Jika kejahatan dibalas dengan kejahatan maka itu namanya dendam.

jika kebaikan dibalas dengan kebaikan itu adalah perkara biasa.

jika kebaikan dibalas dengan kejahatan itu adalah zalim.

tapi jika kejahatan dibalas dengan kebaikan itu namanya mulia dan terpuji.

Balaslah kejahatan dengan kebaikan. Ketika seseorang sudah melukai dan menyakiti hati saya, tentunya saya saat itu timbul rasa marah dalam diri saya. Justru mungkin sempat terpikir untuk membelasnya perlaukannya. Astaghfirullah.

Dimana ketika timbul amarah dalam diri saya, syetan sedang menggoda saya agar saya bisa meluapkan kemarahan dengan membalas perlakuannya. Dan tentu inilah yang menjadi ujian sehingga dapatkah saya melewatinya? Menepis semua godaan syetan? Atau justru mengikuti godaannya dengan membalas dengan keburukan juga? Nah, disinilah keimanan saya diuji. Bagaimana menghadapinya.

Sekiranya saya selalu menganggap setiap kebaikan akan selalu dibalas dengan kebaikan, maka sebenarnya itu salah. Dalam dunia nyata yang melibatkan hubungan sosial manusia dengan manusia adalah hal yang wajar. Karena manusia diciptakan sebagai mahluk sosial.

Tidak ada jaminan bahwa kebaikan yang saya lakukan akan dilihat sebagai sesuatu yang baik oleh orang lain, apalagi untuk dibalas juga dengan kebaikan. Walau bagaimanapun, saya mengingat bahwa tidak semestinya kebaikan selalu dibalas dengan keburukan. Saya perlu menerima kenyataan, bukan selalu kebaikan diterima secara baik oleh orang lain. Kebaikan tidak semestinya dibalas dengan kebaikan sebagai hakikat yang perlu saya terima, mungkin saya menyesali perkara itu. Tetapi, penyesalan tidak bisa mengubah keadaan dan inilah sebagai fakta kehidupan yang perlu saya ketahui dan tidak semua orang itu sifatnya baik.