#tantangan_hari_ke_9

#tulisan_ke_9

#tantangan_30_hari_menulis_gurusiana

16_Mei_2020

Mau tertawa takut dosa. Kalimat viral yang satu ini menjadi trending lagi di tengah hingar obrolan kami sore tadi. Topik obrolan kami membahas insiden sebelumnya, dimana sekretariat tempat kami ngopi dan -kalau sedikit serius- tempat diskusi, tiba-tiba disambangi serombongan tukang parkir dengan segala atributnya yang masih lengkap. Bukan juru parkir saja ternyata, ibu-ibu penjual jajanan ta'jil depan sekretariat pun berbaris di belakang.

Maksud kedatangan mereka ternyata hendak meminta "bingkisan lebaran: sembako". Entah informasi dari siapa, sehingga mereka menyangka kami membagi bagi "sembako". 

"Pak, kami minta keadilan" demikian pekik si pimpinan rombongan. 

"Pokoknya kami akan terus diam di sini, sebelum kepastian diberikan, kami minta dibagi bingkisan juga pak.." kompak ibu ibu melengkapi pekikan si pimpinan rombongan tadi. 

Tak terbayangkan sebelumnya, juru parkir dan ibu-ibu penjual ta'jil yang sehari hari nya ramah, sore tadi berubah sangar seperti hendak menelan mentah-mentah. Bingkisan lebaran merubah mereka menjadi seperti itu. 

Ya, itu dia "bingkisan lebaran" menambah hingar obrolan kami.

 "Bingkisan Lebaran", entah darimana tradisi ini bermula. Kalimat tersebut kepopulerannya seringkali meningkat menjelang sepuluh hari akhir Ramadhan.

"Sembako", merupakan  akronim dari sembilan bahan pokok, juga mengalami hal yang sama, populer. Hanya saja bedanya sembako mengalami ketidak sesuaian akronim dengan kenyataan, karena biasanya yang tadinya sembilan bahan pokok seringkali berubah menjadi "tiga bahan", "empat bahan" bahkan tidak jarang menjadi "satu bahan" pokok, beras saja. 

"THR" tidak jauh berbeda nasibnya dengan "sembako", mengalami perubahan makna. "Tunjangan Hari Raya" itu tunjangan yang diberikan instansi atau perusahaan kepada para pekerja baik ASN maupun pun swasta. Pada kenyataannya, yang tidak bekerja pun nuntutnya sama "THR". Bagi THR dong,.! Kalimat sakti ini yang seringkali viral menjelang lebaran. 

Bermacam-macam bingkisan lebaran. Dari yang mulai berbentuk makanan, sampai pakaian ibadah, seperti sarung, baju kokok atau mukena, dan sebagainya.

Karena alasan inipula kira kira, kenapa salah satu indikasi sudah dekatnya bulan Ramadhan sering dilihat dari banyaknya iklan produk makanan merek tertentu di TV, seperti sirup marjan, biskuit khong guan (yang isinya masih asli biskuit, bukan isi rengginang tentunya..he..he) iklan sarung cap gajah duduk sampai sarung BHS. Jadi seolah olah memastikan bahwa produk produk jenis itulah yang nanti akan populer di akhir Ramadhan untuk dijadikan isi bingkisan tadi.

Macam macam saja cerita tentang bingkisan lebaran ini. Ada yang gembira, ada yang protes, ada yang jualan, ada yang ngantri, sampai ada yang bertikai gara gara bingkisan ini. Terlepas cerita apapun yang mengitarinya, keberadaannya sudah mentradisi dan menjadi ingatan kolektif muslim nusantara.

Lebaran tanpa ada hiruk pikuk pembagian bingkisan, belum genap kiranya kebahagiaan tersebut dirasakan. Seperti kebahagiaan yang akhirnya kami rasakan (walaupun awalnya tegang dan panik), ketika kami bisa memenuhi permintaan serombongan juru parkir dan ibu ibu yang protes ke sekretariat sore tadi.

Keributan yang terjadi, akhirnya menjadi senyum dan tawa kecil kami, seiring kumandang adzan magrib tanda waktunya buka puasa.