Ramita Zurnia

Seorang perempuan biasa, yang memilih takdir sebagai seorang pendidik. Beberapa tahun sudah mengabdikan diri di dunia pendidikan. Memilih lebur di dalamnya, dan...

Selengkapnya
Navigasi Web
Kegundahan Bang Dika dan Permintaanku

Kegundahan Bang Dika dan Permintaanku

Aku paham betul, melihat air mukanya yang kusut begitu, aku tahu Bang Dika sedang menyembunyikan sesuatu dariku. Sesuatu yang bisa saja sangat rahasia. Mungkin juga sesuatu yang aku sendiri sebagai istrinya tidak boleh tahu. Tetapi rahasia apa? Entahlah, aku bingung! Aku bahkan menahan keinginanku untuk mencari tahu. Padahal sebenarnya aku sudah penasaran setengah mati. "Bang, ada apa?" Tidak seperti biasanya, Bang Dika tak pernah tidur memunggungiku. Namun malam ini, desah napasnya terdengar berat. Mungkinkah suamiku tengah menanggung beban berat? Tubuhnya tetap meringkuk seperti bayi yang kedinginan. Aku memeluknya, mencoba mencari tahu keresahan yang ditanggungnya. "Ceritalah, Bang. Dena akan mendengarkan, kali ini tanpa membantah, Bang." Aku mendesaknya. Kulonggarkan pelukanku di tubuhnya, dan kuraih wajahnya agar tepat berada di dekatku. "Ceritalah, Sayang. Bagilah kesusahan hati Abang dengan Dena." Aku tahu Bang Dika belum tidur. Dengan jarak sedekat ini aku ingin keintiman memagut kami. Bukan ketidak - nyamanan seperti ini. Aku mengusap pipinya pelan. Kulit di sekitar rahangnya mulai terasa kasar, kupastikan cambangnya telah tumbuh lebih panjang. "Tidurlah, Dena sayang." "Baaang..." "Dena, tidurlah." "Abang ceritalah, ayoooo..." Aku mendesaknya lagi. Bang Dika membuka matanya. Dia memandang wajahku. Kucoba menemukan sesuatu yang tersirat dari pandangannya. "Bener Dena mau tahu?" Aku mengangguk cepat. Aku memang sudah menunggu - nunggu penjelasannya. "Baiklah. Dena ingat besok hari apa?" "Sabtu, Bang. Terus?" "Dena tahu besok itu tanggal berapa?" "Yaa tahulah, Bang. Besok tanggal tiga, dan Abang juga pasti ndak lupa juga bukan. Besok itu ulang tahun Dena ke duapuluhtujuh." "Nah, itu." Aku mengernyitkan jidat. Di bawah temaram lampu kamar aku sangat kebingungan. Bang Dika menatapku lagi. "Maksudnya?" "Dena sayang, Abang belum bisa membelikan kado untuk Dena. Uang tabungan kita saja selalu terpakai untuk memenuhi kebutuhan sehari - hari. Abang minta maaf." Deg. Hatiku mendadak bergemuruh. Duuh Dena, semua gara - gara permintaan tidak jelas beberapa hari yang lalu. Aku benar - benar menyesal. Kupeluk lagi tubuh Bang Dika. Kuciptakan rasa nyaman untuknya. Aku ingat betapa permintaanku telah membuat kegundahan yang nyaris menimbulkan masalah. Aku tersenyum - senyum sendiri. Beberapa hari yang lalu, mulut comelku telah membuat masalah besar. Ohhh Dena. "Bang, andai saja bisa, pada ulang tahun Dena kali ini, Dena ingin sekali mendapatkan kado istimewa. Semisal paketan perhiasan berlian, dan beberapa kalung emas."

*** RZ: Pku, 040915 Words : 367 Flash Fiction : "Kegundahan Bang Dika dan Permintaanku" Yeaaay, thanks for reading. Heheee, tengkiyuuuw sudah membaca yaa fictionholics. :* Sekedar penyegaran, menulis di malam hari ternyata lebih afdol. Beberapa ide langsung nongol dan langsung disikat deh. Sikaaaattt.. =D Oleh : Ramita Zurnia Id twitter : @Mitha_AdelSanto

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Luar biasa bund..menyentuh banget.sukses selalu ya barakallah

11 Dec
Balas

Terimakasih mba.

11 Dec



search

New Post