Pepaya Jepang yang Bukan dari Jepang (1)
“Lho...,ini pohon apa ya? Seperti ubi kayu, tetapi daunnya mirip daun pepaya?” tanyaku heran. Pertanyaan yang entah kutujukan pada siapa. Karena sore itu sepulang dari pengajian bersama beberapa ibu, kulihat tanaman itu ditanam berbaris di tepi jalan. Pertanyaan itu meluncur spontan saja.
“Pak dokter yang menanam itu. Kami sudah pernah memasaknya, dibagi oleh Pak dokter,” salah seorang dari rombongan pengajian menjelaskan keberadaan tanaman tersebut. Memang tanaman itu ada di sekitar rumah dr. H. Adrian Sp.KK di ujung jalan memasuki kompleks perumahan kami.
Untuk hal yang satu ini, pastilah menjadi amal jariah bagi Pak dokter. Menanam tanaman ini di tepi jalan sekitar rumahnya. Selain sikap menjaga lingkungan, juga mendatangkan manfaat bagi tetangganya. Sungguh teladan yang baik. Barakallah, Pak dokter.
“Namanya daun ubi Malaysia,” terdengar lagi seorang ibu menimpali. “Rasanya lebih lembut dan manis daripada daun ubi biasa. Apalagi kalau ditumis pakai teri Medan.” Penjelasan yang terakhir ini membuat kelenjar saliva bekerja ekstra menghasilkan air liur yang kemudian tertelan ke kerongkongan. Gleg.
“Kok, daun ubi Malaysia? Bukannya daun ubi Jepang?” Nah...yang ini bikin aku jadi ragu. Malaysia atau Jepang ya...? Tak ada kepastian, ibu-ibu makin asyik dengan obrolannya. Tak peduli Malaysia atau Jepang. Yang penting bisa dimasak dan enak. Simpel saja pemikiran emak-emak.
Aku yang dibayangi nikmatnya tumisan daun tersebut, semakin ingin tahu perihal daun yang katanya mengalahkan nikmatnya daun singkong favoritku. Disamping ada gengsi yang menyertai. “Lha..., guru biologi kok tidak up date masalah tumbuhan."
Tak ada kata lain untuk memenuhi hasrat ingin tahu kecuali berkelana mencari tahu dan tabayun. Hasil pencarian menunjukkan, ternyata tak kutemui keduanya. Apakah daun ubi Malaysia ataupun Jepang. Yang ada daun pepaya Jepang dengan nama ilmiah Cnidoscolus aconitofolius.
Informasi yang lain, meski bernama pepaya Jepang namun tanaman ini sebenarnya berasal dari Semenanjung Yukatan di Meksiko, Amerika Tengah, bukan dari Jepang. Di daerah asalnya dikenal dengan nama “Chaya”.
Di tempat tinggal kami, daun yang satu ini sedang ngetrend. Meski masih jarang dijual di pasar, namun ibu-ibu sudah mulai sering memasaknya. Cara memperolehnya, minta ke tetangga atau teman. Ini yang paling asyik. Hehehe.
Mendengar narasi teman-teman akan kelezatan daun ini, naluri koki sejati bergelora. Hmmm. Tapi, untuk ikut-ikutan minta daunnya, aku berpikir dua kali. Kupandangi tanaman Pak dokter yang tak pernah berdaun lebat itu. Mungkin karena seringnya diminta. Mungkiiiin.
Aha...terlintas cara lain, meskipun butuh kesabaran. Tetapi kupikir ini akan lebih terasa nikmatnya. Akhirnya beberapa stek batang berhasil ditanam oleh Abah dengan meminta satu di sana, dan yang lain di peroleh di sini. Alhamdulillah, ada lima batang. Yang kemudian ditanam di tepi jalan belakang rumah.
Hingga kini, sudah dua kali menikmati tumisan daun chaya itu dengan rencah teri Medan. Wuiiih..., maknyuss rasanya. Apalagi tidak instant memperolehnya. Tak sampai satu purnama, tunas daun-daun muda yang tumbuh sudah bisa dinikmati.
Sesungguhnya memperoleh hasil yang diinginkan akan terasa lebih nikmat ketika melalui sebuah proses.
(Cerita ini belum selesai. Berikutnya akan dijelaskan kandungan nutrisi daun pepaya Jepang dan manfaatnya bagi kesehatan tubuh. Juga penjelasan bahwa ada zat racun yang terkandung di dalamnya. Lantas, bagaimana cara menghilangkan zat racun tersebut agar aman dikonsumsi? Ikuti cerita selanjutnya.)
Wallahu a’lam bishowab
#edisikuatkanhati13#
#asyiknyabacalingkungan#
Rumahku, Menggapai Mardhatillah, 27 Januari 2020
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Enak bunda daun pepaya Jepang..saya pernah dibawain suami...saya masak tumis..saya rebus dulu pakai asam potong kayak ngerebus daun pepaya buat m3nghilangkan pahitnya (saya pikir awalnya rasanya pahit seperti daun pepaya) hla rupanya salah blas..rasanya malah mirip daun ubi..Saya sempat fotoin kiraian karena mau ditulis di blog gurusiana...rupanya seiring berlalunya waktu ya gitu deh..Hilang mood dan gregetnya hahahMakanya sekarang begitu ada ide dan pengen nulis ya langaung aja nulis gak nunggu nanti gak nunggu tapi...Barakallah Bunda..sehat, bahagia dan suksea selalu ya Bun
Ya...iya...salah blas. Wong ....gak eneng paite koq. Betul, Bu Guru. Sangat mirip dengan daun ubi yang biasa kita sayur. Namun, chaya ini kalau disayur tampilannya lebih ijo. Jadi, ada beberapa batang ditanam Abah dari hasil minta sana dan sini. Hihihi. Bunda pun dah lama pingin nulis ini, hlaa...baru keturutan. Jazakillah khoir untuk kunjungannya. Semoga sehat, bahagia, dan sukses selalu. Barakallah..., Bu Guru.
Daun pepayanya, eeh daun ubinya, eeh entah apa lagi namanya...tak seberapa berpikirnya. Ceritanya ini yang menarik. Serasa membaca buku kisah 'Ganti Hati' DIS ketika pertama dimuat bersambung di koran, hehe. Sukses, Bu Raihana Rasyid. Sepertinya bapak...atau....suami senama dengan saya, hihi.
Daun pepaya Jepang, Pak Guru. Alhamdulillah, jika ceritanya menarik. Daun pepaya Jepang, rasanya jauuuuh lebih maknyusss. Jazakallah khoir untuk kunjungannya. Nama Rasyid di belakang nama saya, adalah nama ayah saya "Harun Ar Rasyid". Semoga sehat, bahagia, dan sukses selalu. Barakallah..., Pak Guru.
Mantap...sy suka..
Alhamdulillah. Jazakallah khoir, Pak Maryanto. Semoga sehat, bahagia, dan sukses selalu. Barakallah, Pak.
Mauuuuuuuuuuuu dong, hehehe. Terlambat yah. Teruntai doa untuk kakakku tercinta semoga rahmat Allah terlimpah untuk kesehatan Kakak dan barakallahu fiik
Kalau daun caya2 dari India ya Bu?, menarik juga bisa jadi tulisan,salam barokah untuk Ibu.
Pak Guru bisa aja. Itu mah...lagu cayacaya..., dari India. Alhamdulillah. Jazakallah khoir untuk kunjungannya. Semoga Pak Guru sehat, bahagia, dan sukses selalu. Barakallah, Pak Guru.
Nanamnya gampang, rasanya enak. Kalau saya lebih suka dijadikan lalapan bersama sambal.
Betul, Bu. Mudah menanamnya dengan stek batang, hanya ditancapkan saja. Saya jadi membayangkan nikmatnya dilalap bersama sambal, ni...Bu. Hmmm. Jazakillah khoir untuk kunjungannya. Semoga sehat, bahagia, dan sukses selalu, Bu Popon. Barakallah.
saya suka dengan pepaya meskipun bukan dari Jepang. Pengen rasa pepaya Jepang sayanya nih,bunda.
Alhamdulillah, ada umi yang sedang nyari pepaya Jepang. Tapi..., sayangnya pepaya Jepang yang ini, bukan buahnya yang dikonsumsi, Mi. Daunnya yang nikmat mengalahkan daun ubi tumbuk kita...hehehe. Jazakillah khoir untuk kunjungannya. Semoga umi sehat, bahagia, dan sukses selalu. Barakallah...., Mi.
Dari tanaman Pepaya Jepang pun bisa jadi tulisan ya Bu.. sangat menarik.
Begitulah...Bu. Namanya juga emakemak, bergaulnya dengan sayuran. Jadi deh tulisan...hehehe. Jazakillah khoir untuk kunjungannya. Semoga sehat, bahagia, dan sukses selalu. Barakallah, Bu Guru.