FAI DAN BERANI MIMPI
Di suatu desa terpencil dan miskin, terdapat sebuah bangunan sederhana yang digunakan untuk menampung anak-anak yang mau bersekolah. Sekolah Dasar ini siswanya sangat sedikit karena yang lainnya ikut orangtua mereka mencari uang untuk keperluan sehari-hari.
Begitu pula dengan masalah kesehatan masyarakat di desa ini. Minimnya pelayanan kesehatan membuat kesehatan masyarakat semakin hari semakin mengenaskan.
Fai adalah anak kecil usia 8 tahun yang baru saja kehilangan ibunya, ibunya Fai meninggal karena terlambat pertolongan medis, tidak ada dokter dan rumah sakit yang memada, Fai sangat sedih. Tetapi Fai harus tetap semangat menyongsong masa depan. Fai harus tetap bersekolah.
Fai berangkat sekolah berjalan kaki sembari melantunkan hafalan al qur’annya yaitu surat-surat pendek di juz ‘amma, hasil belajar di saung Qur’an ustadzah Aminah. Alhamdulillah sampailah di sekolah dengan selamat.
Terlihat bu guru Nurbaiti hendak memasuki ruang kelas, dipercepatlah langkah Fai agar sampai di kelas lebih dahulu daripada bu Nur, maklumlah tak ada bel dan listrk terbatas hanya pkl 08.00-18.00
“Assalaamu’alaikum bu Nur” sapa Fai sembari mencium pungggung tangan guru berkaca mata minus. “wa’alaikumussalam, Fai” jawabnya.
Bu Nurbaiti seorang guru yang jarang mendapatkan undangan untuk pelatihan, maklum jauh dari kota. Hari itu beliau memberikan materi mengarang, “anak-anakku tugas hari ini adalah masing-masing siswa mengarang dengan judul cita-citaku”
Fai senang sekali dengan tugas mengarang, “wow aku akan menuliskan cita-citaku, hal-hal yang aku mimpikan, hal-hal yang aku idam-idamkan.
Dengan mata berbina-binar, Fai mulai mengarang, dituliskan mimpi-mimpinya jika nanti besar ia ingin menjadi dokter dan punya rumah sakit yang besar di atas bukit dengan pemandangan yang indah berdampingan dengan kebun buah yang luas dan banyak pohon rindang.
Pasien-pasien yang tidak mampu menjadi prioritas pelayanan apalagi untuk para penghafal al qur’an tidak dimungut biaya sepeserpun.
Setelah dibaca oleh gurunya, sang guru berkata, “yang kamu tulis itu bukan cita-cita, Fai tapi impian yang tidak mungkin terwujud, kita ini miskin, jauh dari mana-mana, maka tulis ulang cita-citamu yang sebenarnya” sembari bu Nurbaiti menyerahkan kembali buku tulis Fai.
Fai menjawab, “ bu guru itu cita-citaku yang sebenarnya, itu mimpi yang kelak akan terwujud”
“Kamu jangan mimpi! Tulis karangan yang masuk akal, Fai. jika tidak diperbaiki karanganmu ini, maka nilaimu akan jelek” kata bu nurbaiti dengan tegas.
Fai tetap pada pendiriannya untuk tidak merubah karangannya, akhirnya dia mendapat nilai paling jelek di kelasnya.
Puluhan tahun kemudian, sang guru yang masih mengajar di sekolah tersebut jatuh sakit, bu Nurbaiti sakit parah, sudah satu pekan ini tidak mengajar, akhirnya sang anaknya mendapat kabar ada rumah sakit yang mau menerima dan mengobati penyakit ibu Nurbaiti sampai sembuh dan tidak mengeluarkan biaya sepeser.
Dilayani dengan pelayanan teristimewa untuk sang guru, Bu Nurbaiti sangat bahagia. Berangsur-angsur pulih dan sehat. “siapakah gerangan yang punya rumah sakit ini?” Si guru berdecak kagum dan bergumam, “ pasti yang punya rumah sakit ini adalah orang yang sangat hebat”, tiba-tiba terdengar suara, “ Bukan orang hebat, bu . hanya seorang siswa bandel yang “BERANI MIMPI”, tapi pasti yang lebih hebat adalah gurunya yang mendidiknya.
“Bagaimana bu Nurbaiti, sudah sehat?” Kata Dokter Fai sambil mencium tangan dan memeluk sang guru dengan rendah hati.
Sang guru baru sadar ternyata pemilik rumah sakit megah itu adalah siswanya yang dulu teguh pada pendiriannya dan mendapat nilai terjelek.
Jika kita menyadari banyak sekali prestasi spektakuler dari abad sebelum masehi sampai abad millennium, semua itu berawal dari sebuah emrio BERANI MIMPI. Dari cemoohan menjadi tepukan tangan.
KEBERANIAN: BERANI MENCOBA, BERANI BERJUANG, BERANI GAGAL DAN BERANI SUKSES
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar