SETIAP ANAK CERDAS
Kampanye Multiple Intelegences atau bisa disingkat dengan MI sudah saya lakukan sejak awal tahun 2005. Miris sekali melihat anak-anak dibully oleh orangtua mereka sendiri, tempat anak-anak yang seharusnya aman untuk tempat mereka berlindung dari orang-orang jahat. Bahkan guru pun wajib tahu ilmu tentang MI agar tercapai harmoni yang indah antara siswa dengan guru dan siswa dengan siswa dalam pembelajaran di kelas.
Anak cerdas tentu dambaan setiap orang, sebab kecerdasan merupakan modal tak ternilai bagi si anak untuk mengarungi kehidupan dihadapannya. Beruntung kecerdasan ternyata bukan harga mati, melainkan dapat diupayakan.
Pada awalnya, IQ digunakan sebagai standar kecerdasan tunggal. IQ dianggap sebagai alat pengukuran kecerdasan yang dilakukan secara objektif dan dapat dinyatakan dalam satuan angka. Misalnya IQ Aisyah sebesar 130 masuk dalam kategori siswa jenius.
Awal tahun 1900-an, Alfret Binet di Paris diminta untuk mengembangkan alat yang akan digunakan untuk mengenali anak-anak dengan mental terbelakang dan membutuhkan perhatian khusus (special need). Namun kini IQ bukan lagi merupakan satu-satunya standar kecerdasan.
Howard Gardner tahun 1983 membuktikan bahwa pandangan IQ satu-satunya standar kecerdasan ini keliru. Masalah terbesar dari tes IQ adalah bahwa tes ini hanya berdasarkan seberapa baik siswa dapat membaca dan berhitung, jadi hanya tes akademik.
Gardner menyatakan bahwa ada banyak kecerdasan yang tidak dapat diukur oleh tes IQ, misalnya kecerdasan musik, kecerdasan interpersonal dan lain-lain.
Dalam buku sekolahnya manusia karya Munif Chatib (2006), Beliau menyatakan Bahwa orang sukses di dunia adalah bukan orang yang berhasil di sekolah. Contoh nyata seorang murid bernama Andra yang dikatakan autis oleh orang-orang sekitarnya, tetapi hasil MIR (Multiple Intelligences Research) menunjukan Andra bukan penderita autis, andra sejatinya anak cerdas, ia hanya lemah pada kecerdasan interpersonal (cerdas bergaul) dan cerdas bahasa. Hari-hari berikutnya, kelemahan itu berhasil disulap jadi prestasi hebat. Ketika ada pameran lukisan tingkat ibu kota kabupaten, Andra memamerkan 40 lukisan karyanya, dari 120 lukisan peserta yang dipamerkan dan lukisan Andralah yang paling banyak terjual dan hasil penjualannya di infakan untuk korban gempa di Yogyakarta, Subhanallah ternyata Andra mempunyai kecerdasan spasial yang luar biasa.
Gardner dalam teori MI, membagi kecerdasan menjadi 8 bagian yaitu kecerdasan bahasa, kecerdasan matematika, kecerdasan gambar, kecerdasan gerak, kecerdasan natural, kecerdasan antar pribadi, kecerdasaan intra pribadi dan kecerdasar musik. Bahkan ada yang menambahkan kecerdasan spiritual. Cara mengetahui kecerdasan siswa, bisa dengan observasi, tes MIR (Multiple Inteligences Research) atau menggunakan finger print method dapat dilakukan di lembaga-lembaga pendidikan, hasilnya sangat akurat. Cukup sekali seumur hidup.
Bakat dan pendidikan itu ibarat ikan dengan airnya. Memilih pendidikan itu penting, tetapi mengenali bakat terlebih dahulu itu jauh lebih penting.
Tidak ada anak bodoh dalam multiple intelligences, semua anak mempunyai kecerdasan yang harus dikembangkan sehingga menghasilkan prestasi yang luar biasa. Sekalipun anak yang menderita down syndrom.
Saya pernah belajar di SLB Negeri Semarang, ada seorang anak bernama Kharisma, pernah muncul di acara Kick Andy. Kharisma anak autis yang mempunyai daya hafal yang luar biasa. Disana setiap siswa dicari kelebihannya kemudian dilejitkan potensinya sehingga bermanfaat minimal untuk dirinya. Mereka lebih percaya diri karena kelebihan mereka, mereka yakin bahwa mereka diciptakan oleh Allah swt sebagai masterpiece karya Allah swt yang agung, karena Allah swt tidak menciptakan produk-produk gagal.
Sugesti pasti dan bisa mempengaruhi hasil belajar (Dr Georgi Lezanov)
Aku sesuai dengan prasangka hambaKu kepadaKu (Hadits Qudsi)
Betapa dasyatnya sugesti atau prasangka, karena itu seorang guru pun harus selalu berprasangka positif bahwa siswanya pasti mempunyai kecerdasan atau kelebihan yang bisa dilejitkan. Dengan sabar seorang guru mengamati siswa untuk melihat potensi yang dimiliki siswanya.
Dalam buku the power of water juga di tuliskan bahwa tubuh kita terdiri dari 80% nya air. Jika kita memberikan sugesti bahwa diri kita luar biasa, maka kita akan menjadi luar biasa. Begitu pula jika kita berfikir positif terhadap siswa siswa kita maka hasilnya pun positif, begitu pula sebaliknya.
Ketika sang guru sudah menemukan potensi yang dimiliki oleh setiap siswanya, maka setiap sekolah pun harus ada kelas untuk menyalurkan potensi mereka. Tapi jika sekolah tersebut belum mampu menyediakan kelas sesuai potensi mereka, pastikan sang guru menyalurkan potensi mereka di setiap strategi pembelajaran. Buatlah kegiatan-kegiatan yang membuat mereka paham dengan materi yang diberikan. Kasih kesempatan mereka untuk mengeksplor pengetahuannya yang dimilikinya, mengamati dan menanyakan apa saja yang berhubungan dengan materi sesuai dengan mata pelajaran atau tema yang diberikan oleh guru. Kemudian ajak mereka untuk mencari hal-hal yang mereka belum tahu jawabannya dengan cara browse melalui media internet dan harus dibarengi dengan bijak dalam penggunaan media sosial.
Salam Inspirator Guru JEMPOL

Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Bu Rani... hebat sekali dikau. ibu adalah inspirasi menulis saya. Sukses ya bu....
Bu Rani... hebat sekali dikau. ibu adalah inspirasi menulis saya. Sukses ya bu....