurih...Kalau dekat udah saya samperin..hi..hi..Sehat dan sukses selalu..Barakallah Bunda Rai..
Siniiiiiiiii......, Bunda Rini. Mumpung masih ada ni....hihihi. Jazakillah khoir untuk kunjungan dan doanya. Salam sehat dan sukses selalu. Barakallah, Bunda.
Aduh, ada namaku. Jadi GR. Hahaha.... salam sehat wal afiat selalu. Barakallah.
Hahaha...Zainal...bukan Zaenal..., gak boleh GR...hihihi. Jazakallah khoir untuk kunjungan dan doanya, Pak Guru. Salam sehat dan sukses selalu. Barakallah.
Mengapa kue yang sesederhana itu diklaim favorit para raja? Dugaanku karena menggunakan gula dalam resep dan porsinya cukup besar, 1/2 kilo. Gula adalah barang mewah pada zamannya.
Ulasan yang mantafff. Bisa jadi karena adanya gula yang banyak di dalamnya., karena gula barang mewah saat itu. Pak Guru jeli banget. Jazakallah khoir jntuk ulasan mantaffffnyaa. Salam sehat dan sukses selalu. Barakallah.
Terima kasih Bunda sudah memaksa saya membayangkan kue tanpa poto. Barakallah
Afwan, Pak Guru. Gurusiana yang memaksa demikian. Ntah kenapa sejak siang tadi gurusiana tak bisa unggah foto. Sedang "berdandan", mungkin. Semoga akan segera menjadi lebih baik. Barakallah.
kue kering...gak bisa membayangkan... kayaknya kalau di tempat ku namanya biji ketapang dech bun... Sukses selalu bunda dan barakallah
Aduuh...maafin ya Bunda. Hari iji gak bisa posting gambar di gurusiana. Jadi, Bunda gak bisa ngebayangin gimana bentuk kue Rasida. Kalau biji ketapang, ada juga di Medan. Kue Rasidah masuk jenis kue basah, bukan kue kering, Bunda. Jazakillah khoir untuk kunjungannya. Salam sehat dan sukses selalu. Barakallah, Bunda.