Permasalahan guru biasanya lebih banyak di manajemen kelas yaitu menangani siswa pada saat proses belajar. Dalam mengelola kelas guru diharapkan mampu menarik perhatian siswa, mampu mengeksplor siswa, mampu menstimulasi agar siswa berfikir kritis, mampu membimbing siswa agar mampu mempresentasikan dalam kelas, membimbing siswa agar mempunyai kepercayaan diri dalam melejitkan potensi yang dimilikinya, mampu membimbing siswa agar lebih dekat kepada Allah swt.

Jika kita melihat sosok syeikh Aaq Syamsuddin, beliau adalah guru Muhammad Al fatih, yang sukses menaklukan kota kontantinopel. Bagaimana Aaq Syamsuddin mampu melejitkan potensi Al Fatih, mampu memoles peribadi al fatih menjadi sultan yang tangguh, berilmu, cerdas, pemberani, dan pemimpin Negara yang bertaqwa kepada Allah swt.

Aaq Syamsuddin adalah seorang ahlusunnah yang berasal dari negeri syam dengan nama asli beliau adalah Muhammad bin hamzah al dimasyqi al rumi. Lahir dikota Damaskus, negeri Syam pada tahun 792H/1389 M. Nasabnya bersambung dengan Abu bakar Asshidiq ra. Pada umur 7 tahun berhasil menghafal Al Qur’an, lalu meneruskan belajarnya di kota Amasiya, kemudian pindah ke Halab dan merantau ke Ankara Turki.

Syeikh Syamsuddin berhasil meyakinkan sultan Muhammad al fatih dialah pemimpin yang diramalkan Rasulullah saw yang berhasil menaklukan kota konstantinopel.

“ kota Konstantinopel akan jatuh ke tangan Islam. Pemimpin yang menaklukkannya adalah sebaik-baik pemimpin dan pasukan yang berada di bawah komandonya adalah sebaik-baik pasukan.” (HR. Ahmad)

Syeikh syamsuddin adalah guru spritualnya al fatih, menanamkan kepercayaan diri pada al fatih, mendoakan bahkan menegur al fatih ketika ia melakukan kekeliruan seperti sombong dan menjaga al fatih untuk tidak mendzolimi rakyatnya ketika al fatih dinobatkan menjadi sultan. Beliau mendiidk al fatih dua hal besar yaitu melipatgandakan semangat gerakan jihad didalam dinasti utsmani dan mengajarkan al fatih berbagai ilmu baik strategi perang, al falak, sejarah dan matematika.

Aag Syamsuddin adalah seorang muadzib, pelatih yang handal, jadi belia melatih al fatih dengan segala talentanya tidak hanya mengajarkan menulis dan membaca tetapi beliau juga menanamkan uluwwul himmah dalam diri al fatih dengan mengulang-ulang hadits rasulullah tersebut tentang konstantinopel bahwa yang dimaksud pemimpin itu adalah dirinya sehingga ia mempunyai cita dan tekad yang tinggi bahwa ia mampu menaklukan kota konstantinopel.

Kekuatan ruhiyah dari Aaq Syamsuddin pun masuk ke dalam jiwa dan raga al fatih. Pada saat perang, sang guru berdoa dalam sujud yang panjang dan wajah yang basah dengan air mata, berdoa untuk kemenangan dalam perang menaklukan kostantinopel.

Suksesnya kita dalam kelas pun tergantung kekuatan ruhiyah kita kepada Allah swt dan kedekatan hubungan kita dengan siswa. Kedekatan hati dan cinta kita kepada mereka. Doakan mereka disetiap ibadah-ibadah kita. Kedekatan emosi, tempat konsultasi, tempat curhatan mereka.

Ada pengalaman unik dari seorang guru yang mengajar dengan kedalaman cinta, jika sekali saja tidak bertemu dengan siswa-siswanya, hidupnya tidak tentram, ada sesuatu yang hilang. Hingga pada suatu hari, sang guru tersebut ada acara yang membuatnya harus izin tidak masuk sekolah, tapi karena cintanya maka tetap ia datang walaupun dikategorikan tidak masuk sekolah karena telatnya telah melebihi jam yang sudah ditentukan.

Ada lagi pengalaman luar biasa dari seorang guru yang mengajar dengan kedalaman cinta, suatu hari pada saat sang guru akan berangkat sekolah, ia mengalami sakit kepala, ia tetap berangkat ke sekolah. Sesampai di sekolah, bertemu dengan siswa dan menyerap energi positif dari mereka, kemudian mengajar seperti biasa, sembuhlah sakit kepalanya, Masya Allah

Ada kerinduan dengan mereka, karena mengajar bukan lagi sekedar mendapatkan gaji tapi mengajar baginya sudah menjadi panggilan hati.seperti tubuh membutuhkan vitamin. Mengajar dengan kedalaman cinta menjadikan pengajaran kita layaknya vitamin yang dibutuhkan kita untuk perkembangan diri, pembelajaran bermakna.