RAMAJENUR ANAS

Pengajar di salah satu SD Negeri di Kota Bukittinggi, Istri dari seorang suami yang teramat gagah buat saya, serta ibu dari 3 malaikat kecil yang menjadi pelita...

Selengkapnya
Navigasi Web
Bolu Sabun

Bolu Sabun

Kelopak mata yang masih lelah dengan sejuta penat yang masih tersisa, tak menyurutkan tubuh ini untuk bangkit dari nikmatnya tidur. Sejenak mata tertuju pada jam yang setia ditempatnya, ternya masih tersisa lima menit untuk diriku berleha-leha. Sesaat mata kembali menaut diiringi helaan nafas panjang yang membawa pikiranku kembali ke memory beberapa tahun yang lalu. Memory yang menciptakan berbagai nuansa.

Kala itu aku masih bisa menikmati kebersamaan yang dirasakan keluarga kecil lainnya. Masa yang kemana-mana harus selalu berlima, atau pergi buru-buru berdua disaat malaikat-malaikat kecilku tengah asyik dengan mimpinya. Terkadang keadaan itu sering membuatku menjadi seorang nenek-nenek 80 tahunan. Sesuatu yang teramat penting bisa saja terlupakan, pada akhirnya menyisakan kemarahan, kelucuan bahkan kesedihan.

Hari itu aku dan suamiku berkesempatan untuk memenuhi undangan salah satu rekan kerjanya. Sama seperti biasa aku pulang membawa sebuah cendramata ucapan terimakasih. Kali ini karena suatu obrolan aku tak sempat untuk memelototi apa yang dibawa. Setiba di mobil pun cuaca yang cukup gerah telah mencuri perhatianku untuk berpaling pada AC yang tengah meniupkan kesejukan. Pada akhirnya si cenderamata pun terabaikan.

Esok harinya aku kembali bergulat dengan kesibukan seperti biasa. Kesibukan yang menjadikanku harus ekstra gesit, ekstra kuat dan berbagai ekstra lainnya tentunya yang utama ekstra sabar. Tak bisa dipungkiri seorang ibu tiga anak dengan usia berdekatan seringkali menguras energy dan membolak balik hati hingga terasa campur aduk, seringkali menyambangiku. Akan tetapi Alhamdulillah ada seseorang yang selalu setia dan sabar untuk terus memberi semangat.

Kesibukanku hari ini sesaat membuatku jenuh menunggu sang suami untuk datang menjemput. Segera rasa itu ditepis bersamaan dengan kemunculan suamiku dengan senyuman mengisyaratkan sesuatu. Rasa penasaranku tak bisa ditahan dengan berondongan pertanyaan tentang apa yang sedang berlaku. Namun kesabaran harus diuji dengan celotehan buah hatiku yang terlanjur mendahului ayahnya. “Bunda kuenya udah basi!” celetuk si bungsu. Seketika kernyit dikeningku mengisyaratkan bingung dengan apa yang dia utarakan. “Iya bunda…ga enak kuenya” imbuh sang kakak. Semakin bingung dengan celotehan anak-anakku suamiku yang dari tadi diam memperhatikan memahami kebingunganku dan akupun mulai memberondongnya dengan beberapa pertanyaan. Ternyata suamiku juga bingung sembari menunjukkan bekas yang sudah dicicipi anak-anakku dan aku mulai mengingat-ingat. Semula aku juga kebinggungan, namun kebinggunganku hilang seketika setelah mencium benda yang dipegang. Aku baru ingat kalau benda itu cenderamata yang telah terabaikan kemaren. Sontak aku kaget “ini bukan kue sayaaang…tapi sabun aromaterapi cenderamata dari pesta teman ayah kemaren”. Sang ayah yang terdiam menyimak ikut kaget dan mulai kembali aku hujam dengan pertanyaan “kenapa dibiarkan sayaaang!”. Si ayah yang masih asyik dengan rasa kagetnya hanya bisa menjawab “yaaa….ayah juga ga tau kalau anak-anak buka dan mencicipinya” sembari membuang cenderamata sabun yang sudah dicicipi anak-anakku. Aku hanya bisa menghela napas dan menata hati dengan beragam rasa yang timbul ulah si bolu sabun.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post