Percepatan Belajar Di Era Covid-19 (4)
Semangat Kartini Adalah Semangat Guru, Perempuan Tangguh di Era Covid-19
Teringat cerita dosen Pascasarjana Ketika saya masih kuliah di Universitas Swasta di Jakarta. Seorang Professor, Guru Besar pula, beliau mempunyai syarat kepada seorang wanita yang akan dinikahinya kala itu. “setelah menikah dengan saya, kamu boleh bekerja tapi menjadi seorang guru” kata beliau kepada calon pendampingnya. Kenapa guru? Karena dengan menjadi guru, kamu bisa mendapatkan semuanya dunia dan akhirat, bisa menjadi perempuan Tangguh, bisa mendidik anak orang dan anak sendiri. Bisa lebih sabar menghadapi anak-anak dan suaminya. Itu harapan semua laki-laki, betul kan?
Kartini juga seorang guru, beliau bertahan dengan gigih, berjuang hanya dengan satu tujuan agar perempuan-perempuan di Indonesia maju. Kartini banyak membaca buku-buku, majalah dan koran-koran dari Eropa tentang kemajuan berfikir perempuan Eropa. Sehingga beliau terinspirasi untuk menaikan status sosial perempuan di Indonesia. Beliau ingin membuat sekolah untuk perempuan di Indonesia.
Kartini mau mempelajari apa saja asal bisa dimengerti dan bermakna. Beliau sempat tidak mau lagi mengaji karena membaca tapi tidak tahu artinya. Sampai pada suatu saat beliau hadir dalam acara pengajian di rumah Bupati Demak Pangeran Ario Hadiningrat, yang juga pamannya.
Kyai Sholeh Darat memberikan ceramah tentang tafsir Al-Fatihah. Kartini tertegun. Sepanjang pengajian, Kartini seakan tak sempat memalingkan mata dari sosok Kyai Sholeh Darat, dan telinganya menangkap kata demi kata yang disampaikan sang penceramah.
Ini bisa dipahami karena selama ini Kartini hanya tahu membaca Al Fatihah, tanpa pernah tahu makna ayat-ayat itu.
Setelah pengajian, Kartini mendesak pamannya untuk menemaninya menemui Kyai Sholeh Darat. Sang paman tak bisa mengelak, karena Kartini merengek-rengek seperti anak kecil. Berikut dialog Kartini-Kyai Sholeh.
"Kyai, perkenankan saya bertanya bagaimana hukumnya apabila seorang berilmu menyembunyikan ilmunya?" Kartini membuka dialog.
Kyai Sholeh tertegun, tapi tak lama. "Mengapa Raden Ajeng bertanya demikian?" Kyai Sholeh balik bertanya.
"Kyai, selama hidupku baru kali ini aku berkesempatan memahami makna surat Al Fatihah, surat pertama dan induk Al Quran. Isinya begitu indah, menggetarkan sanubariku," ujar Kartini.
Kyai Sholeh tertegun. Sang guru seolah tak punya kata untuk menyela. Kartini melanjutkan; "Bukan buatan rasa syukur hati ini kepada Allah. Namun, aku heran mengapa selama ini para ulama melarang keras penerjemahan dan penafsiran Al Quran ke dalam Bahasa Jawa. Bukankah Al Quran adalah bimbingan hidup bahagia dan sejahtera bagi manusia?"
Dialog berhenti sampai di situ, Kyai Sholeh tak bisa berkata apa-apa kecuali Subhanallah. Kartini telah menggugah kesadaran Kyai Sholeh untuk melakukan pekerjaan besar yaitu menerjemahkan Alquran ke dalam Bahasa Jawa.
Setelah pertemuan itu, Kyai Sholeh menerjemahkan ayat demi ayat, juz demi juz. Sebanyak 13 juz terjemahan diberikan sebagai hadiah perkawinan Kartini. Kartini menyebutnya sebagai kado pernikahan yang tidak bisa dinilai manusia.
Surat yang diterjemahkan Kyai Sholeh adalah Al Fatihah sampai Surat Ibrahim. Kartini mempelajarinya secara serius, hampir di setiap waktu luangnya. Sayangnya, Kartini tidak pernah mendapat terjemahan ayat-ayat berikut, karena Kyai Sholeh meninggal dunia.
Kyai Sholeh membawa Kartini ke perjalanan transformasi spiritual. Pandangan Kartini tentang Eropa yang dulu dibanggakannya berubah. Perhatikan surat Kartini bertanggal 27 Oktober 1902 kepada Ny Abendanon.
Sudah lewat masanya, semula kami mengira masyarakat Eropa itu benar-benar yang terbaik, tiada tara. Maafkan kami. Apakah ibu menganggap masyarakat Eropa itu sempurna? Dapatkah ibu menyangkal bahwa di balik yang indah dalam masyarakat ibu terdapat banyak hal yang sama sekali tidak patut disebut peradaban. Tidak sekali-kali kami hendak menjadikan murid-murid kami sebagai orang setengah Eropa, atau orang Jawa kebarat-baratan.
Dalam suratnya kepada Ny Van Kol, tanggal 21 Juli 1902, Kartini juga menulis; Saya bertekad dan berupaya memperbaiki citra Islam, yang selama ini kerap menjadi sasaran fitnah. Semoga kami mendapat rahmat, dapat bekerja membuat agama lain memandang Islam sebagai agama disukai.
Lalu dalam surat ke Ny Abendanon, bertanggal 1 Agustus 1903, Kartini menulis; "Ingin benar saya menggunakan gelar tertinggi, yaitu Hamba Allah. (https://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/12/04/01/m1s02v-ra-kartini-dan-islam)
Masyaa Allah perjuangan Kartini untuk belajar dan terus belajar. Nah kita sebagai guru pun bisa menjadi perempuan Tangguh di Era Covid-19 ini dengan terus membaca dan memahami apa yang kita baca, diimplementasikannya secara bertahap.
Menteladani hari Kartini bukan melulu menggunakan kebaya, tetapi sisi yang paling esensial adalah bagaimana tangguhnya Kartini mengubah pola fikir masyarakat. Di Era Covid-19 dimana kita dengan sabar mengubah paradigma kita sendiri, anak atau siswa kita bahkan suami kita menjadi sosok yang Tangguh menghadapi situasi ini.
Situasi dimana mengharuskan kita tetap di dalam rumah, tidak cengeng menghadapi situasi lockdown tapi justru membuat situasi ini menjadikan kita lebih bermanfaat dan positif menghadapi kehidupan selanjutnya.
Banyak hal bisa kita lakukan agar Tangguh menghadapi masa krisis ini dengan banyak berdiskusi, mendengarkan taujih dan kajian-kajian ruhiyah, membaca, membuat hal-hal yang positif dan bermanfaat bersama keluarga.
Belajar membuat video-video pembelajaran sehingga kita tetap terasa keberadaannya oleh siswa-siswa kita walaupun kita dan mereka ada jarak secara fisik, tapi dekat secara psikis.
Dengan membaca buku maka akan muncul ide-ide cemerlang untuk membuat beberapa proyek yang bisa dilakukan oleh siswa kita yang menunjangkan kecakapan hidup mereka, bertambah iman dan intelektual mereka.
Jelang Ramadhan ajak anak-anak, siswa-siswa kita untuk berempati dengan anggota keluarganya di rumah, saling menghargai, sholat berjama’ah, ngaji bareng, saling nyimak bacaan atau hafalan qur’an, beberes rumah, menyiapkan alat sholat, bikin menu buka puasa bareng, berbagi kepada tetangga yang membutuhkan dan banyak hal yang membuat kita belajar menjadi tangguh. Bismillah, wallaahu a’lam bishowab.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Aamiin yra
Keren inspirasi kartini
Masyaa Allah, Alhamdulillah
Semangat kartini bangkit kermbali ya bu
Iya bu, tambah semangat