Menunaikan Ibadah Haji Karena Panggilan Setan
Suasana di rumah sangat sepi. Hanya ada aku dan Lulu anak ke 2 ku. Yang lainnya semua sibuk dengan kegiatan Idul qurban. Apalagi yang bisa kulakukan kecuali membaca dan menulis.
Sambil mengoleskan minyak kayu putih pada bahu kiriku yang lebam membiru dan terasa sakit, aku menikmati tulisan para gurusianer. Setelah kuminta Lulu untuk melihat keadaan di bahu kiriku dan daerah sekitarnya, Lulu berucap, “Itu lho mak, birunya kayak dicubit setan.” Memang di daerah kami selalu mengatakan “dicubit setan” jika pada tubuh kita terdapat tanda memar yang merah atau membiru tanpa diketahui sebabnya. Semoga setan tidak marah mendapat tuduhan seperti itu…hehehe.
Hari ini bumi gurusiana dipenuhi dengan tema Idul Adha tentunya. Bagi kaum muslimin yang belum berangkat menunaikan ibadah haji, keinginan untuk berkunjung ke Haromain pastilah sangat menggebu-gebu. Tetapi bagi yang sudah melakasanakannya, justru kerinduan itu semakin menggebu pula untuk bisa kembali ke sana.
Aku pun terkenang pada perjalanan haji yang kujalani pada tahun 2006, dua belas tahun yang silam. Aku teringat ada satu pesan yang disampaikan dari seorang jamaah yang berasal dari Banda Aceh.
Saat itu, menjelang dua hari lagi kembalinya kami ke tanah air setelah seluruh rangkaian ritual ibadah haji telah selesai kami laksanakan. Koper-koper pun sudah diangkut dari maktab, yang tinggal hanyalah tas tenteng yang boleh dibawa oleh masing-masing jamaah haji. Kami mendapat kabar bahwa salah satu jamaah yang merupakan orangtua dari teman sekantor suami, sakit dan dirawat di rumah sakit sektor yang tidak jauh dari maktab.
Ba’da dhuha aku dan suami bergegas menuju rumah sakit untuk menjenguk bapak tersebut. Sesampainya di rumah sakit, terlihat bapak terbaring di tempat tidur namun dengan kondisi yang kulihat biasa-biasa saja. Artinya tidak menunjukkan sakit yang payah. Komunikasi pun masih berjalan baik. Beliau menceritakan bagaimana ia bisa melakukan thawaf wada’ sendiri, padahal thawaf-thawaf sebelumnya harus diupahkan karena beliau memang dalam keadaan kurang sehat.
Tidak berapa lama, beliau merasakan panas. Petugas kesehatan saat itu juga mengatakan keadaan AC yang memang kurang memadai. Keadaan berikutnya, diikuti dengan rasa sesak di dada, demikian keluhan bapak . Dengan sigap petugas kesehatan segera melakukan pemeriksaan dan akhirnya memutuskan untuk membawa bapak ke rumah sakit yang lebih besar lagi.
Sang bapak segera dibawa dengan tandu dari ruangan rumah sakit menuju ke ambulance yang sudah siaga di halaman. Sampai saat dipindahkan ke tandu dari tempat tidur, beliau masih bisa berkomunikasi dengan baik. Hanya dalam hitungan menit, ketika sampai di depan ambulance terlihat bapak terkulai lemas seperti orang yang tertidur.
Petugas kesehatan merasa curiga dan melakukan pemeriksaan ulang dan menemukan bapak terebut sudah berpulang ke rahmatullah. Betapa terkejutnya kami, begitu mudahnya Allah melakukan hal ini. Bahkan begitu banyaknya orang yang mengiringi saat itu tidak menyadari akan hal itu. Subhanallah, ini juga satu pertanda husnul khotimah bagi bapak. Karena tidak ada kesulitan yang dialaminya selama sakratul maut. Hanya mengeluhkan panas dan sesak saja pada saat itu.
Kesedihan luar biasa pun sangat terasa di kloter kami, terutama istri dan keluarga dari bapak. Karena hanya tinggal dua hari lagi, kami akan segera kembali ke tanah air. Bahkan almarhum sudah sempat bertelepon dengan anak cucu mengabarkan akan kepulangannya. Saat itu, mungkin karena kesedihan yang sangat mendalam ada anggota keluarga bapak yang bersikeras membawa jenazah untuk kembali ke tanah air. Di sinilah perlunya orang yang berduka itu dinasehati.
Dengan sabar seorang ustadz dari Aceh mengingatkan, bahwa mati di Haromain menjadi impian setiap muslim walau kita tidak boleh memintanya. Adalah rezeki yang sangat besar ketika kita berpulang di kedua tanah suci tersebut. Disholatkan dan didoakan oleh jutaan jamaah yang berasal dari seluruh dunia.
Masih menurut ustadz tersebut ( aku pun tidak tahu siapa namanya), bahwa orang berangkat ke Haromain untuk menunaikan ibadah haji ini, mengikuti 3 panggilan.
1. Panggilan Allah, yaitu orang yang berangkat haji dan kembali ke tanah air membawa predikat haji mabrur. Membawa perubahan ahlak dan sikap ke arah yang lebih baik untuk kehidupan pribadi dan bermasyarakat. Demikian pula hubungannya kepada Allah SWT akan semakin membaik .
2. Panggilan nabi Ibrahim AS, yaitu orang yang berangkat haji dan memperoleh haji mabrur tetapi tidak kembali ke tanah air karena meninggal di sana.
3. Panggilan setan, yaitu orang yang berangkat haji namun sekembalinya ke tanah air justru semakin parah perilakunya dari sebelum berangkat haji.
Saat suasana duka itu, kami semua mendengarkan dengan baik tanpa satu kata pun yang terucap. Sekembalinya ke tanah air aku selalu mengingat pesan itu. Namun aku tidak pernah mendapatkan nasehat yang sama seperti yang disampaikan ustadz tersebut tiap kali aku menghadiri walimatussyafar ataupun menyambut kepulangan jamaah haji dan umrah.
Hanya Allah yang mengetahui kebenarannya. Namun aku berharap kepada Allah, agar dijauhkan dari jenis panggilan yang ke 3 yaitu panggilan setan. Karena faktanya, kulihat ada yang seperti itu dalam kehidupan. Aku menginginkan panggilan Allah. Namun apakah panggilan Allah atau nabi Ibrahim, semuanya adalah ketentuan Allah semata.
Wallahu a’lam bishawab.
#edisimuhasabah#
Rumahku, Menggapai Mardhatillah, 22 Agustus 2018
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Mantap .....
Alhamdulillah, jazakumullah khoiron katsiro...pak guru. Salam sehat dan sukses selalu. Barakallah.
Subahanallah... Trimakasih Bunda Nana,ilmunya. Semoga tidak ada lagi haji yang ke tiga itu. Sehat dan sukses slalu.
Insya Allah....bunda Nia. Dengan niat dan keikhlasan yang kuat hanya kepada Allah semata, haji yang ke 3 tidak akan ada. Jazakumullah khoiron katsiro. Semoga kita semua bersegera bisa menunaikan ibadah haji ke Haromain. Salam sehat dan sukses selalu. Barakallah....bunda Nia.
Jazakumullah khoiron katsiro atas ibrahnya Bun....Semoga kami bisa sampai ke sana...Barakallah...
Aamiin ya robbal alaamiin. Semoga segera ke menunaikan ibadah haji ke Haromain ...njih bunda. Jazakumullah khoiron katsiro kunjungannnya. Salam sehat dan sukses selalu. Barakallah...bunda.
Nasehat yang baikbagi kami yang belum menunaikan haji Bu...Sukses selalu Bu.
Alhamdulillah...jazakumullah khoiron katsiro. Semoga segera bisa menunaikan ibadah haji ya...bunda. Aamiin ya robbal alaamiin. Salam sehat dan sukses selalu. Barakallah....bunda.
Mantap ukhti, tulisan yang bermanfaat. Semoga kita semua tidak termasuk kategori yg ketiga. Yaitu panggilan setan.
Aamiin yaa robbal alamiin. Alhamdulillah, jazakumullah khoiron katsiro. Salam sehat dan sukses selalu....bunda. Barakallah.