RAIMUN

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Uang Dalam Saku

Uang Dalam Saku

Pagi hari yang cerah, saya sudah mempersiapkan diri untuk kembali kekota tempat saya bersekolah. Maklumlah waktu itu kehidupan orang tua kami masih digolongkan kurang mampu, sehingga uang biaya sekolah tentu pas-pasan.

Setelah mempersiapkan semua perlengkapan saya, saya pun pamit sama kedua orang tua dan saudara saya, yang kebetulan kakak saya kembali ke kossannya belakangan. Karena seperti biasa kami selalu pulang barengan untuk meminta uang bulanan. Sebelum berangkat, entah kenapa saya berfikir untuk memeriksa kantong baju yang tergantung di bekang pintu kamar tidur.. Mana tahu diantara kantong –kantong itu terselip rezeki saya.

Allahamdulillah usaha saya membuahkan hasil.Pas di kantong kakak saya , saya temui uang seribu rupiah. Maklum kalau dulu uang seribu sangat berharga sekali.Uang seribu dapatlah untuk ongkos pulang pergi dari kota ke kampungku. Buru-buru saya masukan uang tersebut ke dalam kantong baju. Dengan sikap tak bersalah, saya pun pamit dengan santainya. Saya pergi dengan hati yang girang , hai dik , kenapa hari ini kamu kelihatan senang sekali? , Tanya kakak tampa curiga. Iyalah, sayakan duluan pergi dari kakak. Diapun hanya tersenyum. Mereka mengantarkan saya ke pintu rumah.

Rumah saya dari jalan lintas berjarak sekitar 7 km. Itu kami tempuh dengan berjalan kaki. Dengan semangat 45 saya melangkah kaki mengayunkan tangan menuju kota tempat saya menuntut ilmu yaitu kota Padang tercinta.

Baru dua kilo perjalanan , saya mendengar sayup-sayup orang memanggil nama saya. Raim . . . .Raim . . . oi . . . . berhenti. . . . Saya tertegun saya hentikan langkah saya .saya memastikan apakah saya masih mendengar suara itu, atau hayalan saja.Karena saya merasa sudah punya masalah yaitu mengambil uang kakak saya. Dengan samar- samar saya kembali mendengar panggilan itu. Raim. . . . Raim . . . . Tunggu dulu. Sayapun tersadar. Saya memalingkan wajah ke belakang, saya tengok kakak saya mendayung sepedanya sangat cepat sekali. Dengan terengah –engah dia menghentikan sepedanya setelah sampai di depan saya.

Saya menyambut kedatangannya dengan ketawa yang sangat ngakak sekali. Ha..ha…ha…ha..ha sambil terguling – guling di atas rumput , kakak saya tak kalah serunya , dia pun tak dapat menahan ketawanya. Akhirnya kami sama-sama ketawa ngakak sambil bertengkuk memegang perut. Air mata pun ikut keluar dengan sendirinya. Setelah ketawanya selesai, sayapun mengeluarkan uang seribu dari dalam saku baju dengan sikap tak berdosa.

Mengapa tidak kau biarkan saja uang itu dalam saku kakak dik. Seandainya uang itu tak kau ambil, mungkin kakak tak secapek ini mengejarmu.. Iya kak tadi saya pikir kakak tak kan tahu, makanya saya ambil. Bagaimana kakak sampai tahu saya ngambil uang itu? .

Rokanhulu, 28 April 2019

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post