Beraja di Hati Bersultan di Mata
“Tak sudikah kau bersuamikan seorang duda, Timah? Bukan hal buruk menerima pinangan Engku Malik. Bercerai karena kematian menunjukkan betapa setia laki-laki itu.”
Peluh belum sepenuhnya hilang dari tubuh puan berparas bulan purnama berusia hampir seperempat abad itu. Baru saja hendak diteguk segelas air dari gelas bambu di dapur beratap rumbia dan berlantai tanah, Amak muncul dengan sirih di ujung bibir.
“Amak, belum letih kah Amak menjodohkan Timah dengan orang yang tidak Timah kenal? Percayalah Mak, Allah tak abai pada doa yang kita langitkan. Timah masih ingin menanti, Mak.” Lemah lembut Fatimah menjawab. Sungguh ia terlalu mafhum watak keras Amak, sekali salah ucap maka murka yang tercipta.
“Oii anak gadis! Berapa usiamu kini? Dua puluh empat tahun Timah, itu artinya hampir seperempat abad. Kau tahu di kampong ini hanya kau yang belum menikah. Semua kawan dan kerabat seusia kau setidaknya sudah beranak dua paling sikit. Menyesal pula aku sekolahkan kau hingga SEMEA kalau hanya untuk jadi perawan tua. Berhentilah menunggu orang yang tak akan datang, Timah.”
Semacam ada sembilu menggores hati, lidah Amak kali ini terlampau menusuk terlalu dalam hingga berlinanglah kedua belah pipi. Tapi percuma, Amak tak akan peduli dengan air mata. Rinai hujan mulai menderas seiring langkah kaki, bergegas setengah berlari demi menyelamatkan hamparan padi yang baru saja Fatimah jemur dua jam lalu.
Sirajudin namanya. Pemuda seusia Timah, karib semasa kecil itu berhasil mencuri separuh hati. Entah bagaimana benang merah terbentang antara mereka, tapi sulit baginya berpaling. Ia hanya ingin tetap setia menunggu, seperti yang selalu Judin minta dalam setiap surat-suratnya. Ya, sebulan sekali tak pernah terlewat seorang pegawai pos bernama Ahmad bersepeda ontel mengantar surat dari pulau seberang. Kemudian esoknya dengan tersipu Timah mendatangi rumah beliau, menyerahkan surat balasan untuk dikirim. Lalu Pak Ahmad, menggumamkan bait demi bait puisi Chairil Anwar untuk menggoda hingga semakin meronalah pipinya.
Cintaku jauh di pulau
Gadis manis, sekarang iseng sendiri
Perahu melancar, bulan memancar
Di leher kukalungkan ole-ole buat si pacar
………………….
“Termenung pulak kau, Timah. Lekas angkut karung padi itu ke lumbung.” Tergopoh, Fatimah menggusur karung goni ke belakang. Sesekali menyampirkan kerudung yang hampir lepas tertiup angin.
#######################
Si gadis tengah gelisah, matanya nyalang menatap satu persatu penumpang kapal yang baru saja bersandar di dermaga. Ini kapal ketiga dalam seminggu terakhir, namun sosok yang dinanti tak juga menampakan batang hidung. Mentari separuh terbenam di ufuk barat, camar mulai terbang ke sarang. Ia tergugu sendiri saat menyadari sesuatu, mengepal tangan hingga memerah buku jemari. Kekasihnya tak datang hari ini. Mungkin juga esok dan esok lagi.
Tapi ia pantang ingkar janji. Menanti adalah harga mati. Meski dunia sepakat mengatakan Judin tak lagi ada. Biarpun kapal karam menghilang di telan lautan, selama jasad Judin tak sampai di depan mata, maka ia akan tetap menganggapnya masih hidup. Namanya tetap terpatri; beraja di hati bersultan di mata.
Dan setiap langkah telanjang kaki yang terayun meninggalkan jejak antara bisik butiran pasir dan debur ombak. Kembali suara Pak Ahmad tengah menggumamkan puisi Chairil Anwar terngiang di telinga. Seolah menjadi perantara Judin yang kini entah dimana.
Amboi! Jalan sudah bertahun kutempuh
Perahu yang bersama kan merapuh
Mengapa ajal memanggil dulu
Sebelum berpeluk dengan cintaku
Manisku jauh di pulau
Kalau kumati, dia mati iseng sendiri
LOVELY HOME-MSS
5/10/2021
10:31
Picture taken from : https://www.gurupenyemangat.com/2021/12/perahu-kertas-bisa-berlayar-jika-diapungkan.html
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
salam literasi... smngat berkarya
Terimakasih bapaaak atas dukungannya. Insyaallah semangat selaluuu